Palembang (ANTARA) - Sejumlah perbankan di Sumatera Selatan menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk petani sawit setelah pemerintah mendorong perluasan akses ke sektor perkebunan.
Direktur Pemasaran Bank Sumsel Babel, Antonius Prabowo Agro mengatakan sejauh ini pihaknya telah menyalurkan sekitar Rp50 miliar ke petani sawit di Sumsel.
“Umumnya mereka (petani) memanfaatkan KUR untuk menambahi kebutuhan modal,” kata dia.
Ia menjelaskan sebagian besar petani tersebut telah mengakses program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dari pemerintah yang memberikan subsidi Rp25 juta hingga Rp30 juta per hektare.
Sementara kebutuhan petani untuk replanting (peremajaan) sekitar Rp60 juta per hektare sehingga kekurangannya ditutupi dengan pinjaman KUR.
“Dana dari KUR ini biasanya digunakan petani untuk biaya pemeliharaan,” kata dia.
BSB sejauh ini tak membatasi alokasi KUR petani kelapa sawit karena menilai permintaan sejauh ini masih relatif rendah dari total alokasi KUR Rp1,5 triliun pada 2022.
Demikian juga halnya dengan Bank BNI, yang juga tak memberikan kuota untuk alokasi KUR petani sawit.
Analis Pengembangan Bisnis dan Penjualan Kantor Wilayah III BNI Oktarina Chandra di Palembang mengatakan berdasarkan data 6 Maret 2022 diketahui sebanyak 131 petani kelapa sawit yang sudah mengakses pinjaman KUR.
Sementara ini total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp14,9 miliar dengan luas tanam 250 hektare.
“Untuk target tidak ada, selagi masih ada kuota KUR-nya maka akan kami terus salurkan ke petani. Saat ini ada kuota sekitar Rp3 miliar lagi,” kata dia.
Darmonoto, petani sawit dari Desa Cipta Praja, Kecamatan Keluang, Kabupaten Musi Banyuasin mengaku dirinya terbantu oleh adanya program KUR sektor perkebunan itu mengingat masih membutuhkan dana untuk perawatan lahan.
Sebelumnya ia mendapatkan bantuan peremajaan lahan sawit dalam program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang bersumber dari dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit pada 2019 dan 2020.
Dalam program itu, ia menerima bantuan Rp25 juta per hektare (ha), yang mana pada 2019 mendapatkan bantuan untuk meremajakan sebanyak dua hektare dan pada 2020 mendapatkan tambahan dua hektare lagi.
“Kebutuhan untuk per hektare itu mencapai Rp123 juta untuk peremajaan hingga perawatan. Sehingga sisanya saya pinjam KUR di BNI,” kata dia.
Sebelumnya Menteri Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan penyaluran KUR harus menyasar semua sektor, atau tak terpaku hanya pada pertanian, perdagangan dan jasa.
Direktur Pemasaran Bank Sumsel Babel, Antonius Prabowo Agro mengatakan sejauh ini pihaknya telah menyalurkan sekitar Rp50 miliar ke petani sawit di Sumsel.
“Umumnya mereka (petani) memanfaatkan KUR untuk menambahi kebutuhan modal,” kata dia.
Ia menjelaskan sebagian besar petani tersebut telah mengakses program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dari pemerintah yang memberikan subsidi Rp25 juta hingga Rp30 juta per hektare.
Sementara kebutuhan petani untuk replanting (peremajaan) sekitar Rp60 juta per hektare sehingga kekurangannya ditutupi dengan pinjaman KUR.
“Dana dari KUR ini biasanya digunakan petani untuk biaya pemeliharaan,” kata dia.
BSB sejauh ini tak membatasi alokasi KUR petani kelapa sawit karena menilai permintaan sejauh ini masih relatif rendah dari total alokasi KUR Rp1,5 triliun pada 2022.
Demikian juga halnya dengan Bank BNI, yang juga tak memberikan kuota untuk alokasi KUR petani sawit.
Analis Pengembangan Bisnis dan Penjualan Kantor Wilayah III BNI Oktarina Chandra di Palembang mengatakan berdasarkan data 6 Maret 2022 diketahui sebanyak 131 petani kelapa sawit yang sudah mengakses pinjaman KUR.
Sementara ini total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp14,9 miliar dengan luas tanam 250 hektare.
“Untuk target tidak ada, selagi masih ada kuota KUR-nya maka akan kami terus salurkan ke petani. Saat ini ada kuota sekitar Rp3 miliar lagi,” kata dia.
Darmonoto, petani sawit dari Desa Cipta Praja, Kecamatan Keluang, Kabupaten Musi Banyuasin mengaku dirinya terbantu oleh adanya program KUR sektor perkebunan itu mengingat masih membutuhkan dana untuk perawatan lahan.
Sebelumnya ia mendapatkan bantuan peremajaan lahan sawit dalam program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang bersumber dari dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit pada 2019 dan 2020.
Dalam program itu, ia menerima bantuan Rp25 juta per hektare (ha), yang mana pada 2019 mendapatkan bantuan untuk meremajakan sebanyak dua hektare dan pada 2020 mendapatkan tambahan dua hektare lagi.
“Kebutuhan untuk per hektare itu mencapai Rp123 juta untuk peremajaan hingga perawatan. Sehingga sisanya saya pinjam KUR di BNI,” kata dia.
Sebelumnya Menteri Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan penyaluran KUR harus menyasar semua sektor, atau tak terpaku hanya pada pertanian, perdagangan dan jasa.