Palembang (ANTARA) - Aktivis pusat pembelaan hak-hak perempuan 'Women`s Crisis Centre -WCC' Palembang, Sumatera Selatan mengajak seluruh kaum perempuan bersatu melawan kekerasan berbasis gender.
"Tindak kekerasan terhadap perempuan terus terjadi dan jumlah kasusnya setiap tahun cenderung meningkat, melihat fakta tersebut sudah saatnya perempuan berani melawan, bersatu, dan tidak perlu malu kasusnya diketahui banyak orang," kata Direktur Eksekutif WCC Palembang, Yeni Roslaini Izi di Palembang, Selasa.
Dia menjelaskan, masih tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan seperti kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan dalam pacaran (KDP), dan pelecehan seksual dipengaruhi korban takut dan malu melaporkan permasalahan yang dialaminya kepada pihak berwajib.
Untuk menurunkan tingginya kasus tersebut, aktivis WCC akan terus mengedukasi ibu-ibu dan kaum perempuan untuk melakukan gugatan hukum jika mengalami masalah tindak kekerasan oleh suami atau teman prianya, kata Yeni.
Menurut dia, permasalahan tersebut juga menjadi perhatian konsorsium delapan organisasi perempuan Mitra MAMPU dari seluruh Pulau Sumatera atau yang dikenal dengan Permampu dalam peringatan Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day-IWD) 8 Maret 2021.
Aktivis organisasi perempuan Mitra MAMPU membuat pernyataan bahwa "Perempuan Sumatera Otonom Atas Tubuhnya, Bersatu Melawan Kekerasan Berbasis Gender, Menghormati Keberagaman dan Tangguh di masa Pandemi COVID 19".
Perempuan hingga kini tetap menghadapi berbagai bentuk diskriminasi seperti kekerasan seksual, perkawinan anak, kriminalisasi perempuan karena aborsi, dan yang paling akhir adalah pengaturan pakaian perempuan di lembaga pendidikan.
Kemudian dalam kondisi pandemi COVID-19 dalam setahun terakhir, kekerasan seksual maupun bentuk kekerasan lainnya berbasis online juga semakin marak terjadi.
Menghadapi kondisi tersebut, pihaknya terus berupaya melakukan edukasi terhadap kaum perempuan dan melakukan berbagai tindakan yang dapat menurunkan kasus kekerasan terhadap perempuan yang setiap tahunnya di Sumsel berada pada angka di atas 100 kasus, ujar Direktur WCC Palembang.
"Tindak kekerasan terhadap perempuan terus terjadi dan jumlah kasusnya setiap tahun cenderung meningkat, melihat fakta tersebut sudah saatnya perempuan berani melawan, bersatu, dan tidak perlu malu kasusnya diketahui banyak orang," kata Direktur Eksekutif WCC Palembang, Yeni Roslaini Izi di Palembang, Selasa.
Dia menjelaskan, masih tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan seperti kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan dalam pacaran (KDP), dan pelecehan seksual dipengaruhi korban takut dan malu melaporkan permasalahan yang dialaminya kepada pihak berwajib.
Untuk menurunkan tingginya kasus tersebut, aktivis WCC akan terus mengedukasi ibu-ibu dan kaum perempuan untuk melakukan gugatan hukum jika mengalami masalah tindak kekerasan oleh suami atau teman prianya, kata Yeni.
Menurut dia, permasalahan tersebut juga menjadi perhatian konsorsium delapan organisasi perempuan Mitra MAMPU dari seluruh Pulau Sumatera atau yang dikenal dengan Permampu dalam peringatan Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day-IWD) 8 Maret 2021.
Aktivis organisasi perempuan Mitra MAMPU membuat pernyataan bahwa "Perempuan Sumatera Otonom Atas Tubuhnya, Bersatu Melawan Kekerasan Berbasis Gender, Menghormati Keberagaman dan Tangguh di masa Pandemi COVID 19".
Perempuan hingga kini tetap menghadapi berbagai bentuk diskriminasi seperti kekerasan seksual, perkawinan anak, kriminalisasi perempuan karena aborsi, dan yang paling akhir adalah pengaturan pakaian perempuan di lembaga pendidikan.
Kemudian dalam kondisi pandemi COVID-19 dalam setahun terakhir, kekerasan seksual maupun bentuk kekerasan lainnya berbasis online juga semakin marak terjadi.
Menghadapi kondisi tersebut, pihaknya terus berupaya melakukan edukasi terhadap kaum perempuan dan melakukan berbagai tindakan yang dapat menurunkan kasus kekerasan terhadap perempuan yang setiap tahunnya di Sumsel berada pada angka di atas 100 kasus, ujar Direktur WCC Palembang.