Palembang (ANTARA) - PT Semen Baturaja (Persero) Tbk meraih pendapatan Rp1,72 triliun pada 2020 di saat pandemi COVID-19 masih melanda.
Direktur Utama PT Semen Baturaja (Persero) Tbk Jobi Triananda Hasjim di Palembang, Selasa, mengatakan peningkatan pendapatan itu salah satunya berkat upaya penjualan white clay.
“Hasilnya perseroan mampu menekan harga pokok secara signifikan dan juga memaksimalkan pendapatan dengan capaian Rp1,72 triliun,” katanya.
Menurut dia, capaian itu patut disyukuri mengingat industri semen mendapatkan sejumlah tantangan pada tahun lalu.
Merujuk data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), volume penjualan semen domestik sepanjang 2020 tercatat sebesar 62,5 juta ton. Realisasi tersebut menurun 10,7 persen (yoy) dan merupakan pertumbuhan terendah dalam 10 tahun terakhir.
‘’Banyak proyek pemerintah yang ditunda karena pandemi COVID-19. Meskipun masih ada proyek yang telah berjalan seperti proyek pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra di Sumsel,” katanya.
Salah satunya, proyek jalan tol Indralaya – Prabumulih, tol Muara Enim – Lubuklinggau – Bengkulu.
Padahal, proyek tersebut mampu membawa pengaruh untuk konsumsi semen di wilayah Sumatera.
Jobi menambahkan sejauh ini Semen Baturaja telah meningkatkan EBITDA menjadi Rp416,4 miliar, atau meningkat 2 persen dibanding 2019.
Selain itu, kata dia, perseroan berhasil membukukan cash from operation (CFO) Rp393 miliar pada akhir 2020 dan mampu mencatatkan EBITDA margin sebesar 24 persen, meningkat dibanding pencapaian 2019 sebesar 20 persen.
“Kami melakukan pengelolaan arus kas secara disiplin dan penetapan prioritas belanja modal sehingga meraih capaian tersebut,” katanya.
Ia menambahkan pihaknya juga menjaga kinerja dengan berbagai inisiatif strategis, yaitu efisiensi biaya produksi dan biaya usaha, perbaikan sistem distribusi dan penataan distributor.
“Sebagai BUMN, kami punya tanggung jawab untuk memaksimalkan pendapatan di tengah pandemi COVID-19,” katanya.
Jobi melanjutkan perseroan pun optimistis kinerja tahun ini lebih baik seiring adanya upaya akselerasi pemulihan ekonomi nasional. Upaya tersebut juga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan sektor infrastruktur yang menjadi sektor utama penyerap semen.
Apalagi, kata dia, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) memproyeksikan tahun ini konsumsi semen dalam negeri akan meningkat sekitar 7—8 persen.
Begitu pula dengan ekspor clinker dan semen diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 10 persen.
Hal ini terutama dikarenakan adanya peningkatan APBN 2021 untuk infrastruktur sebesar 47,3 persen menjadi Rp414 triliun dan pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan akan meningkat 4—5 persen.
Direktur Utama PT Semen Baturaja (Persero) Tbk Jobi Triananda Hasjim di Palembang, Selasa, mengatakan peningkatan pendapatan itu salah satunya berkat upaya penjualan white clay.
“Hasilnya perseroan mampu menekan harga pokok secara signifikan dan juga memaksimalkan pendapatan dengan capaian Rp1,72 triliun,” katanya.
Menurut dia, capaian itu patut disyukuri mengingat industri semen mendapatkan sejumlah tantangan pada tahun lalu.
Merujuk data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), volume penjualan semen domestik sepanjang 2020 tercatat sebesar 62,5 juta ton. Realisasi tersebut menurun 10,7 persen (yoy) dan merupakan pertumbuhan terendah dalam 10 tahun terakhir.
‘’Banyak proyek pemerintah yang ditunda karena pandemi COVID-19. Meskipun masih ada proyek yang telah berjalan seperti proyek pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra di Sumsel,” katanya.
Salah satunya, proyek jalan tol Indralaya – Prabumulih, tol Muara Enim – Lubuklinggau – Bengkulu.
Padahal, proyek tersebut mampu membawa pengaruh untuk konsumsi semen di wilayah Sumatera.
Jobi menambahkan sejauh ini Semen Baturaja telah meningkatkan EBITDA menjadi Rp416,4 miliar, atau meningkat 2 persen dibanding 2019.
Selain itu, kata dia, perseroan berhasil membukukan cash from operation (CFO) Rp393 miliar pada akhir 2020 dan mampu mencatatkan EBITDA margin sebesar 24 persen, meningkat dibanding pencapaian 2019 sebesar 20 persen.
“Kami melakukan pengelolaan arus kas secara disiplin dan penetapan prioritas belanja modal sehingga meraih capaian tersebut,” katanya.
Ia menambahkan pihaknya juga menjaga kinerja dengan berbagai inisiatif strategis, yaitu efisiensi biaya produksi dan biaya usaha, perbaikan sistem distribusi dan penataan distributor.
“Sebagai BUMN, kami punya tanggung jawab untuk memaksimalkan pendapatan di tengah pandemi COVID-19,” katanya.
Jobi melanjutkan perseroan pun optimistis kinerja tahun ini lebih baik seiring adanya upaya akselerasi pemulihan ekonomi nasional. Upaya tersebut juga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan sektor infrastruktur yang menjadi sektor utama penyerap semen.
Apalagi, kata dia, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) memproyeksikan tahun ini konsumsi semen dalam negeri akan meningkat sekitar 7—8 persen.
Begitu pula dengan ekspor clinker dan semen diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 10 persen.
Hal ini terutama dikarenakan adanya peningkatan APBN 2021 untuk infrastruktur sebesar 47,3 persen menjadi Rp414 triliun dan pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan akan meningkat 4—5 persen.