Bogor (ANTARA) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman membeberkan sejumlah capaian kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) saat menggelar kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrenbangtan) 2019 di Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa.
"Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh Kepala Dinas, provinsi kabupaten se-Indonesia atas partisipasinya terhadap produksi produktivitas ekspor, inflasi, kemiskinan menurun, kemudian ekspor kita meningkat itu atas kerja keras kita semua," ujarnya saat konferensi pers usai acara.
Menurutnya, meski anggaran Kementerian Pertanian menyusut dari Rp32 triliun menjadi Rp21 triliun, tapi produksi sektor pertanian bisa meningkat sebagai hasil kebijakan yang tepat dan juga tepat sasaran.
Sedangkan kebijakan-kebijakan yang dianggap tidak produktif dan tidak bisa mendorong pertumbuhan produksi akan dicabut sesuai arahan langsung dari Presiden Joko Widodo.
"Program yang tidak produktif seperti biaya yang tidak penting, perjalanan dinas, seminar yang tidak penting, moratorium beli motor beli mobil itu tidak penting, cat kantor itu kita hilangkan," bebernya.
Sebaliknya, program-program yang sudah baik di era kepemimpinan Jokowi - Jusuf Kalla menurutnya akan terus dilanjutkan, sehingga bisa meningkatkan investasi dan ekspor. Karena dua hal itu yang dianggap Amran bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kami sampaikan, program yang sudah baik ini dijaga dengan baik, kebijakan yang sudah baik era pemerintahan Jokowi - JK kita lanjutkan. Karena kita melihat kalaupun anggaran sesungguhnya turun, tapi produksi ekspor tetap naik, dan itu disampaikan oleh komisi IV DPR RI kemarin," kata Amran.
Prestasi lain di sektor pertanian adalah peningkatan PDB sektor pertanian 2014-2018 secara drastis. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB sektor pertanian tercatat naik Rp400 triliun sampai Rp500 triliun. Total akumulasi mencapai Rp1.370 triliun.
“Peningkatan PDB pertanian didorong oleh peningkatan volume ekspor. Jika pada 2013 ekspor hanya mencapai 33 juta ton, maka pada 2018 ekspor pertanian mencapai 42 juta ton,” tuturnya.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia mencapai 3,7 persen, melampaui target yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 3,5 persen.
Sementara inflasi pangan selama periode 2014 – 2017 juga menunjukkan tren yang positif. Pada tahun 2017, inflasi pangan bisa ditekan hingga 1,26 persen. Capaian tersebut menunjukkan inflasi pangan sudah jauh lebih terkendali, terutama bila dibandingkan inflasi pangan tahun 2014 yang mencapai 10,57 persen.
"Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh Kepala Dinas, provinsi kabupaten se-Indonesia atas partisipasinya terhadap produksi produktivitas ekspor, inflasi, kemiskinan menurun, kemudian ekspor kita meningkat itu atas kerja keras kita semua," ujarnya saat konferensi pers usai acara.
Menurutnya, meski anggaran Kementerian Pertanian menyusut dari Rp32 triliun menjadi Rp21 triliun, tapi produksi sektor pertanian bisa meningkat sebagai hasil kebijakan yang tepat dan juga tepat sasaran.
Sedangkan kebijakan-kebijakan yang dianggap tidak produktif dan tidak bisa mendorong pertumbuhan produksi akan dicabut sesuai arahan langsung dari Presiden Joko Widodo.
"Program yang tidak produktif seperti biaya yang tidak penting, perjalanan dinas, seminar yang tidak penting, moratorium beli motor beli mobil itu tidak penting, cat kantor itu kita hilangkan," bebernya.
Sebaliknya, program-program yang sudah baik di era kepemimpinan Jokowi - Jusuf Kalla menurutnya akan terus dilanjutkan, sehingga bisa meningkatkan investasi dan ekspor. Karena dua hal itu yang dianggap Amran bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kami sampaikan, program yang sudah baik ini dijaga dengan baik, kebijakan yang sudah baik era pemerintahan Jokowi - JK kita lanjutkan. Karena kita melihat kalaupun anggaran sesungguhnya turun, tapi produksi ekspor tetap naik, dan itu disampaikan oleh komisi IV DPR RI kemarin," kata Amran.
Prestasi lain di sektor pertanian adalah peningkatan PDB sektor pertanian 2014-2018 secara drastis. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB sektor pertanian tercatat naik Rp400 triliun sampai Rp500 triliun. Total akumulasi mencapai Rp1.370 triliun.
“Peningkatan PDB pertanian didorong oleh peningkatan volume ekspor. Jika pada 2013 ekspor hanya mencapai 33 juta ton, maka pada 2018 ekspor pertanian mencapai 42 juta ton,” tuturnya.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia mencapai 3,7 persen, melampaui target yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 3,5 persen.
Sementara inflasi pangan selama periode 2014 – 2017 juga menunjukkan tren yang positif. Pada tahun 2017, inflasi pangan bisa ditekan hingga 1,26 persen. Capaian tersebut menunjukkan inflasi pangan sudah jauh lebih terkendali, terutama bila dibandingkan inflasi pangan tahun 2014 yang mencapai 10,57 persen.