Jakarta (ANTARA) - Ekonom Senior Chatib Basri menyebutkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen sangat berpotensi tercapai pada tahun depan, yang akan didorong melalui upaya masif dalam memulihkan dan mengatasi pandemi.
“Kalau kita mampu mengatasi pandemi di mana vaksinnya bisa dipercepat sampai triwulan I-2022 maka saya kira target 5,2 persen itu bukan sesuatu yang berlebihan,” kata Chatib Basri dalam Webinar Bincang APBN 2022 di Jakarta, Senin.
Chatib Basri menyatakan syarat utama untuk mencapai target pertumbuhan tahun depan sebesar 5,2 persen adalah dengan mengakselerasi dan mempercepat vaksinasi hingga selesai pada triwulan I 2022.
Hal itu harus dilakukan karena jika vaksinasi belum mencapai 70- 80 persen maka masih terdapat risiko pemulihan ekonomi yang naik turun atau berbentuk W.
“Ada risiko pemulihan ekonomi itu bentuknya W, naik turun, naik lagi, turun. Itu yang membedakan antara negara seperti Indonesia dengan Amerika Serikat (AS),” ujar Chatib Basri.
Ia menjelaskan AS dengan tingkat vaksinasi di atas 50 persen, Singapura 80 persen, dan Australia 80 persen, memiliki daya pemulihan yang lebih tinggi dibanding Indonesia pada 2022.
“Kalau kita lihat proyeksi pertumbuhan ekonomi yang akses vaksinnya luar biasa itu recovery-nya pada 2022 lebih tinggi dari kita. Di bawah Indonesia itu hanya Filipina dan Thailand,” kata Chatib Basri.
Ia menegaskan jika pemulihan masih berbentuk W shape atau naik turun maka pemotongan pengeluaran tidak dapat dilakukan mengingat pemerintah harus memberikan bantuan perlindungan sosial.
Terlebih lagi jika pandemi semakin merebak sehingga dilakukan pengetatan aktivitas ekonomi maka pemerintah harus terus mendorong masyarakat agar mampu bertahan hingga herd immunity tercapai.
“Jadi di dalam periode ini saya melihat yang penting adalah alokasi dana kepada tiga hal yaitu kesehatan, bantuan sosial, dan dukungan kepada UMKM,” ujar Chatib Basri.
“Kalau kita mampu mengatasi pandemi di mana vaksinnya bisa dipercepat sampai triwulan I-2022 maka saya kira target 5,2 persen itu bukan sesuatu yang berlebihan,” kata Chatib Basri dalam Webinar Bincang APBN 2022 di Jakarta, Senin.
Chatib Basri menyatakan syarat utama untuk mencapai target pertumbuhan tahun depan sebesar 5,2 persen adalah dengan mengakselerasi dan mempercepat vaksinasi hingga selesai pada triwulan I 2022.
Hal itu harus dilakukan karena jika vaksinasi belum mencapai 70- 80 persen maka masih terdapat risiko pemulihan ekonomi yang naik turun atau berbentuk W.
“Ada risiko pemulihan ekonomi itu bentuknya W, naik turun, naik lagi, turun. Itu yang membedakan antara negara seperti Indonesia dengan Amerika Serikat (AS),” ujar Chatib Basri.
Ia menjelaskan AS dengan tingkat vaksinasi di atas 50 persen, Singapura 80 persen, dan Australia 80 persen, memiliki daya pemulihan yang lebih tinggi dibanding Indonesia pada 2022.
“Kalau kita lihat proyeksi pertumbuhan ekonomi yang akses vaksinnya luar biasa itu recovery-nya pada 2022 lebih tinggi dari kita. Di bawah Indonesia itu hanya Filipina dan Thailand,” kata Chatib Basri.
Ia menegaskan jika pemulihan masih berbentuk W shape atau naik turun maka pemotongan pengeluaran tidak dapat dilakukan mengingat pemerintah harus memberikan bantuan perlindungan sosial.
Terlebih lagi jika pandemi semakin merebak sehingga dilakukan pengetatan aktivitas ekonomi maka pemerintah harus terus mendorong masyarakat agar mampu bertahan hingga herd immunity tercapai.
“Jadi di dalam periode ini saya melihat yang penting adalah alokasi dana kepada tiga hal yaitu kesehatan, bantuan sosial, dan dukungan kepada UMKM,” ujar Chatib Basri.