Jakarta (ANTARA Sumsel) - Saksi ahli psikolog klinis Dra. Antonia Ratih Andjayani menyebut reaksi terdakwa Jessica Kumala Wongso tidak menunjukkan gestur menolong saat Mirna terlihat sakit ketika meminum es kopi Vietnam yang dipesannya.
Sewajarnya, sepanik apapun seseorang saat melihat temannya terkena musibah, ia akan menunjukkan reaksi ingin menolong.
"Ini yang tidak terlihat di rekaman," kata Antonia di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin.
Ketika Mirna mengisap minuman dengan sedotan, kemudian mengipas-ngipas dan terjadi perubahan ekspresi, yang terlihat panik adalah Hani. Sebaliknya, Jessica terlihat tenang.
"Kalau dia panik sampai tidak bisa berkata kata, ekspresi dan gesturnya tidak menunjukkan itu," katanya.
Ketika beranjak untuk mencari pertolongan, gerakan Jessica dinilai terlalu santai dan tidak ada tanda ingin bergegas.
"Dalam konteks kasus ini Jessica dan Mirna adalah teman. Dalam situasi sangat genting, sepanik apapun, setidakberdaya apapun, sebingung-bingungnya akan ada gestur membantu, khawatir, harus bergerak sigap, ada kepanikan, bukan reaksi tidak menolong."
Sewajarnya, sepanik apapun seseorang saat melihat temannya terkena musibah, ia akan menunjukkan reaksi ingin menolong.
"Ini yang tidak terlihat di rekaman," kata Antonia di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin.
Ketika Mirna mengisap minuman dengan sedotan, kemudian mengipas-ngipas dan terjadi perubahan ekspresi, yang terlihat panik adalah Hani. Sebaliknya, Jessica terlihat tenang.
"Kalau dia panik sampai tidak bisa berkata kata, ekspresi dan gesturnya tidak menunjukkan itu," katanya.
Ketika beranjak untuk mencari pertolongan, gerakan Jessica dinilai terlalu santai dan tidak ada tanda ingin bergegas.
"Dalam konteks kasus ini Jessica dan Mirna adalah teman. Dalam situasi sangat genting, sepanik apapun, setidakberdaya apapun, sebingung-bingungnya akan ada gestur membantu, khawatir, harus bergerak sigap, ada kepanikan, bukan reaksi tidak menolong."