Jakarta (ANTARA) - Puluhan warga mengantre di Puskesmas Kecamatan Makasar untuk menunggu giliran mendapatkan vaksin COVID-19 pada Jumat pagi (12/8).
Tidak tampak rasa khawatir di kalangan warga yang dengan patuh mengikuti petunjuk dan arahan dari petugas Satgas COVID-19. Dari raut wajah warga yang hadir di lokasi mayoritas terlihat antusias untuk mendapatkan vaksin tahap pertama.
"Iya sudah pingin mendapat vaksin. Jadi kalau belanja ke pasar tidak lagi khawatir tertular," kata Ardina (30), seorang ibu rumah tangga.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam program vaksinasi kali ini mulai menyasar masyarakat umum yang berusia 18 tahun ke atas. Setelah sebelumnya sukses program vaksinasi bagi lansia, petugas layanan publik dan sektor usaha
Setelah sukses program vaksinasi COVID-19 bagi tenaga kesehatan, lansia, tenaga pendidik, petugas layanan umum, berlanjut vaksin gotong royong bagi sektor usaha, kali kini Pemprov DKI Jakarta menyasar seluruh warga berusia 18 tahun ke atas.
Untuk menjangkau seluruh warga, Satgas COVID-19 Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, menargetkan 2.300 orang per hari. Sedangkan Pemprov DKI Jakarta vaksin yang tersedia sebanyak 1 juta dosis yang mampu memenuhi kebutuhan 8 juta penduduk DKI Jakarta.
Angka vaksin ini memang belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan penduduk DKI Jakarta sebanyak 10,5 juta jiwa lebih. Namun masih mencukupi untuk memenuhi target kekebalan kelompok (herd immunity).
Kebutuhan vaksin ke depan tidak hanya warga Jakarta saja tetapi banyak juga masyarakat Indonesia yang perlu mendapatkan vaksinasi. Program vaksinasi ini akan lebih efektif untuk memutus mata rantai penularan disamping memperketat penerapan protokol kesehatan.
Petugas kesehatan memeriksa kesehatan calon penerima vaksin COVID-19 di RPTRA Bandar Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (11/6/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.
Masih mencukupi
Produsen vaksin PT Bio Farma (Persero) memastikan ketersediaan vaksin COVID-19 masih mencukupi untuk merealisasikan target pemerintah dalam program vaksinasi nasional.
BUMN ini memastikan tambahan vaksin untuk memenuhi kebutuhan vaksin untuk 70 persen populasi Indonesia diharapkan tiba pada kuartal III/2021.
Juru Bicara sekaligus Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma (Persero) Bambang Heriyanto mengatakan, pihaknya mengupayakan tambahan vaksin dari berbagai skema. Dari skema multilateral, diupayakan vaksin dari World Health Organization (WHO) melalui program Covax/GAVI.
Sedangkan secara bilateral, diupayakan vaksin tambahan dari AstraZeneca, Novavax dan Sinopharm untuk program Vaksinasi Gotong Royong.
Sedangkan total vaksin Indonesia sudah menyasar 76 juta dosis vaksin COVID-19 dari tiga produsen, antara lain Sinovac, Sinopharm dari Chinaserta AstraZeneca dari Inggris.
Dari 81,5 juta dosis bulk Sinovac, diproses menjadi 65,5 juta dosis vaksin, kemudian vaksin AstraZeneca sebanyak 6,4 juta dosis, Sinopharm 1 juta dosis serta Coronavac sebanyak 3 juta dosis. Dengan kata lain, Indonesia sudah memiliki hampir 76 juta dosis vaksin.
Sedangkan untuk menutup kekurangan vaksin, BUMN ini akan terus melakukan upaya untuk mendatangkannya. Bio Farma berharap mulai kuartal III/2021 tambahan vaksin tersebut mulai berdatangan dalam rangka meningkatkan ketersediaan vaksin COVID-19 secara nasional.
Menurut data terbaru Satuan Tugas Penanganan COVID-19 sejauh ini baru 18 juta penduduk Indonesia yang sudah mendapatkan vaksin. Angka tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan pemerintah pada awal Januari lalu.
Sampai dengan awal 2022, pemerintah menargetkan sudah memvaksinasi 181,6 juta atau 70 persen dari penduduk Indonesia.
Desak negara maju
Terkait kebutuhan vaksin nasional, Managing Director of Development Policy and Partnerships Bank Dunia Mari Elka Pangestu mendesak kepada negara-negara maju agar lebih berperan aktif mendistribusikan vaksin secara merata ke seluruh penjuru dunia, khususnya di negara-negara berkembang agar roda perekonomian dunia bisa kembali berjalan normal dan bertumbuh dengan baik.
Mari mengatakan Indonesia bersama negara-negara berkembang lainnya sebenarnya memiliki nilai tawar agar program vaksin berhasil. Mengingat hampir 60 persen pertumbuhan ekonomi dunia disumbangkan oleh negara-negara berkembang.
Menurut Mari, vaksin menjadi kunci penting untuk menggerakkan kembali roda perekonomian. Tanpa vaksin, kegiatan masyarakat akan sangat terbatas dan berisiko tinggi.
Dengan demikian apabila perekonomian negara berkembang tidak segera pulih atau malah mengalami kemunduran, maka perekonomian dunia juga tidak akan pulih. Berbicara tentang kerja sama global, negara maju memiliki kewajiban memastikan adanya akses yang adil terhadap vaksin.
Karena itu, transparansi terkait produksi, distribusi dan ketersediaan vaksin menjadi sangat penting demi terwujudnya akses merata terhadap vaksin di seluruh penjuru dunia.
Saat ini transparansi sangat kurang, baik dari pihak swasta maupun pembeli. Transparansi terkait berapa banyak (vaksin) yang dibeli, dipesan dan diproduksi. Hal ini penting untuk mengetahui berapa banyak lagi vaksin yang dibutuhkan.
Sedangkan Profesor Tikki Pangestu dari Yong Loo Lin School of Medicine, National University of Singapore mengatakan, di samping bantuan vaksin dari negara maju, negara-negara berkembang juga perlu memacu produksi vaksin lokal.
Kendati demikian, dia menyadari bahwa hal ini tidak mudah karena produksi vaksin membutuhkan teknologi yang komplek didukung dengan fasilitas produksi dan dukungan teknis yang mumpuni.
Di samping jaminan kualitas ada pula sejumlah aturan dan kebijakan yang harus dipenuhi (dalam upaya memproduksi vaksin).
Sedangkan di Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, persentase masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin masih sangat rendah.
Tiki mencatat baru lima hingga tujuh persen masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin dosis pertama. Sementara untuk vaksin dosis kedua, jumlahnya bahkan lebih rendah lagi, yakni hanya empat persen.
Dalam rangka mewujudkan produksi vaksin lokal, pemerintah memang telah mendorong melalui vaksin Merah Putih yang di dalamnya melibatkan banyak pihak mulai dari unsur perguruan tinggi hingga pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Vaksin buatan Indonesia ini saat ini memasuki tahap uji klinis serta ditargetkan dapat dimanfaatkan masyarakat pada akhir tahun 2021.
Produksi vaksin Merah Putih ini memang tidak mudah namun patut diingat kita saat ini masih berkejaran dengan waktu. Angka penularan virus COVID-19 ini masih tinggi sehingga kehadiran program vaksin bagi seluruh masyarakat sudah mendesak untuk direalisasikan.
Serangan pandemi COVID-19 telah membawa dampak besar bagi dunia dan negara-negara di dalamnya, khususnya bagi negara-negara berkembang dan negara-negara miskin.
Berbagai negara mengalami perlambatan pertumbuhan, penurunan ekonomi karena pembatasan, penghentian total sejumlah aktivitas, tingkat kemiskinan yang semakin tinggi, hingga penurunan drastis kemampuan kognitif terutama pada anak-anak.
Dengan demikian, kehadiran vaksin bagi semua masyarakat sudah ditunggu dan mendesak.
Tidak tampak rasa khawatir di kalangan warga yang dengan patuh mengikuti petunjuk dan arahan dari petugas Satgas COVID-19. Dari raut wajah warga yang hadir di lokasi mayoritas terlihat antusias untuk mendapatkan vaksin tahap pertama.
"Iya sudah pingin mendapat vaksin. Jadi kalau belanja ke pasar tidak lagi khawatir tertular," kata Ardina (30), seorang ibu rumah tangga.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam program vaksinasi kali ini mulai menyasar masyarakat umum yang berusia 18 tahun ke atas. Setelah sebelumnya sukses program vaksinasi bagi lansia, petugas layanan publik dan sektor usaha
Setelah sukses program vaksinasi COVID-19 bagi tenaga kesehatan, lansia, tenaga pendidik, petugas layanan umum, berlanjut vaksin gotong royong bagi sektor usaha, kali kini Pemprov DKI Jakarta menyasar seluruh warga berusia 18 tahun ke atas.
Untuk menjangkau seluruh warga, Satgas COVID-19 Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, menargetkan 2.300 orang per hari. Sedangkan Pemprov DKI Jakarta vaksin yang tersedia sebanyak 1 juta dosis yang mampu memenuhi kebutuhan 8 juta penduduk DKI Jakarta.
Angka vaksin ini memang belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan penduduk DKI Jakarta sebanyak 10,5 juta jiwa lebih. Namun masih mencukupi untuk memenuhi target kekebalan kelompok (herd immunity).
Kebutuhan vaksin ke depan tidak hanya warga Jakarta saja tetapi banyak juga masyarakat Indonesia yang perlu mendapatkan vaksinasi. Program vaksinasi ini akan lebih efektif untuk memutus mata rantai penularan disamping memperketat penerapan protokol kesehatan.
Produsen vaksin PT Bio Farma (Persero) memastikan ketersediaan vaksin COVID-19 masih mencukupi untuk merealisasikan target pemerintah dalam program vaksinasi nasional.
BUMN ini memastikan tambahan vaksin untuk memenuhi kebutuhan vaksin untuk 70 persen populasi Indonesia diharapkan tiba pada kuartal III/2021.
Juru Bicara sekaligus Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma (Persero) Bambang Heriyanto mengatakan, pihaknya mengupayakan tambahan vaksin dari berbagai skema. Dari skema multilateral, diupayakan vaksin dari World Health Organization (WHO) melalui program Covax/GAVI.
Sedangkan secara bilateral, diupayakan vaksin tambahan dari AstraZeneca, Novavax dan Sinopharm untuk program Vaksinasi Gotong Royong.
Sedangkan total vaksin Indonesia sudah menyasar 76 juta dosis vaksin COVID-19 dari tiga produsen, antara lain Sinovac, Sinopharm dari Chinaserta AstraZeneca dari Inggris.
Dari 81,5 juta dosis bulk Sinovac, diproses menjadi 65,5 juta dosis vaksin, kemudian vaksin AstraZeneca sebanyak 6,4 juta dosis, Sinopharm 1 juta dosis serta Coronavac sebanyak 3 juta dosis. Dengan kata lain, Indonesia sudah memiliki hampir 76 juta dosis vaksin.
Sedangkan untuk menutup kekurangan vaksin, BUMN ini akan terus melakukan upaya untuk mendatangkannya. Bio Farma berharap mulai kuartal III/2021 tambahan vaksin tersebut mulai berdatangan dalam rangka meningkatkan ketersediaan vaksin COVID-19 secara nasional.
Menurut data terbaru Satuan Tugas Penanganan COVID-19 sejauh ini baru 18 juta penduduk Indonesia yang sudah mendapatkan vaksin. Angka tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan pemerintah pada awal Januari lalu.
Sampai dengan awal 2022, pemerintah menargetkan sudah memvaksinasi 181,6 juta atau 70 persen dari penduduk Indonesia.
Desak negara maju
Terkait kebutuhan vaksin nasional, Managing Director of Development Policy and Partnerships Bank Dunia Mari Elka Pangestu mendesak kepada negara-negara maju agar lebih berperan aktif mendistribusikan vaksin secara merata ke seluruh penjuru dunia, khususnya di negara-negara berkembang agar roda perekonomian dunia bisa kembali berjalan normal dan bertumbuh dengan baik.
Mari mengatakan Indonesia bersama negara-negara berkembang lainnya sebenarnya memiliki nilai tawar agar program vaksin berhasil. Mengingat hampir 60 persen pertumbuhan ekonomi dunia disumbangkan oleh negara-negara berkembang.
Menurut Mari, vaksin menjadi kunci penting untuk menggerakkan kembali roda perekonomian. Tanpa vaksin, kegiatan masyarakat akan sangat terbatas dan berisiko tinggi.
Dengan demikian apabila perekonomian negara berkembang tidak segera pulih atau malah mengalami kemunduran, maka perekonomian dunia juga tidak akan pulih. Berbicara tentang kerja sama global, negara maju memiliki kewajiban memastikan adanya akses yang adil terhadap vaksin.
Karena itu, transparansi terkait produksi, distribusi dan ketersediaan vaksin menjadi sangat penting demi terwujudnya akses merata terhadap vaksin di seluruh penjuru dunia.
Saat ini transparansi sangat kurang, baik dari pihak swasta maupun pembeli. Transparansi terkait berapa banyak (vaksin) yang dibeli, dipesan dan diproduksi. Hal ini penting untuk mengetahui berapa banyak lagi vaksin yang dibutuhkan.
Sedangkan Profesor Tikki Pangestu dari Yong Loo Lin School of Medicine, National University of Singapore mengatakan, di samping bantuan vaksin dari negara maju, negara-negara berkembang juga perlu memacu produksi vaksin lokal.
Kendati demikian, dia menyadari bahwa hal ini tidak mudah karena produksi vaksin membutuhkan teknologi yang komplek didukung dengan fasilitas produksi dan dukungan teknis yang mumpuni.
Di samping jaminan kualitas ada pula sejumlah aturan dan kebijakan yang harus dipenuhi (dalam upaya memproduksi vaksin).
Sedangkan di Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, persentase masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin masih sangat rendah.
Tiki mencatat baru lima hingga tujuh persen masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin dosis pertama. Sementara untuk vaksin dosis kedua, jumlahnya bahkan lebih rendah lagi, yakni hanya empat persen.
Dalam rangka mewujudkan produksi vaksin lokal, pemerintah memang telah mendorong melalui vaksin Merah Putih yang di dalamnya melibatkan banyak pihak mulai dari unsur perguruan tinggi hingga pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Vaksin buatan Indonesia ini saat ini memasuki tahap uji klinis serta ditargetkan dapat dimanfaatkan masyarakat pada akhir tahun 2021.
Produksi vaksin Merah Putih ini memang tidak mudah namun patut diingat kita saat ini masih berkejaran dengan waktu. Angka penularan virus COVID-19 ini masih tinggi sehingga kehadiran program vaksin bagi seluruh masyarakat sudah mendesak untuk direalisasikan.
Serangan pandemi COVID-19 telah membawa dampak besar bagi dunia dan negara-negara di dalamnya, khususnya bagi negara-negara berkembang dan negara-negara miskin.
Berbagai negara mengalami perlambatan pertumbuhan, penurunan ekonomi karena pembatasan, penghentian total sejumlah aktivitas, tingkat kemiskinan yang semakin tinggi, hingga penurunan drastis kemampuan kognitif terutama pada anak-anak.
Dengan demikian, kehadiran vaksin bagi semua masyarakat sudah ditunggu dan mendesak.