Trenggalek, Jatim (ANTARA) - Tarian Bedoyo Denawa Estri menjadi pembuka pagelaran seni budaya Kabupaten Trenggalek di Anjungan Jawa Timur Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu.
Dalam siaran pers Bagian Humas Pemkab Trenggalek diterima ANTARA, Minggu, dijelaskan bahwa "Bedoyo" merupakan sebuah tari sambutan sedangkan "denawa estri" merupakan karya tari yang menggambarkan jiwa manusia yang berubah karena mengikuti hawa nafsu.
"Tarian ini mengambil kisah dari tari turonggo yakso tari khas 'Bumi Sopal', bedoyo denowo estri mengambarkan perubahan perilaku angkara murka manusia selayaknya sosok raksasa. Namun akal pikiran dan hati nurani yang jernih akhirnya dapat mengendalikan sifat angkara murka tersebut," terang Kabag Protokol dan Rumah Tangga Pemkab Trenggalek, Stefanus Triadi Atmono.
Karya seni tari ini sendiri menjadi pembuka yang menarik pagelaran seni budaya Kabupaten Trenggalek pagelaran seni budaya Kabupaten Trenggalek di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
Gerak atraktif para penari asal "Kota Gaplek" ini menghipnotis para tamu undangan yang hadir.
Pengiket sinongkelan, karya seni tari selanjutnya juga tidak kalah menghibur.
Mengambil cerita dari sebuah tradisi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat di Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek.
"Sosok Prabu Sinongkelan dan budaya yang dikembangkannya menjadi inspirasi dari tari pangiket sinongkelan ini," kata Triadi mengilustrasikan.
Dikatakan, selama ini masyarakat Desa Prambon terus melestarikan budaya tayub sinongkelan yang unik.
Dalam ritual tayub sinongkelan ini para waranggono menjadi objek cerita, sedangkan Prabu Sinongkelan sebagai dalangnya.
Hakekat dari ritual ini merupakan penggambaran kehidupan manusia, yang terikat dalam tiga hal, yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan alam sekitar dan manusia dengan sesamanya.
Dalam siaran pers Bagian Humas Pemkab Trenggalek diterima ANTARA, Minggu, dijelaskan bahwa "Bedoyo" merupakan sebuah tari sambutan sedangkan "denawa estri" merupakan karya tari yang menggambarkan jiwa manusia yang berubah karena mengikuti hawa nafsu.
"Tarian ini mengambil kisah dari tari turonggo yakso tari khas 'Bumi Sopal', bedoyo denowo estri mengambarkan perubahan perilaku angkara murka manusia selayaknya sosok raksasa. Namun akal pikiran dan hati nurani yang jernih akhirnya dapat mengendalikan sifat angkara murka tersebut," terang Kabag Protokol dan Rumah Tangga Pemkab Trenggalek, Stefanus Triadi Atmono.
Karya seni tari ini sendiri menjadi pembuka yang menarik pagelaran seni budaya Kabupaten Trenggalek pagelaran seni budaya Kabupaten Trenggalek di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
Gerak atraktif para penari asal "Kota Gaplek" ini menghipnotis para tamu undangan yang hadir.
Pengiket sinongkelan, karya seni tari selanjutnya juga tidak kalah menghibur.
Mengambil cerita dari sebuah tradisi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat di Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek.
"Sosok Prabu Sinongkelan dan budaya yang dikembangkannya menjadi inspirasi dari tari pangiket sinongkelan ini," kata Triadi mengilustrasikan.
Dikatakan, selama ini masyarakat Desa Prambon terus melestarikan budaya tayub sinongkelan yang unik.
Dalam ritual tayub sinongkelan ini para waranggono menjadi objek cerita, sedangkan Prabu Sinongkelan sebagai dalangnya.
Hakekat dari ritual ini merupakan penggambaran kehidupan manusia, yang terikat dalam tiga hal, yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan alam sekitar dan manusia dengan sesamanya.