Bangli, Bali (ANTARA) - Ribuan ikan nila atau ikan mujair mati di Danau Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, akibat keracunan belerang, padahal ikan hasil budidaya tersebut sudah siap dipanen dan dijual.
"Ikan nila atau di sini disebut ikan mujair kami mati sekitar 18.000 ekor, belum milik petani lainnya. Mana ikan nilanya sudah besar dan siap dijual," kata Jero Agus Jambe, ketua kelompok nelayan ikan mujair di Desa Buahan, Danau Batur, Kintamani, Selasa.
Para pembudidaya ikan tersebut berharap Pemkab Bangli dan Bupati Bangli yang baru bisa memberikan bantuan modal agar mereka bisa melanjutkan budidaya ikan tersebut.
"Hampir semua ikan milik petani di Danau Batur keracunan belerang yang keluar selama beberapa hari ini," katanya.
Zat belerang memang selalu keluar dari dasar Danau Batur. Jika danau menyemburkan belerang otomatis ikan yang diternak para petani di danau itu mati keracunan. Kejadian ini selalu muncul setiap tahun. Para petani pun sudah siap dengan resiko ini.
Pemkab Bangli biasanya juga tidak membantu permodalan pembudidaya ikan. Namun kali ini Jero Agus Jambe berharap ada bantuan dari Pemkab Bangli karena kondisi saat ini serba sulit terdampak pandemi COVID-19 dan PPKM Darurat yang menyebabkan daya beli masyarakat turun.
Ia mengaku semua ikan nila yang dibudidaya mati totalnya sekitar 3 ton. "Kalau satu kg ikan nila di pasar harganya Rp28.000 kali 3.000 kg, berarti sekitar Rp84 juta kerugian kami. Belum petani lainnya," ujarnya.
Menurut dia, Pemkab Bangli sudah membantu pengangkutan ribuan bangkai ikan agar tidak menimbulkan bau busuk dan merusak destinasi wisata Danau Batur yang menjadi salah satu favorit destinasi wisata di Bali.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (D-PKP) Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma membenarkan kematian ribuan ikan di Danau Batur akibat keracunan belerang. Namun kali ini yang paling parah.
“Semburan belerang dari dasar danau itu naik ke permukaan dan mematikan ribuan ikan milik petani di wilayah Desa Kedisan ke timur hingga ke Desa Abang Batu Dinding,” ucapnya.
"Ikan nila atau di sini disebut ikan mujair kami mati sekitar 18.000 ekor, belum milik petani lainnya. Mana ikan nilanya sudah besar dan siap dijual," kata Jero Agus Jambe, ketua kelompok nelayan ikan mujair di Desa Buahan, Danau Batur, Kintamani, Selasa.
Para pembudidaya ikan tersebut berharap Pemkab Bangli dan Bupati Bangli yang baru bisa memberikan bantuan modal agar mereka bisa melanjutkan budidaya ikan tersebut.
"Hampir semua ikan milik petani di Danau Batur keracunan belerang yang keluar selama beberapa hari ini," katanya.
Zat belerang memang selalu keluar dari dasar Danau Batur. Jika danau menyemburkan belerang otomatis ikan yang diternak para petani di danau itu mati keracunan. Kejadian ini selalu muncul setiap tahun. Para petani pun sudah siap dengan resiko ini.
Pemkab Bangli biasanya juga tidak membantu permodalan pembudidaya ikan. Namun kali ini Jero Agus Jambe berharap ada bantuan dari Pemkab Bangli karena kondisi saat ini serba sulit terdampak pandemi COVID-19 dan PPKM Darurat yang menyebabkan daya beli masyarakat turun.
Ia mengaku semua ikan nila yang dibudidaya mati totalnya sekitar 3 ton. "Kalau satu kg ikan nila di pasar harganya Rp28.000 kali 3.000 kg, berarti sekitar Rp84 juta kerugian kami. Belum petani lainnya," ujarnya.
Menurut dia, Pemkab Bangli sudah membantu pengangkutan ribuan bangkai ikan agar tidak menimbulkan bau busuk dan merusak destinasi wisata Danau Batur yang menjadi salah satu favorit destinasi wisata di Bali.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (D-PKP) Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma membenarkan kematian ribuan ikan di Danau Batur akibat keracunan belerang. Namun kali ini yang paling parah.
“Semburan belerang dari dasar danau itu naik ke permukaan dan mematikan ribuan ikan milik petani di wilayah Desa Kedisan ke timur hingga ke Desa Abang Batu Dinding,” ucapnya.
Karena dampak itu, pihaknya bersama petugas dan pembudidaya ikan segera mengevakuasi bangkai ikan dari dalam danau. Dan belasan ton ikan yang mati akhirnya berhasil diangkut. “Sementara ini baru sekitar 17 ton bangkai ikan yang berhasil diangkat dari danau,” katanya.
Ia menambahkan untuk fenomena semburan belerang di Danau Batur merupakan siklus tahunan yang biasa terjadi sekitar bulan Juli sampai September.