"Negara itu selalu dikatakan aman, yang menarik waktu saya ke sana, paspampres itu minta izin bawa senjata dan tidak diizinkan oleh mereka. 'Di sini (Selandia Baru) aman, tidak ada yang bawa senjata di sini, kenapa mesti bawa senjata?" kata JK di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Jumat.
Pengalaman itu dirasakan JK saat berlibur merayakan tahun baru 2019 lalu bersama keluarga besarnya ke Queenstown, Selandia Baru. Akhirnya, paspampres mengamankan Wapres dan keluarganya tanpa membawa senjata api.
JK juga merasakan pengalaman menjalankan ibadah shalat di masjid di Selandia Baru. Menurutnya, tidak ada hawa diskriminatif ketika umat Islam menjalankan ibadah di negara kepulauan barat daya Samudera Pasifik tersebut.
"Orang ke masjid ya biasa saja, seperti kita di sini, tidak ada perasaan ketidaksenangan. Saya dua kali shalat di masjid sana dan itu sangat baik, sangat terbuka pemerintah dan masyarakat di sana, tidak ada unsur-unsur diskriminatif di sana, dan masjid itu ada di mana-mana," tutur Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu.
Wapres mengutuk pelaku penembakan yang diduga telah direncanakan dengan baik, apalagi sambil mempublikasikan pembantaian tersebut melalui siaran live streaming di media sosial.
Pada saat kejadian, dilaporkan ada enam warga negara Indonesia sedang berada di masjid Al-Noor, Christchurch, Selandia Baru. Hingga Jumat siang, tiga WNI telah berhasil dihubungi dalam keadaan selamat, sementara tiga lainnya masih dilakukan pencarian.
Berdasarkan data Kemlu, terdapat 330 WNI tinggal di Christchurch, dan 130 di antaranya adalah pelajar Indonesia yang sedang menempuh studi di Selandia Baru.
Bagi keluarga dan kerabat WNI yang membutuhkan informasi lebih lanjut dan bantuan konsuler dapat menghubungi hotline KBRI Wellington pada nomor +64211950980 dan +64 22 3812 065.