Bandarlampung (ANTARA News Sumsel) - Pemudik pada Lebaran 2018 akan merasakan manfaat dan sensasi melintasi Tol Trans Sumatera (TTS) di wilayah Lampung, yang untuk pertama kalinya digunakan sebagai jalur arus mudik dan arus balik pemudik dari Jawa ke Sumatera atau sebaliknya.
Meski panjang jalan tol operasional masih pendek, namun akan terasa manfaatnya jika dibandingkan harus melintasi jalan utama seperti Jalan Lintas Sumatera. Selain jalan tol yang mulus dan "bebas" macet, pemandangan khas Lampung akan bisa dinikmati para pemudik yang akan menyegarkan semangat meneruskan perjalanan ke daerah tujuan.
Setiap tahun menjelang atau setelah Lebaran, jumlah penumpang dan kendaraan yang mudik dari Jawa ke Sumatera atau sebaliknya melalui Pelabuhan Merak Banten dan Bakauheni Lampung, selalu meningkat.
Foto udara simpang susun jalan Tol Trans Sumatera Ruas Palembang-Indralaya (Palindra) seksi I Pemulutan, Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan. (ANTARA News Sumsel/Nova Wahyudi/dol)
Pada arus mudik dan balik Lebaran 2018, peningkatan jumlah penumpang dan kendaraan malah diperkirakan sekitar delapan persen. Sebagai catatan, data Posko Lebaran 2017 Pelabuhan Bakauheni menunjukkan bahwa jumlah pemudik dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni sebanyak 943.371 orang, sedang kendaraan yang diangkut menggunakan kapal feri sebanyak 103.027 unit motor dan 115.848 kendaraan roda empat.
Pada tahun lalu, arus mudik dan arus balik harus melintasi Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera yang kondisi medannya banyak yang menanjak dan menurun, serta kadang terkendala kemacetan di beberapa titik, seperti Panjang dan Simpang Tegineneng, sehingga memperlama waktu perjalanan.
Namun di tahun 2018 ini, para pemudik akan bisa "menikmati" sensasi tol untuk pertama kalinya saat berlalu lintas dari Sumatera ke Jawa atau sebaliknya, meski belum seluruh ruas Tol Trans Sumatera di wilayah Lampung tuntas pengerjaannya.
Setidaknya pemudik bisa menikmati tol gratis Seksi Pelabuhan Bakauheni-Simpang Susun Bakauheni sepanjang 8,90 km, dan seksi Lematang-Kota Baru sepanjang 5,64 km. Kedua seksi jalan tol itu merupakan bagian dari Tol Trans Sumatera ruas Pelabuhan Bakauheni- Terbanggi Besar yang total panjangnya 140,94 km.
Peletakan batu pertama pembangunan Tol Trans Sumatera dilakukan Presiden Joko Widodo di Desa Sabahbalau Kabupaten Lampung Selatan pada 30 April 2015. Kurang dari tiga tahun atau pada 21 Januari 2018, Presiden telah meresmikan pengoperasian perdana jal tol itu itu di kawasan Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan.
Sejak peresmian penggunaan tol itu, pengerjaan Tol Trans Sumatera terus dikebut, baik pembebasan lahan maupun pembangunan fisiknya, agar bisa digunakan pada arus mudik dan arus balik Lebaran 2018.
Menurut Pejabat Sementara Gubernur Lampung Didik Suprayitno, pada Juni 2018 ditargetkan Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sudah bisa tersambung, sehingga bisa digunakan untuk arus mudik meski bersifat fungsional.
Meski bersifat fungsional, Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 141 km merupakan solusi terbaik untuk mengurai kepadatan kendaraan, terutama di Lintas Tengah Jalinsum yang menjadi ruas pavorit bagi pemudik karena dinilai medannya lebih aman dengan waktu tempuh perjalanan lebih pendek.
Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar terdiri atas empat paket, yakni Bakauheni-Sidomulyo sepanjang 39,40 kilometer, Sidomulyo-Kotabaru sepanjang 40,6 kilometer, Kotabaru-Metro sepanjang 29 kilometer dan Metro-Terbanggi Besar sepanjang 31,93 kilometer.
Paket Bakauheni-Sidomulyo sudah dalam kondisi dicor beton (rigid) sehingga bisa keluar masuk tol di gerbang Hatta dan Sidomulyo, dan dapat digunakan tol fungsional pada angkutan Lebaran 2018. Kemudian paket Sidomulyo- Kotabaru sepanjang 40,6 km juga dalam kondisi sebagian rigid dan sisanya lean concrete atau pengerjaan bagian tengah badan jalan, namun ada sebagian terkendala pembebasan lahan sehingga pesimistis bisa digunakan untuk arus mudik.
Namun, ruas tol lainnya diyakini dapat digunakan meski bersifat fungsional, untuk memperlancar arus mudik dan arus balik, serta untuk mengatasi kemacetan di beberapa titik lintas tengah Jalinsum, seperti Gunung Sugih Lampung Tengah.
Sementara itu, pembangunan TTS ruas Terbanggi Besar (Kabupaten Lampung Tengah)-Pematang Panggang (Kabupaten Mesuji Lampung) sepanjang 112 kilometer juga sedang dilaksanakan dan digenjot penyelesaiannya.
Kementerian PUPR menyebutkan TTS ruas Baauheni-Terbanggi Besar di wilayah Lampung yang operasional mencapai 13,9 km dan fungsional 88,44 km, sedang ruas Terbanggi Besar (Lampung)-Kayu Agung (Sumsel) yang fungsional mencapai 22 km.
Memperlancar arus mudik
Keberadan Tol Trans Sumatera di wilayah Lampung diyakini banyak pihak akan memperlancar arus mudik dan arus balik pada Lebaran 2018, apalagi jika kebijakan pembatasan pengoperasian truk barang masih tetap diberlakukan beberapa hari menjelang dan sesudah Lebaran.
Kebijakan pelarangan truk non-sembako beroperasi di Jalinsum juga masih diterapkan, untuk meminimalkan risiko kecelakaan dan memperlancar arus mudik di jalur non-tol. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa arus lalu lintas menjadi lebih lancar ketika truk non-sembako dilarang melintasi Jalinsum pada arus mudik dan arus balik.
Persiapan penggunaan tol operasional dan fungsional juga harus dimatangkan, terutama faktor keamanan berlalu lintas pada malam di tol fungsional.
Tol operasional (Bakauheni-Simpang Bakaheni dan Lematang-Kota Baru) masih gratis hingga angkutan Lebaran 2018, namun harus menggunakan kartu "e-toll" untuk bisa menikmatinya. Rambu lalu lintas dan lampu penerangan sudah terpasang, sehingga aman dilalui pada malam dan siang hari.
Sedang di tol fungsional, sarana dan prasarananya masih terbatas. Meski demikian, waktu tempuh perjalanan menjadi jauh lebih singkat jika menggunakan tol. Misalnya, ruas Bakauheni-Sidomulyo butuh waktu satu sampai dua jam jika menggunakan Jalan Lintas Sumatera. Jika via tol fungsional Bakauheni-Sidomulyo, waktu tempuh jauh lebih singkat.
Penggunaan tol juga akan memudahkan penguraian kemacetan, karena simpul-simpul kemacetan bisa dihadiri dengan mengarahkan kendaraan masuk tol. Misalnya, kendaraan dari Branti ke kota Metro bisa dialihkan ke tol fungsional sehingga tak harus melintasi Simpang Tegineneng yang kondisinya selalu macet.
Hal lain yang bisa "dijual" melalui Tol Trans Sumatera adalah tumbuhnya rasa keadilan yang memperkokoh NKRI, karena masyarakat bisa merasakan pembangunan infrastruktur yang bukan lagi terkonsentrasi di Jawa, tetapi mulai merata ke Sumatera dan wilayah lainnya di Indonesia. Bagi Provinsi Lampung, kehadiran Tol Trans Sumatera juga bisa menjual potensi daerah dan mengembangkan perekonomiannya, terutama kepariwisataan di daerah tersebut.
Jika ruas Tol Trans Sumatera yang bersifat fungsional tetap dioperasikan untuk memperlancar arus mudik dan arus balik, sebaiknya dikaji lebih cermat tentang kesiapan pengoperasiannya pada malam hari, karena masih terbatasnya sarana dan prasarana, terutama lampu penerangan jalan.
Melarang pemudik melintas pada malam juga sulit, karena mereka lebih suka melintas pada malam hari untuk menghindari kemacetan dan terik matahari. Sehubungan itu, perlu perhatian yang lebih besar dari semua pihak terkait agar pemudik berlalu lintas di Jalan Tol Trans Sumatera bisa merasa lebih aman dan lancar.
Meski panjang jalan tol operasional masih pendek, namun akan terasa manfaatnya jika dibandingkan harus melintasi jalan utama seperti Jalan Lintas Sumatera. Selain jalan tol yang mulus dan "bebas" macet, pemandangan khas Lampung akan bisa dinikmati para pemudik yang akan menyegarkan semangat meneruskan perjalanan ke daerah tujuan.
Setiap tahun menjelang atau setelah Lebaran, jumlah penumpang dan kendaraan yang mudik dari Jawa ke Sumatera atau sebaliknya melalui Pelabuhan Merak Banten dan Bakauheni Lampung, selalu meningkat.
Pada arus mudik dan balik Lebaran 2018, peningkatan jumlah penumpang dan kendaraan malah diperkirakan sekitar delapan persen. Sebagai catatan, data Posko Lebaran 2017 Pelabuhan Bakauheni menunjukkan bahwa jumlah pemudik dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni sebanyak 943.371 orang, sedang kendaraan yang diangkut menggunakan kapal feri sebanyak 103.027 unit motor dan 115.848 kendaraan roda empat.
Pada tahun lalu, arus mudik dan arus balik harus melintasi Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera yang kondisi medannya banyak yang menanjak dan menurun, serta kadang terkendala kemacetan di beberapa titik, seperti Panjang dan Simpang Tegineneng, sehingga memperlama waktu perjalanan.
Namun di tahun 2018 ini, para pemudik akan bisa "menikmati" sensasi tol untuk pertama kalinya saat berlalu lintas dari Sumatera ke Jawa atau sebaliknya, meski belum seluruh ruas Tol Trans Sumatera di wilayah Lampung tuntas pengerjaannya.
Setidaknya pemudik bisa menikmati tol gratis Seksi Pelabuhan Bakauheni-Simpang Susun Bakauheni sepanjang 8,90 km, dan seksi Lematang-Kota Baru sepanjang 5,64 km. Kedua seksi jalan tol itu merupakan bagian dari Tol Trans Sumatera ruas Pelabuhan Bakauheni- Terbanggi Besar yang total panjangnya 140,94 km.
Peletakan batu pertama pembangunan Tol Trans Sumatera dilakukan Presiden Joko Widodo di Desa Sabahbalau Kabupaten Lampung Selatan pada 30 April 2015. Kurang dari tiga tahun atau pada 21 Januari 2018, Presiden telah meresmikan pengoperasian perdana jal tol itu itu di kawasan Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan.
Sejak peresmian penggunaan tol itu, pengerjaan Tol Trans Sumatera terus dikebut, baik pembebasan lahan maupun pembangunan fisiknya, agar bisa digunakan pada arus mudik dan arus balik Lebaran 2018.
Menurut Pejabat Sementara Gubernur Lampung Didik Suprayitno, pada Juni 2018 ditargetkan Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sudah bisa tersambung, sehingga bisa digunakan untuk arus mudik meski bersifat fungsional.
Meski bersifat fungsional, Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 141 km merupakan solusi terbaik untuk mengurai kepadatan kendaraan, terutama di Lintas Tengah Jalinsum yang menjadi ruas pavorit bagi pemudik karena dinilai medannya lebih aman dengan waktu tempuh perjalanan lebih pendek.
Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar terdiri atas empat paket, yakni Bakauheni-Sidomulyo sepanjang 39,40 kilometer, Sidomulyo-Kotabaru sepanjang 40,6 kilometer, Kotabaru-Metro sepanjang 29 kilometer dan Metro-Terbanggi Besar sepanjang 31,93 kilometer.
Paket Bakauheni-Sidomulyo sudah dalam kondisi dicor beton (rigid) sehingga bisa keluar masuk tol di gerbang Hatta dan Sidomulyo, dan dapat digunakan tol fungsional pada angkutan Lebaran 2018. Kemudian paket Sidomulyo- Kotabaru sepanjang 40,6 km juga dalam kondisi sebagian rigid dan sisanya lean concrete atau pengerjaan bagian tengah badan jalan, namun ada sebagian terkendala pembebasan lahan sehingga pesimistis bisa digunakan untuk arus mudik.
Namun, ruas tol lainnya diyakini dapat digunakan meski bersifat fungsional, untuk memperlancar arus mudik dan arus balik, serta untuk mengatasi kemacetan di beberapa titik lintas tengah Jalinsum, seperti Gunung Sugih Lampung Tengah.
Sementara itu, pembangunan TTS ruas Terbanggi Besar (Kabupaten Lampung Tengah)-Pematang Panggang (Kabupaten Mesuji Lampung) sepanjang 112 kilometer juga sedang dilaksanakan dan digenjot penyelesaiannya.
Kementerian PUPR menyebutkan TTS ruas Baauheni-Terbanggi Besar di wilayah Lampung yang operasional mencapai 13,9 km dan fungsional 88,44 km, sedang ruas Terbanggi Besar (Lampung)-Kayu Agung (Sumsel) yang fungsional mencapai 22 km.
Memperlancar arus mudik
Keberadan Tol Trans Sumatera di wilayah Lampung diyakini banyak pihak akan memperlancar arus mudik dan arus balik pada Lebaran 2018, apalagi jika kebijakan pembatasan pengoperasian truk barang masih tetap diberlakukan beberapa hari menjelang dan sesudah Lebaran.
Kebijakan pelarangan truk non-sembako beroperasi di Jalinsum juga masih diterapkan, untuk meminimalkan risiko kecelakaan dan memperlancar arus mudik di jalur non-tol. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa arus lalu lintas menjadi lebih lancar ketika truk non-sembako dilarang melintasi Jalinsum pada arus mudik dan arus balik.
Persiapan penggunaan tol operasional dan fungsional juga harus dimatangkan, terutama faktor keamanan berlalu lintas pada malam di tol fungsional.
Tol operasional (Bakauheni-Simpang Bakaheni dan Lematang-Kota Baru) masih gratis hingga angkutan Lebaran 2018, namun harus menggunakan kartu "e-toll" untuk bisa menikmatinya. Rambu lalu lintas dan lampu penerangan sudah terpasang, sehingga aman dilalui pada malam dan siang hari.
Sedang di tol fungsional, sarana dan prasarananya masih terbatas. Meski demikian, waktu tempuh perjalanan menjadi jauh lebih singkat jika menggunakan tol. Misalnya, ruas Bakauheni-Sidomulyo butuh waktu satu sampai dua jam jika menggunakan Jalan Lintas Sumatera. Jika via tol fungsional Bakauheni-Sidomulyo, waktu tempuh jauh lebih singkat.
Penggunaan tol juga akan memudahkan penguraian kemacetan, karena simpul-simpul kemacetan bisa dihadiri dengan mengarahkan kendaraan masuk tol. Misalnya, kendaraan dari Branti ke kota Metro bisa dialihkan ke tol fungsional sehingga tak harus melintasi Simpang Tegineneng yang kondisinya selalu macet.
Hal lain yang bisa "dijual" melalui Tol Trans Sumatera adalah tumbuhnya rasa keadilan yang memperkokoh NKRI, karena masyarakat bisa merasakan pembangunan infrastruktur yang bukan lagi terkonsentrasi di Jawa, tetapi mulai merata ke Sumatera dan wilayah lainnya di Indonesia. Bagi Provinsi Lampung, kehadiran Tol Trans Sumatera juga bisa menjual potensi daerah dan mengembangkan perekonomiannya, terutama kepariwisataan di daerah tersebut.
Jika ruas Tol Trans Sumatera yang bersifat fungsional tetap dioperasikan untuk memperlancar arus mudik dan arus balik, sebaiknya dikaji lebih cermat tentang kesiapan pengoperasiannya pada malam hari, karena masih terbatasnya sarana dan prasarana, terutama lampu penerangan jalan.
Melarang pemudik melintas pada malam juga sulit, karena mereka lebih suka melintas pada malam hari untuk menghindari kemacetan dan terik matahari. Sehubungan itu, perlu perhatian yang lebih besar dari semua pihak terkait agar pemudik berlalu lintas di Jalan Tol Trans Sumatera bisa merasa lebih aman dan lancar.