Jakarta (ANTARA) - Wabah COVID-19 membuat ekonomi sejumlah negara mengalami tekanan, termasuk Indonesia terlihat dengan banyaknya sektor usaha yang terpaksa merumahkan pekerjanya.

Terkait dengan kondisi tersebut, pemerintah Indonesia secara berkesinambungan telah mengeluarkan berbagai kebijakan dengan tujuan untuk meringankan beban sektor usaha akibat wabah virus corona (COVID-19).

Kalangan usaha muda termasuk yang mengalami dampak dari COVID-19. Tatkala sedang merintis usaha kemudian hadir wabah membuat banyak dari mereka yang harus segera beradaptasi agar tidak ikut ke dalam pusaran krisis ekonomi.

Kehadiran wirausahawan muda ini memiliki peranan penting untuk mengatasi dampak COVID-19 terhadap laju perekonomian nasional.

Terkait hal itu UNDP belum lama ini menyelenggarakan bincang-bincang untuk mencari solusi di bidang bisnis di tengah tekanan akibat pandemi.

Acara yang dihadiri lebih dari 300 pengusaha muda di seluruh Indonesia menampilkan temuan survei terbaru tentang dampak COVID-19 terhadap Wirausahawan Muda di Indonesia.


Libatkan UKM
UNDP bersama Citi Foundation telah mendirikan Youth Co: Lab untuk memberdayakan dan mengajak kaum muda berinvestasi program pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) melalui kepemimpinan, inovasi sosial dan kewirausahaan melibatkan UKM (usaha kecil dan menengah).

Program ini telah dilaksanakan di 25 negara dan wilayah di seluruh kawasan Asia Pasifik melalui berbagai kegiatan misalnya kegiatan hari ini, konferensi regional, dan lomba inovasi sosial yang menjangkau lebih dari 75.000 peserta.

Inisiatif ini telah memberikan manfaat bagi lebih dari 7.100 wirausaha sosial muda dan membantu meluncurkan atau meningkatkan hampir 650 wirausaha sosial. Program ini juga berhasil menjalin kemitraan dengan lebih dari 180 pemain kunci dalam ekosistem ini.

Kepala Perwakilan UNDP Indonesia Christophe Bahuet mengatakan semangat kewirausahaan muda di Indonesia tumbuh subur. Ada keinginan yang sangat besar dari kaum muda di Indonesia untuk mempunyai usaha sendiri dan berkontribusi bagi perekonomian nasional.

Meskipun COVID-19 memiliki dampak yang signifikan bagi para wirausahawan muda, mereka dapat bangkit kembali lebih cepat dengan dukungan kuat yang ditargetkan untuk membantu mereka tumbuh di saat krisis seperti sekarang.

Sebagai bagian dari dukungannya untuk pembangunan nasional dan pemulihan COVID-19, UNDP Indonesia membantu kaum muda mengembangkan keterampilan kewirausahaan mereka dan juga mendukung pemerintah dalam merancang kebijakan yang akan membantu kaum muda berkembang, kata Bhauet.

Dalam sambutan pembukaannya, CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan anak muda di Indonesia memegang kunci untuk mendorong negara keluar dari krisis melalui kewirausahaan.

Saat ini dunia tengah dihadapkan pada tantangan yang cukup besar, dimana pandemi COVID-19 ini telah dan akan mengubah cara kita dalam menjalani hidup selama ini. Namun di tengah tantangan tersebut, terdapat sejumlah peluang serta kreativitas yang dihadirkan oleh para generasi muda guna memberikan manfaat positif bagi masyarakat.

Batara berharap terciptanya diskusi antar pihak untuk mencari ide serta solusi kreatif yang mendukung para generasi muda Indonesia untuk dapat terus berinovasi serta berkontribusi terhadap perekonomian bangsa di tengah masa penuh tantangan seperti saat ini.
  Sektor ritel harus dapat beradaptasi di tengah wabah COVID-19 agar tetap dapat beroperasi (HO/AEON)


Atur Ulang
Chief Business Development Officer iGrow, Ade N. Safrina Nasution mengatakan pandemi telah secara dramatis mengubah cara bekerja dan hidup. Meskipun demikian daripada membiarkan situasi berjalan dengan tidak terkendali, banyak pengusaha yang telah memutuskan untuk mengatur ulang strategi dan mengambil tindakan untuk mengantisipasi perubahan permintaan.

Ade menegaskan uang dan peluang masih ada, tetapi prioritas mengalami perubahan, jadi harus menyesuaikan model bisnis.

Survei UNDP yang menargetkan remaja berusia 16-30 tahun. Ada 756 respon terhadap survei tersebut, yang hasil utamanya adalah 79 persen wirausahawan muda melaporkan bahwa COVID-19 berdampak negatif pada bisnis mereka. Dari jumlah tersebut, 21 persen melaporkan bahwa bisnis mereka telah sepenuhnya berhenti beroperasi karena virus corona.

Baca juga: Flou Cloud solusi digital anak bangsa untuk gerakkan UMKM

Kemudian ada temuan juga bahwa 58 persen wirausahawan muda melaporkan penurunan omset keuangan mereka hingga 81 persen. Dementara 36 persen melaporkan penurunan omset keuangan hingga 40 persen.

Hanta 6 persn pengusaha muda menyatakan bahwa mereka mengalami peningkatan atau tidak ada dampak sama sekali pada perputaran keuangan mereka.

Baca juga: Pembiayaan digital bisa jadi alternatif bagi pelaku UMKM

Survei juga menyebutkan untuk merespon pandemi, 84 persen wirausahawan muda melaporkan bahwa mereka telah mulai mengembangkan sistem pendukung melalui berbagai jaringan kewirausahaan muda.

Pandemi telah mengubah gaya hidup masyarakat. Co-founder FORE Coffee Elisa Suteja mengatakan, sebelum pandemi banyak konsumen yang minum kopi Fore di kafe. Namun semuanya berubah saat terjadi pandemi dan dilakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Konsumen lebih memilih untuk memesan kopi secara online. Karena itu, Fore kemudian mulai ubah strategi dengan fokus melayani penjualan online dan menutup beberapa kafe offline.

Sektor agrikultur termasuk salah satu industri yang tidak terlalu terpengaruh terhadap pandemi. Hal ini diakui Chief Business Development Officer iGrow, Jim Oklahoma.

Menurut dia, pinjaman yang disalurkan ke petani hanya turun pada Maret. Setelah itu, pencairan pinjaman justru terus meningkat.

Apabila dibandingkan jumlah pinjaman tahun lalu yang mencapai Rp72 miliar, tahun ini jauh meningkat. Hingga Agustus, jumlahnya sudah mencapai lebih dari Rp60 miliar. Kemungkinan besar, pencairan pinjaman ke petani pada tahun ini lebih besar dibandingkan tahun lalu, jelas Jim.

Asisten Deputi Bidang Kewirausahaan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, Imam Gunawan mengatakan, Kemenpora meminta para wirausaha muda yang terkena dampak pandemi untuk melapor ke instansi terdekat, mulai dari tingkat desa.

Identifikasi masalah apa yang dihadapi nanti akan disiapkan skema bantuan yang pas. "Jadi, kami memang tidak secara aktif memberikan bantuan tetapi wirausaha muda yang harus lebih aktif untuk melapor," kata Imam.

Dengan bertemunya kalangan muda untuk mencari solusi terhadap tekanan ekonomi diharapkan adanya rumusan kebijakan yang dapat disampaikan kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti.

Belajar dari krisis ekonomi tahun 1998 yang ternyata bisa bangkit dari usaha kecil dan menengah, maka menghadapi dampak dari wabah COVID-19 sektor ini juga harus terus dipupuk dengan memberikan kemudahan dan kemurahan melalui regulasi.

Dengan dialog diharapkan semuanya bisa selamat dari krisis ekonomi seperti pengalaman tahun-tahun sebelumnya, setidaknya demikian harapan peserta dialog antarwirausahawan muda ini.

Pewarta : Ganet Dirgantara
Editor : Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024