Palembang (ANTARA Sumsel) - Sektor pembiayaan di tengah pelemahan ekonomi saat ini justru terdongkrak pertumbuhannya oleh maraknya penggunaan telepon seluler pintar (gawai).
Manager Marketing FIF Group Sumatera Selatan M Adhi W di Palembang, Jumat, mengatakan, pembiayaan gawai ini mendominasi hingga 40 persen dari keseluruhan pembiayaan perusahaan.
"Kebutuhan akan gadget sudah seperti layaknya memiliki kendaraan. Sehingga tak heran jika rata-rata konsumen mau membeli secara kredit telepon seluler di kisaran 3 juta-4 juta rupiah," kata Adhi.
Ia mengatakan lantaran itu, FIF Group Sumsel telah mencatat pertumbuhan 25 persen per Agustus 2017 jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Bahkan untuk target pembiayaan yakni Rp6 miliar pada tahun ini telah tercapai RpRp5 miliar per Agustus 2017.
Selebihnya, selain telepon seluruh terdapat produk rumah tangga lain yang masih mendominasi seperti mesin cuci, televisi, kulkas, dan pendingin ruangan.
"Meski tanpa agunan, tapi kredit telepon seluler ini relatif baik karena NPL tidak menyentuh 5,0 persen," kata dia.
Pelemahan ekonomi dalam negeri sebagai dampak krisis ekonomi global tak ayal memaksa perusahaan pembiayaan untuk berinovasi agar pertumbuhan tidak terus tergerus.
Ketua Asosasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Provinsi Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung Iwan mengatakan saat ini perusahaan pembiayaan lebih bertumpu pada kredit multiguna yang mengharusnya peminjam memiliki agunan terkait dengan menurunnya daya beli masyarakat.
"Selama ini perusahaan leasing bertumpu pada pembiayaan kredit mobil dan motor, tapi seiring dengan menurunnya daya beli masyarakat maka terpaksa beralih ke multi guna, seperti permintaan dana tunai," kata dia.
Sektor pembiayaan ini tetap ditargetkan tetap tumbuh atau setidaknya menyamai capaian tahun 2016 yang ditopang pertumbuhan kredit multiguna sehingga bisa naik 20 persen.
"Pada tahun ini, kredit multiguna diharapkan naik 40 persen lantaran kredit bermotor turun dari 70 persen ke 40 hingga 30 persen," kata dia.
Manager Marketing FIF Group Sumatera Selatan M Adhi W di Palembang, Jumat, mengatakan, pembiayaan gawai ini mendominasi hingga 40 persen dari keseluruhan pembiayaan perusahaan.
"Kebutuhan akan gadget sudah seperti layaknya memiliki kendaraan. Sehingga tak heran jika rata-rata konsumen mau membeli secara kredit telepon seluler di kisaran 3 juta-4 juta rupiah," kata Adhi.
Ia mengatakan lantaran itu, FIF Group Sumsel telah mencatat pertumbuhan 25 persen per Agustus 2017 jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Bahkan untuk target pembiayaan yakni Rp6 miliar pada tahun ini telah tercapai RpRp5 miliar per Agustus 2017.
Selebihnya, selain telepon seluruh terdapat produk rumah tangga lain yang masih mendominasi seperti mesin cuci, televisi, kulkas, dan pendingin ruangan.
"Meski tanpa agunan, tapi kredit telepon seluler ini relatif baik karena NPL tidak menyentuh 5,0 persen," kata dia.
Pelemahan ekonomi dalam negeri sebagai dampak krisis ekonomi global tak ayal memaksa perusahaan pembiayaan untuk berinovasi agar pertumbuhan tidak terus tergerus.
Ketua Asosasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Provinsi Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung Iwan mengatakan saat ini perusahaan pembiayaan lebih bertumpu pada kredit multiguna yang mengharusnya peminjam memiliki agunan terkait dengan menurunnya daya beli masyarakat.
"Selama ini perusahaan leasing bertumpu pada pembiayaan kredit mobil dan motor, tapi seiring dengan menurunnya daya beli masyarakat maka terpaksa beralih ke multi guna, seperti permintaan dana tunai," kata dia.
Sektor pembiayaan ini tetap ditargetkan tetap tumbuh atau setidaknya menyamai capaian tahun 2016 yang ditopang pertumbuhan kredit multiguna sehingga bisa naik 20 persen.
"Pada tahun ini, kredit multiguna diharapkan naik 40 persen lantaran kredit bermotor turun dari 70 persen ke 40 hingga 30 persen," kata dia.