Jakarta (ANTARA) - Perancang busana dan penulis Diana Rikasari menyiasati kebutuhan dua buah hatinya untuk bermain di tengah keterbatasan ruang gerak saat pandemi dengan mengubah rumah jadi taman bermain.
Desainer yang awalnya dikenal sebagai blogger fesyen dan kini tinggal di Swiss itu menuturkan yang pertama ia lakukan adalah mengubah pola pikir bahwa rumah harus selalu rapi.
"Aku suka rumah rapi, tapi aku ubah mindset. Tidak apa-apa anak-anak buat rumah berantakan, aku mendukung kegiatan menyenangkan itu," kata Diana dalam konferensi pers daring Paddle Pop #MainYuk yang bertepatan dengan Hari Bermain Sedunia, Jumat.
Diana yang biasa tampil dengan busana warna-warni menyulap isi rumahnya menjadi taman bermain untuk putra dan putrinya. Perabotan digeser sedemikian rupa agar buah hatinya bisa mendirikan tenda hingga melompat di atas matras. Selama beberapa lama ruangan untuk makan beralih fungsi jadi tempat bermain.
"Sekeluarga makan ngemper," Diana tertawa.
Dia tak menampik sempat muncul rasa stres melihat rumah yang rapi jadi berantakan, tapi dia segera mengalihkannya agar perasaan itu berubah jadi positif.
Dia juga mengajak anak-anaknya untuk berkreasi mengubah barang-barang yang tak terpakai atau benda-beda di sekitar jadi mainan seru. Diana yang suka membuat karya-karya buatan tangan sejak kecil menerapkan lagi hal yang sama untuk anak-anaknya. Dia berkaca dari pola asuh orangtua yang membebaskannya untuk berkreasi sejak kecil.
"Aku suka bikin DIY (do it yourself) sejak kecil, itu caraku bermain dari dulu," kata Diana yang kerap mengunggah video permak baju lama menjadi baru dengan menambah aksesoris di sana-sini.
Gayanya bermain saat dulu menurun kepada si bungsu yang disebut gemar membuat kerajinan tangan, seperti membuat kalung dari bunga-bunga yang dipetik di dekat rumah atau mengubah panci dan mangkuk jadi alat musik drum.
Meski anak-anaknya sudah bisa bermain secara mandiri, Diana masih terus berusaha mendampingi mereka agar aktivitas bermain buah hati diwarnai dengan interaksi, sekaligus membantu anak mengeksplorasi imajinasi mereka.
Hal yang tak kalah penting adalah menyiapkan peralatan dasar untuk membuat kerajinan tangan seperti spidol, selotip, lem, gunting, dan sebagainya.
"Biarkan anak yang memimpin mau main apa, banyak permainan yang bisa direplikasi dengan barang-barang di rumah, cari yang ada di sekitar saja," kata dia mengenai kiat mengajak anak bermain di rumah.
Desainer yang awalnya dikenal sebagai blogger fesyen dan kini tinggal di Swiss itu menuturkan yang pertama ia lakukan adalah mengubah pola pikir bahwa rumah harus selalu rapi.
"Aku suka rumah rapi, tapi aku ubah mindset. Tidak apa-apa anak-anak buat rumah berantakan, aku mendukung kegiatan menyenangkan itu," kata Diana dalam konferensi pers daring Paddle Pop #MainYuk yang bertepatan dengan Hari Bermain Sedunia, Jumat.
Diana yang biasa tampil dengan busana warna-warni menyulap isi rumahnya menjadi taman bermain untuk putra dan putrinya. Perabotan digeser sedemikian rupa agar buah hatinya bisa mendirikan tenda hingga melompat di atas matras. Selama beberapa lama ruangan untuk makan beralih fungsi jadi tempat bermain.
"Sekeluarga makan ngemper," Diana tertawa.
Dia tak menampik sempat muncul rasa stres melihat rumah yang rapi jadi berantakan, tapi dia segera mengalihkannya agar perasaan itu berubah jadi positif.
Dia juga mengajak anak-anaknya untuk berkreasi mengubah barang-barang yang tak terpakai atau benda-beda di sekitar jadi mainan seru. Diana yang suka membuat karya-karya buatan tangan sejak kecil menerapkan lagi hal yang sama untuk anak-anaknya. Dia berkaca dari pola asuh orangtua yang membebaskannya untuk berkreasi sejak kecil.
"Aku suka bikin DIY (do it yourself) sejak kecil, itu caraku bermain dari dulu," kata Diana yang kerap mengunggah video permak baju lama menjadi baru dengan menambah aksesoris di sana-sini.
Gayanya bermain saat dulu menurun kepada si bungsu yang disebut gemar membuat kerajinan tangan, seperti membuat kalung dari bunga-bunga yang dipetik di dekat rumah atau mengubah panci dan mangkuk jadi alat musik drum.
Meski anak-anaknya sudah bisa bermain secara mandiri, Diana masih terus berusaha mendampingi mereka agar aktivitas bermain buah hati diwarnai dengan interaksi, sekaligus membantu anak mengeksplorasi imajinasi mereka.
Hal yang tak kalah penting adalah menyiapkan peralatan dasar untuk membuat kerajinan tangan seperti spidol, selotip, lem, gunting, dan sebagainya.
"Biarkan anak yang memimpin mau main apa, banyak permainan yang bisa direplikasi dengan barang-barang di rumah, cari yang ada di sekitar saja," kata dia mengenai kiat mengajak anak bermain di rumah.