Jakarta (ANTARA) - Pemerintah akan berupaya untuk memperkuat kinerja ekonomi melalui pemberian stimulus fiskal agar pertumbuhan pada akhir 2020 bisa di atas nol persen.
"Melalui stimulus, kita akan menjaga pertumbuhan ekonomi di atas nol persen, mendekati satu persen," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Rabu.
Sri Mulyani mengakui pertumbuhan ekonomi telah terkontraksi karena aktivitas ekonomi di berbagai sektor mulai terdampak oleh COVID-19.
Situasi itu yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2020 dapat mengalami perlambatan lebih dalam terutama setelah adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dengan kondisi ini, menurut dia, perekonomian Indonesia dapat masuk dalam skenario berat dari rentang proyeksi pertumbuhan 2,3 persen hingga -0,4 persen.
Meski demikian, Sri Mulyani menyakini, melalui pemberian stimulus untuk mengatasi pandemi COVID-19 hingga Rp677,2 triliun, perekonomian masih bisa tumbuh di zona positif.
Baca juga: Bank Dunia prediksi ekonomi Indonesia melambat ke nol persen
"Triwulan dua akan turun akibat adanya PSBB, tapi dengan adanya stimulus, maka triwulan tiga-empat, bisa mengejar kembali. Jadi kita berharap ekonomi bisa masuk zona positif," ujarnya.
Sebelumnya, Ekonom Senior Bank Dunia Ralph Van Doorn memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat ke level nol persen atau tidak tumbuh untuk tahun ini karena COVID-19.
"Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat ke nol persen. Asumsi ini berdasarkan dua bulan implementasi dari PSBB yang efektif mulai April hingga Mei bahkan sampai Juni," katanya.
Ralph mengatakan prediksi tersebut juga merupakan imbas dari perekonomian global yang melambat baik di
negara maju maupun berkembang sehingga berpengaruh pada harga-harga komoditas.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan I-2020 hanya tumbuh 2,97 persen atau turun dari perkiraan sebelumnya pada kisaran empat persen.
"Melalui stimulus, kita akan menjaga pertumbuhan ekonomi di atas nol persen, mendekati satu persen," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Rabu.
Sri Mulyani mengakui pertumbuhan ekonomi telah terkontraksi karena aktivitas ekonomi di berbagai sektor mulai terdampak oleh COVID-19.
Situasi itu yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2020 dapat mengalami perlambatan lebih dalam terutama setelah adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dengan kondisi ini, menurut dia, perekonomian Indonesia dapat masuk dalam skenario berat dari rentang proyeksi pertumbuhan 2,3 persen hingga -0,4 persen.
Meski demikian, Sri Mulyani menyakini, melalui pemberian stimulus untuk mengatasi pandemi COVID-19 hingga Rp677,2 triliun, perekonomian masih bisa tumbuh di zona positif.
Baca juga: Bank Dunia prediksi ekonomi Indonesia melambat ke nol persen
"Triwulan dua akan turun akibat adanya PSBB, tapi dengan adanya stimulus, maka triwulan tiga-empat, bisa mengejar kembali. Jadi kita berharap ekonomi bisa masuk zona positif," ujarnya.
Sebelumnya, Ekonom Senior Bank Dunia Ralph Van Doorn memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat ke level nol persen atau tidak tumbuh untuk tahun ini karena COVID-19.
"Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat ke nol persen. Asumsi ini berdasarkan dua bulan implementasi dari PSBB yang efektif mulai April hingga Mei bahkan sampai Juni," katanya.
Ralph mengatakan prediksi tersebut juga merupakan imbas dari perekonomian global yang melambat baik di
negara maju maupun berkembang sehingga berpengaruh pada harga-harga komoditas.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan I-2020 hanya tumbuh 2,97 persen atau turun dari perkiraan sebelumnya pada kisaran empat persen.