Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan ide atau gagasan bisnis atau kewirausahaan perlu ditindaklanjuti dengan keberanian untuk eksekusi dan kesinambungan (sustainable) agar dapat terwujud.
"Indonesia ini sangat kaya jadi potensinya sangat besar, di sini kita harus bisa melihat bahwa terdapat peluang dan inilah sebetulnya kewirausahaan dari segi ide," ujar Ketua Bidang UMKM/IKM Apindo Ronald Walla dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu.
Menurut Ronald, kewirausahaan ide tersebut tidak mungkin dapat berjalan kalau tidak ada langkah kedua yakni eksekusi dan sustainable.
"Selain itu (produk UMKM) harus orisinal, sesuai dengan passion-nya, belajarnya dan lingkungan sekitarnya," katanya.
Sebelumnya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat sebanyak 301.115 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) beralih ke usaha digital selama pandemi COVID-19.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong pelaku UMKM lainnya untuk memanfaatkan momentum ini untuk memperluas penetrasi pasar karena terjadi perubahan pola konsumsi pasar dari konvensional menjadi digital.
Ia mengungkapkan beberapa bisnis dalam jaringan (online) yang melonjak signifikan selama masa pandemi virus corona ini adalah kebutuhan rumah tangga sebesar 400 persen.
Kemudian disusul penjualan produk kecantikan sebesar 80 persen dan busana 40 persen serta usaha pengiriman barang yang naik 35 persen.
Adapun potensi nilai ekonomi digital menjadi lebih tinggi pada tahun ini diprediksi mencapai sekitar 35 miliar dolar AS dan tahun 2025 mencapai 101 miliar dolar AS.
Sedangkan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mencatat ada 64,1 juta pelaku UMKM di Indonesia per semester I tahun 2019.
Dari jumlah itu, sebanyak 63,3 juta atau 98,6 persen merupakan pelaku usaha mikro, sisanya pelaku usaha menengah (1,2 persen) dan menengah (0,09 persen).
"Indonesia ini sangat kaya jadi potensinya sangat besar, di sini kita harus bisa melihat bahwa terdapat peluang dan inilah sebetulnya kewirausahaan dari segi ide," ujar Ketua Bidang UMKM/IKM Apindo Ronald Walla dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu.
Menurut Ronald, kewirausahaan ide tersebut tidak mungkin dapat berjalan kalau tidak ada langkah kedua yakni eksekusi dan sustainable.
"Selain itu (produk UMKM) harus orisinal, sesuai dengan passion-nya, belajarnya dan lingkungan sekitarnya," katanya.
Sebelumnya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat sebanyak 301.115 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) beralih ke usaha digital selama pandemi COVID-19.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong pelaku UMKM lainnya untuk memanfaatkan momentum ini untuk memperluas penetrasi pasar karena terjadi perubahan pola konsumsi pasar dari konvensional menjadi digital.
Ia mengungkapkan beberapa bisnis dalam jaringan (online) yang melonjak signifikan selama masa pandemi virus corona ini adalah kebutuhan rumah tangga sebesar 400 persen.
Kemudian disusul penjualan produk kecantikan sebesar 80 persen dan busana 40 persen serta usaha pengiriman barang yang naik 35 persen.
Adapun potensi nilai ekonomi digital menjadi lebih tinggi pada tahun ini diprediksi mencapai sekitar 35 miliar dolar AS dan tahun 2025 mencapai 101 miliar dolar AS.
Sedangkan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mencatat ada 64,1 juta pelaku UMKM di Indonesia per semester I tahun 2019.
Dari jumlah itu, sebanyak 63,3 juta atau 98,6 persen merupakan pelaku usaha mikro, sisanya pelaku usaha menengah (1,2 persen) dan menengah (0,09 persen).