Gorontalo (ANTARA) - Sekretaris Biodiversitas Gorontalo (Biota) Rosyid Azhar mengatakan kegiatan mengamati burung atau birdwatching merupakan alternatif wisata yang dapat dilakukan untuk mengobat jenuh di masa pandemi COVID-19.
"Birdwatching dilakukan di alam terbuka dan biasanya dalam jumlah orang yang sedikit, sehingga masih bisa jaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan," ujarnya di Gorontalo, Sabtu.
Selama pandemi, kata dia, sejumlah obyek wisata harus tutup karena menghindari kerumunan yang berpotensi penularan COVID-19 yang lebih luas.
"Ekowisata seperti birdwatching menjadi salah satu solusinya, karena wisata jenis ini pengunjungnya tidak banyak seperti wisata massal," ungkapnya.
Menurutnya Provinsi Gorontalo memiliki banyak lokasi yang berpotensi sebagai ekowisata birdwatching, misalnya Danau Limboto.
Danau Limboto dapat dengan mudah dan cepat diakses dari pusat kota, serta memiliki keragamanhayati burung yang tinggi.
"Kami mencatat ada lebih dari 100 jenis burung di danau ini dan sebagian adalah burung yang bermigrasi dari belahan bumi yang lain. Sangat layak untuk wisata birdwatching," tambahnya.
Meski demikian, potensi tersebut belum dimanfaatkan dengan maksimal oleh pemerintah daerah dan pelaku wisata.
Seorang warga Kota Gorontalo, Wawan Akuba adalah salah satu orang yang mencoba melakukan pengamatan burung di Danau Limboto untuk mengisi akhir pekannya.
"Kalau melihat danau sekilas, mungkin tampak tidak menarik. Tapi begitu saya mengamati burung-burung yang ada di sini, rasanya memang seperti sedang berwisata di alam," katanya.
Ia ditemani sejumlah anggota Biota yang memandunya dalam mengamati dan memperkenalkan jenis-jenis burung seperti cangak merah, gagang bayam, dan trinil semak.
Biota merupakan perkumpulan yang melakukan monitoring dan kampanye perlindungan keragamanhayati di Provinsi Gorontalo.
"Birdwatching dilakukan di alam terbuka dan biasanya dalam jumlah orang yang sedikit, sehingga masih bisa jaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan," ujarnya di Gorontalo, Sabtu.
Selama pandemi, kata dia, sejumlah obyek wisata harus tutup karena menghindari kerumunan yang berpotensi penularan COVID-19 yang lebih luas.
"Ekowisata seperti birdwatching menjadi salah satu solusinya, karena wisata jenis ini pengunjungnya tidak banyak seperti wisata massal," ungkapnya.
Menurutnya Provinsi Gorontalo memiliki banyak lokasi yang berpotensi sebagai ekowisata birdwatching, misalnya Danau Limboto.
Danau Limboto dapat dengan mudah dan cepat diakses dari pusat kota, serta memiliki keragamanhayati burung yang tinggi.
"Kami mencatat ada lebih dari 100 jenis burung di danau ini dan sebagian adalah burung yang bermigrasi dari belahan bumi yang lain. Sangat layak untuk wisata birdwatching," tambahnya.
Meski demikian, potensi tersebut belum dimanfaatkan dengan maksimal oleh pemerintah daerah dan pelaku wisata.
Seorang warga Kota Gorontalo, Wawan Akuba adalah salah satu orang yang mencoba melakukan pengamatan burung di Danau Limboto untuk mengisi akhir pekannya.
"Kalau melihat danau sekilas, mungkin tampak tidak menarik. Tapi begitu saya mengamati burung-burung yang ada di sini, rasanya memang seperti sedang berwisata di alam," katanya.
Ia ditemani sejumlah anggota Biota yang memandunya dalam mengamati dan memperkenalkan jenis-jenis burung seperti cangak merah, gagang bayam, dan trinil semak.
Biota merupakan perkumpulan yang melakukan monitoring dan kampanye perlindungan keragamanhayati di Provinsi Gorontalo.