Palembang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mendorong produk kopi lokal mampu bersaing di pasar nasional karena memiliki keunggulan dari sisi rasa yang tak kalah dibandingkan produksi daerah lain Tanah Air.

Gubernur Sumsel Herman Deru di Palembang, Minggu, mengatakan, dirinya  menyayangkan dari ratusan merek kopi yang menembus pasar nasional itu tak ada satu pun yang memakai nama kopi Sumsel.

“Kita (Sumsel) tidak pernah berpikir hilirisasi, karena selalu berpikir parsial saja yang penting  produksi,  ada yang beli,” kata Herman Deru.

Padahal seperti Kopi asal Kota Pagaralam, Provinsi Sumatera Selatan telah meraih pengakuan internasional atas citarasa uniknya dalam ajang kontes kopi dunia AVPA (Agency for the Valorization of the Agricultural Products) Gourmet Product tahun 2020 di Paris, Prancis.

Dinas Perkebunan Sumsel mencatat bahwa dalam setahun dapat memproduksi biji kopi kering mencapai 191.081 ton dengan lahan perkebunan kopi seluas 250.198 ribu hektare. Produksi tersebut berasal dari perkebunan rakyat yang dikelola secara tradisional.

Bahkan, menurut data Kementerian Pertanian pada 2020, produksi kopi di provinsi tersebut mencapai 199.324 ton. Produksi kopi Sumatera Selatan tersebut lebih dari seperempat produksi kopi nasional yang sebesar 773.410 ton.

Petani kopi tersebar di 12 kabupaten dan kota di Sumsel. Dari semua daerah itu, ada tujuh daerah yang potensial produksi kopinya yaitu Muaraenim, Empat Lawang, Pagaralam, Lahat, Musi Rawas, OKU, dan OKU Selatan.

Sejauh ini untuk kabupaten dan kota di Sumsel yang sudah mengantongi Sertifikat Indikasi Geografis (SIG) untuk kopi robustanya yakni baru tiga daerah yaitu Kabupaten Muaraenim, Kabupaten Empat Lawang dan Kota Pagaralam.

Bukan itu saja, sejumlah kelompok petani kopi juga sudah ada yang mendapat Sertifikat Organik dari BIOcert. Mereka adalah Kelompok Tani (KT) Bhineka Tunggal Ika asal Desa Sumber Karya, Kecamatan Gumay Ulu, Kabupaten Lahat. Kemudian, KT Harapan Jaya asal Desa Pekuwolan, Kecamatan Buay Rawan dan KT Sinar Mulya asal Desa Bedeng Tiga, Kecamatan Warkuk Ranau Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.

Menurut Herman Deru, cara berpikir dalam pengelolaan sektor kopi ini yang harus diubah mulai dari hulu hingga hilir.

Ke depan, bagaimana caranya agar dapat diintegrasikan antara kebun dan pabrik pengolahan sehinggga merek dagang yang muncul yakni kopi Sumsel.

Dari sisi jenis kopi sejatinya Sumsel sudah layak memiliki merek sendiri karena memiliki semua jenis arabica, robusta dan liberika.

Untuk itu, petani perlu juga didampingi agar dapat berpikir lebih maju yakni dari sekadar buruh menjadi entrepreneur.

Selama ini, pengepul yang memiliki margin lebih tinggi dibandingkan petani padahal yang menanggung biaya produksi yang tinggi itu merupakan petani.

“Ini harus ada solusinya, dan saya nilai perlu ada pendampingan bagi petani kopi,” kata dia.

Pewarta : Dolly Rosana
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024