Palembang (ANTARA News Sumsel) - Kapal Nelayan menggunakan Bahan Bakar Gas bisa tiga kali lebih irit dibanding pemakaian Bahan Bakar Minyak dengan alat konversi dari Kementrian ESDM. 

"Perbandingannya itu 1 tabung gas = 7 liter BBM, untuk satu mesin pakai dua tabung gas, pengeluarannya sendiri 3 kali lebih irit daripada pakai BBM," kata Perwakilan Kementrian ESDM Heru Riyanto saat Sosialisasi program konversi BBM ke BBG untuk nelayan di Dermaga Lais Palembang, Selasa (16/10)

Menurutnya BBG hanya diperuntukkan kapal nelayan tangkap ikan ukuran kecil dengan 3 varian mesin yakni 6,5 PK, 6,5 - 9 PK, dan 9 - 13 PK, pada tahap awal diberikan kepada 90 kapal dari 700 lebih nelayan yang ada di Kota Palembang. 

Satu paket bantuan nilainya Rp 20 juta diberikan gratis kepada nelayan terpilih, paket tersebut terdiri dari 1 unit mesin kapal kondisi baru, 1 set konverter kit dan pemasangannya, 2 unit tabung LPG 3 kg beserta isi,  1 set As panjang lengkap dengan baling-baling. 

Dia menjelaskan bantuan mesin konversi BBG tersebut untuk menjawab kelangkaan dan kenaikan BBM saat ini, dimana jika program BBG sudah berjalan pihak pertamina akan menambah stok gas LPG 3 Kg khusus bagi nelayan. 

Secara keseluruhan Kementrian ESDM telah menyalurkan 25.000 mesin alat konversi BBG di 55 kabupaten/kota sejak tahun 2016 dan pihaknya menilai nelayan lebih senang menggunakan alat tersebut daripada memakai BBM. 

"Tapi berhasil apa tidak program konversi BBG ini kembali lagi ke pemdanya, bagaimana dukungannya untuk nelayan, lalu apakah ada inovasi tambahan dan lain-lain, kami contohkan saja Jakarta itu termasuk yang berhasil dalam program BBG," ujar Heru Riyanto. 

Ia melanjutkan 90 nelayan penerima bantuan tersebut diputuskan Kementrian ESDM melihat ketersediaan anggaran yang tersedia berdasarkan jumlah usulan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Palembang. 

Sebelum perahu nelayan dipasang mesin konversi, nelayan wajib menyerahkan KTP beserta kartu nelayan guna verifikasi data, lalu mesin harus di tes berkeliling setelah pemasangan memastikan alat bekerja dengan baik, kemudian nelayan menandatangani beberapa surat perjanjian. 

Heru Riyanto menambahkan alat konversi tersebut produksi asli Indonesia yang tidak di jual bebas dan nelayan dilarang keras meniru ataupun memodifikasi alat tersebut guna menghindari hal-hal tak diinginkan.

 

Pewarta : Aziz MunajarĀ 
Editor : Erwin Matondang
Copyright © ANTARA 2024