Jakarta (ANTARA) - Komposer Elwin Hendrjanto baru-baru ini terlibat dalam proyek game anak bangsa besutan Anantarupa Studio yakni Lokapala.

Dalam game bergenre Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) itu, Elwin didapuk sebagai komposer dan music director.

Kepada ANTARA belum lama ini, Elwin mengisahkan keterlibatannya dalam game yang dirilis pada 2020 itu.

"Senang sekali sebagai komposer untuk Lokapala karena memiliki kesempatan untuk banyak belajar legenda dan sejarah kuno dari Budaya Indonesia, selain itu secara musik saya dapat banyak eksplorasi perpaduan antara musik game cinematic orchestral dengan unsur traditional," kata Elwin.

Dalam menggarap musik latar untuk game, Elwin mengatakan kuncinya adalah menciptakan sebuah suasana yang dapat membantu pemain masuk ke dunia imajinasi game.

"Kedua, kita perlu berpikir dan dapat merencanakan bagaimana musik dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan game-nya. Misalnya, saat adegan berperang, semakin akan menang maupun akan kalah, musiknya perlu mengikuti mood dan emosi dari permainannya, hal ini contohnya dapat dilakukan dengan penambahan layer musik yang diprogram pada event tertentu dari game," kata dia.

Tak dipungkiri, music score dalam game akan sangat membantu mood dan meningkatkan pengalaman bermain game.

"Selain itu, musik yang cinematic akan kadang membawa pemain masuk ke dalam dunia yang diciptakan di dalam game itu," kata Elwin.

Elwin menemukan keseruan saat menggarap musik untuk game meski dalam penggarapannya Elwin mengalami banyak tantangan yang musti diselesaikan dengan solusi-solusi kreatif dan bahkan kadang harus menemukan inovasi teknik baru supaya hasilnya sesuai dengan yg diinginkan.

"Seru nya di sini adalah, karena musiknya interaktif dan terprogram, kemungkinan yg bisa dicapai adalah tak terbatas."


Awal kecintaan terhadap musik

Musisi asal Semarang, Jawa Tengah itu memulai kariernya dari musik klasik.

Dia jatuh cinta pada musik sejak usia empat tahun saat dia terbiasa melihat sang ibu yang memang seorang guru musik mengajari murid-murid di rumahnya.

"Saya masih ingat betul, banyak murid Ibu saya yang belajar ke rumah. Saya kemudian ikutan belajar mainin piano dengan Yamaha Portamento," katanya.

Elwin lantas menyeriusi musik di usia 14 tahun di mana dia mulai intensif berlatih dan mengikuti banyak festival electone dan piano.

Sensasi musik mulai merasuk jiwanya, seolah menjadi hembusan nafas baru. Senangnya, Elwin juga bisa bertemu dengan banyak talenta musik terbaik dari banyak negara, seperti musisi China, Taiwan, Jepang hingga Singapura. Itu terjadi saat ikut lomba Electone Yamaha mewakili Indonesia di Bangkok, Thailand tahun 2000.

Di kompetisi tersebut, Elwin menyabet prestasi Excellent Performance Award. Sepulang dari Bangkok, Elwin bertekad menggeluti piano dengan lebih serius. Keseriusan Elwin menggiringnya jadi juara Cipta Award yang digawangi oleh pianis kebanggaan Indonesia Ananda Sukarlan.

"Kemenangan ini membuka jalan studi musik saya ke luar negeri. Saya jadi mendapat tawaran belajar di Belanda," katanya.


Belajar musik ke Belanda

Elwin yang kala itu duduk di kelas tiga SMA Kolese Loyola, Semarang berkesempatan belajar musik dalam program pertukaran pelajar di Utrechts Conservatorium, Belanda, selama satu semester tahun 2003.

Usai program tersebut, Elwin lantas ikut serangkaian tes hingga mendapatkan sponsorship. Pihak Utrechts menjanjikan, bila lulus SMA, Elwin berhak atas beasiswa penuh selama empat tahun.

Selepas SMA Elwin langsung kembali lagi ke Belanda.

"Di sana saya kembali belajar piano klasik. Komposer di Eropa termasuk Mozart pernah main di situ, karena dulu Utrechts Conservatorium itu memang gedung konser. Jadi energinya sangat menginspirasi," kata Elwin.

Di sana, Elwin aktif mengikuti beragam festival hingga membuatnya bisa bertemu dengan banyak talenta terbaik dari varian sekolah musik, seperti dari Royal College of Music, London, Inggris.

"Gilla, level permainan piano mereka jauh di atas rata-rata," kata Elwin. Itu ini memicunya untuk belajar lebih tekun.

Lulus dari Utrechts sebagai sarjana (bachelor), Elwin berhasil tembus melanjutkan pendidikannya ke tingkat Master di Royal College of Music (RCM) dengan dukungan beasiswa dari Prins Bernhard Cultuurfonds. Tercatat RCM yang merupakan salah satu kampus musik terbaik yang melahirkan banyak musisi tersohor dengan mahakarya kelas dunia.

Elwin lantas mengambil studi S2 dengan jurusan piano klasik. Setahun kemudian, ia mengambil program master komposisi musik untuk film scoring.

"Pada waktu saya kecil, saya sangat terinspirasi dengan film Jurassic Park dan Lion King karena musiknya yang begitu indah dan megah. Suatu hari pengin bisa membuat musik untuk film-film bioskop," katanya.

Sebagai komposer, Elwin sejatinya wajib menciptakan musik yang dapat mendukung visual, baik dalam cerita, perasaan, emosi, ritme, tema, identitas, dan lainnya.

"Saya penyuka sinema, dan musik adalah sesuatu yang indah dan bisa menginspirasi. Intinya musik dan film itu wajib bisa ‘kawin’," katanya.

Selain menjadi komposer, Elwin juga bermitra dengan sahabatnya dari Royal College of Music, Dominic Ferris, membentuk The Piano Brothers.


Beach Boys dan Piano Brothers

Saat Piano Brothers tampil, seorang produser tertarik dengan kemampuan mereka.

"Dia bernama Jeff Jarratt, seorang produser yang pernah bekerja bersama George Martin, produser dari The Beatles zaman dulu," kata Elwin. Jeff Jarratt, kemudian mengenalkan Elwin ke Universal dan produser lain.

Dari perkenalan tersebut, Elwin kemudian dilibatkan dalam proyek bersama Chris Elliott, arranger untuk penyanyi Adele dan Amy Winehouse untuk proyek film. Setelah mereka tahu, Elwin juga seorang komposer, beberapa diantaranya juga memberinya pekerjaan untuk mengomposisi musik.

Bukan cuma itu perusahaan pembuat piano di Amerika dan Jerman yakni Steinway & Sons menggaet The Piano Brothers sebagai Brand Ambassador. Mereka menilai The Piano Brothers sebagai musisi yang moderen. Mereka diajak Steinway & Sons tampil di acara BMW. Jalan mereka pun semakin terbuka lebar. The Piano Brothers sering menggelar konser.

Elwin ikut menggarap proyek orkestra album remaked Elvis Presley dan Roy Orbisson untuk legenda hidup The Beach Boys.

Elwin juga berkarya untuk film scoring, baik film pendek, film feature (documentary) dan film bioskop, seperti "Love is Blind (Cinta itu Buta)" yang sempat diputar di bioskop-bioskop di Asia Tenggara dan sekarang ditayangkan di Netflix; "Preman", "Riki Rhino", "Dreams", "Surga di bawah Langit",dan beberapa film lain yang sedang dalam proses produksi.
 

Pewarta : Ida Nurcahyani
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024