Palembang (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika akan menambah satu unit alat pendeteksi gempa di Kabupaten Empat Lawang,  Sumatera Selatan yang berbatasan dengan Bengkulu.

Pengamat Meteorologi dan Geofisika [PMG] Ahli Muda BMKG, Stasiun Geofisika Kepahiang-Bengkulu, Sabar Ardianyah, Senin, mengatakan penambahan alat pendeteksi gempa untuk meningkatkan kewaspadaan mengingat terjadi peningkatan intensitas gempa di wilayah tersebut beberapa waktu terakhir. 

"Sumsel tidak aman 100 persen dari gempa karena masih ada potensi gempa darat yang sifatnya bisa sangat merusak," ujar Sabar Ardiansyah dihubungi dari Palembang, Senin.

Rencananya alat pendeteksi gempa itu menjadi yang kedua di Kabupaten Empat Lawang karena pada 2019 BMKG juga pernah memasang satu unit, sementara untuk Sumsel alat pendeteksi gempa sudah terpasang di Kota Pagaralam pada 2019, Musi Rawas - Utara (2019), Lahat (2007) dan Semendo - Muara Enim (2019).

Stasiun Geofisika Kepahiang mencatat terjadi lebih dari 12 kali gempa darat dalam kurun dua bulan terakhir yang berpusat di Patahan Besar Sumatera Segmen Manna (Pagaralam), Segmen Musi (Empat Lawang) dan Segmen Komering.

Salah satu gempa paling besar terjadi pada 31 Januari 2020 Pukul 18.55 WIB dengan kekuatan 4,3 skala richter yang getaranya terasa hingga Kota Lubuklinggau, gempa darat tektonik tersebut bersumber di wilayah Bukit Barisan pada jarak 14 Kilometer Barat Laut dengan kedalaman 2 Kilometer di Kabupaten Empat Lawang. 

Namun frekuensi gempa paling banyak berada di Segmen Manna yang terjadi 11 kali, bahkan sembilan di antaranya terjadi hanya dalam kurun lima hari dengan magnitudo di bawah 5 skala richter, peningkatan tersebut dinilai 'tidak lazim' mengingat Segmen Manna Pagaralam termasuk patahan lokal pasif.

Sehingga pihaknya meminta mayarakat waspada sebab Segmen Manna, Musi dan Komering masih menyimpan potensi gempa tektonik dengan kekuatan maksimum 7 skala richter yang bersifat sangat merusak karena rambatan langsung ke pemukiman.

Seperti gempa darat yang terjadi pada 9 September 2008 dengan kekuatan 5,6 skala richter di Kota Pagaralam, setidaknya 355 unit rumah di 11 desa rusak, melukai 60 orang dan 2 orang meninggal dunia.

"Saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi secara akurat waktu dan lokasi gempa bumi, tetapi wilayah yang berpotensi sudah dipetakan serta dipasang alat pendeteksi," tambah Sabar.

Pihaknya belum bisa memastikan pelaksanaan pemasangan alat pendeteksi gempa tersebut karena masih berkoordinasi dengan Pemkab Empat Lawang terkait perkembangan situasi dan kondisi yang mendukung.

Pewarta : Aziz Munajar
Editor : Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024