Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dinilai layak menjadi 17 wanita paling berpengaruh di dunia versi Fortune International karena keberhasilannya membawa BUMN migas tersebut keluar dari kesulitan di masa pandemi.
Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menanggapi majalah Fortune International yang menempatkan Nicke di peringkat 17 dari 100 perempuan paling berpengaruh di dunia. Majalah ini menilai Nicke terbukti mampu melewati tantangan triple shock.
"Saya kira ini bentuk apresiasi pihak eksternal kepada beliau (Nicke) karena keberhasilannya membawa BUMN yang dipimpinnya keluar dari kesulitan di masa pandemi," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, keberhasilan Pertamina, antara lain tercermin dari laporan keuangan di antaranya berhasil meraih laba di tengah kondisi yang berat.
"Padahal, pada saat itu tidak sedikit industri migas dunia yang justru mengalami kerugian," ujarnya.
Sesuai laporan keuangan pada semester I tahun 2021, Pertamina membukukan laba sebesar 183 juta dolar AS atau setara dengan Rp2,6 triliun. Sedangkan periode yang sama tahun 2020 perusahaan sempat mengalami kerugian sebesar 768 juta dolar AS.
Dengan begitu, tambahnya, BUMN migas ini berhasil meningkatkan laba sebesar 951 juta dolar AS atau setara dengan Rp13,6 triliun.
"Jadi, memang layak diapresiasi. Pencapaian tersebut merupakan prestasi, di tengah kondisi sektor migas yang tidak mudah menghadapi tantangan pandemi Covid-19," ujarnya.
Komaidi juga sependapat bahwa pandemi Covid-19 menjadikan industri migas berada dalam posisi sulit, tetapi Nicke membuktikan kemampuan dengan berhasil melewati tantangan triple shock, yaitu jatuhnya harga minyak, penurunan permintaan bahan bakar, dan tekanan nilai tukar yang dialami Pertamina.
Ketiga faktor tersebut, seperti disampaikan Fortune International, telah menurunkan pendapatan dan laba Pertamina, tambah Komaidi, namun di bawah kepemimpinan Nicke, pada paruh pertama 2021 Pertamina menunjukkan kondisi lebih baik dengan mencapai target produksi minyak dan gas bumi.
Sebelumnya, majalan Fortune Internasional menyejajarkan prestasi Nicke Widyawati dengan sejumlah CEO global, diantaranya CEO GlaxoSmithKline Emma Walmsley peringkat pertama, CEO Ping An Group Jessica Tan peringkat kedua, CEO Banco Santander Ana Botin peringkat ketiga, dan CEO Macquarie Group Ltd Shemara R Wikramanayake peringkat keempat.
Berada di bawah Nicke, diantaranya President Global Foods & Refreshment Unilever Hanneke Faber peringkat ke-23, CEO Norsk Hydro Hilde Merete Aasheim peringkat ke-24, CEO P&G Alexandra Keith peringkat ke-37, dan CEO OCBC NISP Helen Wong peringkat ke-41.
Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menanggapi majalah Fortune International yang menempatkan Nicke di peringkat 17 dari 100 perempuan paling berpengaruh di dunia. Majalah ini menilai Nicke terbukti mampu melewati tantangan triple shock.
"Saya kira ini bentuk apresiasi pihak eksternal kepada beliau (Nicke) karena keberhasilannya membawa BUMN yang dipimpinnya keluar dari kesulitan di masa pandemi," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, keberhasilan Pertamina, antara lain tercermin dari laporan keuangan di antaranya berhasil meraih laba di tengah kondisi yang berat.
"Padahal, pada saat itu tidak sedikit industri migas dunia yang justru mengalami kerugian," ujarnya.
Sesuai laporan keuangan pada semester I tahun 2021, Pertamina membukukan laba sebesar 183 juta dolar AS atau setara dengan Rp2,6 triliun. Sedangkan periode yang sama tahun 2020 perusahaan sempat mengalami kerugian sebesar 768 juta dolar AS.
Dengan begitu, tambahnya, BUMN migas ini berhasil meningkatkan laba sebesar 951 juta dolar AS atau setara dengan Rp13,6 triliun.
"Jadi, memang layak diapresiasi. Pencapaian tersebut merupakan prestasi, di tengah kondisi sektor migas yang tidak mudah menghadapi tantangan pandemi Covid-19," ujarnya.
Komaidi juga sependapat bahwa pandemi Covid-19 menjadikan industri migas berada dalam posisi sulit, tetapi Nicke membuktikan kemampuan dengan berhasil melewati tantangan triple shock, yaitu jatuhnya harga minyak, penurunan permintaan bahan bakar, dan tekanan nilai tukar yang dialami Pertamina.
Ketiga faktor tersebut, seperti disampaikan Fortune International, telah menurunkan pendapatan dan laba Pertamina, tambah Komaidi, namun di bawah kepemimpinan Nicke, pada paruh pertama 2021 Pertamina menunjukkan kondisi lebih baik dengan mencapai target produksi minyak dan gas bumi.
Sebelumnya, majalan Fortune Internasional menyejajarkan prestasi Nicke Widyawati dengan sejumlah CEO global, diantaranya CEO GlaxoSmithKline Emma Walmsley peringkat pertama, CEO Ping An Group Jessica Tan peringkat kedua, CEO Banco Santander Ana Botin peringkat ketiga, dan CEO Macquarie Group Ltd Shemara R Wikramanayake peringkat keempat.
Berada di bawah Nicke, diantaranya President Global Foods & Refreshment Unilever Hanneke Faber peringkat ke-23, CEO Norsk Hydro Hilde Merete Aasheim peringkat ke-24, CEO P&G Alexandra Keith peringkat ke-37, dan CEO OCBC NISP Helen Wong peringkat ke-41.