Palembang,(ANTARA Sumsel) - Petinju kebanggaan Indonesia Syamsul Anwar menorehkan tinta emas dalam sejarah olahraga Tanah Air ketika mengalahkan petinju Amerika Serikat Thomas Hearns pada final Piala Presiden tahun 1976 di Jakarta.

Kemenangan pada final kejuaraan Piala Presiden yang pertama itu membuat namanya diabadikan sebagai salah satu petinju amatir terbaik Indonesia.

Maklum saja, Thomas Hearns di kemudian hari menjadi juara dunia tinju profesional serta dikenal sebagai petinju legendaris dunia.

Kini, kejuaraan tinju amatir yang menjalani masa keemasan di era 80-an hingga 90-an kembali digelar di Indonesia, tepatnya di Palembang, Sumatera Selatan, pada 20-25 April 2015, setelah sempat vakum selama empat tahun.

Kejuaraan yang sejak satu dekade terakhir terseok-seok persoalan pendanaan kembali membuktikan eksistensinya sebagai satu-satunya ajang amatir di dunia yang bertajuk piala pemimpin suatu negara.

Meski tidak lagi rutin setiap tahun, Sekretaris Umum Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Indonesia Martinez Dos Santos mengatakan ruh dari Piala Presiden ini tetap menyala sebagai ajang adu kekuatan dan gengsi para petinju amatir di dunia.

Tahun ini, Indonesia kembali mencatatkan penyelenggaraan ke-22 setelah yang pertama pada tahun 1976 di Jakarta.

"Negara-negara di dunia sudah mengenal Piala Presiden, terutama negara dari Afrika dan Asia, bahkan Eropa. Ketika dikirimkan undangan, mereka pasti berminat karena tahu kejuaraan ini sangat bergengsi," kata Martinez yang diwawancarai di sela-sela perhelatan Piala Presiden di Palembang.

Pada penyelenggaraan kali ini, tak kurang 182 atlet dari 24 negara ambil bagian pada 12 kelas pertandingan.

Negara-negara itu, di antaranya, Tiongkok, Australia, Rusia, Korea Selatan, Jepang, Mesir, Butan, Malaysia, Mongolia, Nepal, Filipina, Qatar, Singapura, Suriah, China Taipeh, Thailand, Kamboja, India, Hongkong, Sri Langka, Mauritius, Rusia, Timur Leste.

"Rata-rata negara peserta mengirimkan petinju terbaiknya, bahkan beberapa di antaranya merupakan peringkat di Federasi Tinju Amatir Dunia (AIBA). Ini sebenarnya bukan suatu yang mengejutkan, karena Piala Presiden ini sudah diakui levelnya di dunia," ujar dia.

Bukti nyata itu, dapat terlihat dari salah satu negara peserta yakni Rusia yang mengirimkan enam petinju, terdiri atas empat atlet putri dan dua atlet putra.

Untuk petinju putri atas nama Isae A Zoia, Sagataeva Sainana, Dobrynina Zinaida, Beliakova Anastasia, kemudian petinju putra yakni Abramova Daria dan Kuleshova Aleksandra.

"Dobrynina Zinaida merupakan peringkat pertama dunia AIBA, ini salah satu contoh peserta, belum lagi petinju dari Mesir dan Qatar yang sering menjuarai kompetisi di Afrika dan Arab, dan petinju dari Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan yang saat ini merajai Asia," kata dia.

Meski dari sisi hadiah tidak begitu besar yakni hanya Rp39 juta bagi juara umum, dan Rp13 juta bagi petinju terbaik putra dan putri, tapi tidak menurunkan minat negara di dunia untuk ambil bagian pada kejuaraan yang memasuki masa keemasan era pemerintahan Soeharto ini.

Pelatih Mesir Said Hasan mengatakan pada awalnya ingin memberangkatkan seluruh atlet Tim Nasional, namun pada akhirnya hanya lima orang karena panitia memberikan kuota.

"Mesir menurunkan petinju terbaiknya, saya terpaksa harus menyeleksi karena penyelenggara membatasi jumlah peserta. Jika boleh, sebenarnya Mesir mau membawa sekira 30 petinju," ujar dia.

Mesir menurunkan lima atlet nasional karena menjadikan kejuaraan ini sebagai uji coba sebelum mengikuti Kejuaraan Dunia Pra Olimpiade di Qatar pada Oktober mendatang.

Bagi Mesir, Piala Presiden ini sangat bergengsi karena diikuti oleh negara-negara berperingkat terbaik dunia. Selain itu, keikutsertaan ini juga dilatari hubungan baik dengan Indonesia yang sudah terjalin puluhan tahun.

"Ada puluhan petinju terbaik yang ambil bagian, ini yang membuat Mesir rela datang jauh-jauh ke Palembang. Padahal sungguh tidak mudah, karena tim harus menjalani perjalanan udara hampir 24 jam, berangkat pagi dari Mesir dan tibanya pagi kemarin (18/4) di Palembang," kata Said yang dijumpai seusai melatih atletnya di halaman hotel tempat tim menginap selama kejuaraan.

Uji Coba SEAG

Setiap negara yang berpartisipasi di Piala Presiden memiliki misi berbeda-beda sesuai dengan muara kejuaraan yang dibidiknya.

Jika Mesir menjadikan ajang ini sebagai uji coba sebelum ke Kejuaraan Dunia Pra Olimpiade di Qatar pada Oktober mendatang, maka negara-negara di Asia Tenggara tak terkecuali Indonesia menjadikan sebagai kesempatan uji coba dan seleksi atlet sebelum diturunkan di arena SEA Games Singapura, Juni mendatang.

"Tim bayangan sebenarnya sudah terbentuk, tapi belum final. Akan ada seleksi lagi untuk tim putri, ada satu kelas. Mengenai kelas apa, tentunya tidak bisa disebutkan untuk menjaga psikologis atlet selama kejuaraan ini," kata Pelatih Tinju Nasional Adi Swandana yang dijumpai seusai acara undian Piala Presiden di Palembang, Senin (19/4).

Ia mengemukakan, pada Piala Presiden ini diturunkan tiga tim. Tim Indonesia A yang diperkuat oleh atlet peserta Pemusatan Latihan Nasional (pelatnas) SEA Games Singapura, serta Tim Indonesia B dan Tim Indonesia C yang merupakan atlet-atlet yang menjuarai ajang nasional.

Untuk Tim Indonesia A terdiri atas, lima petinju putri yakni Beatrichx Suguro (48 kg), Novita Sinadia (51 kg), Novertha Tajum (54 kg), Christina Jembay (57 kg), dan Magdalena Kambayong (60 kg).

Kemudian, lima petinju putra yakni Kornelis Kwangu Langu (49 kg), Vinky Montolalu (54 kg), Farand Papendang (60 kg), Kusdiyono (69 kg), dan Kristianus Nong Sedo (75 kg).

"Petinju yang memperkuat Tim B dan Tim C juga akan dipantau oleh tim pelatih, jika ada yang bagus bisa jadi menggantikan atlet yang sudah masuk tim Inti SEA Games," kata dia.

Ia mengemukakan, Piala Presiden ini sangat bermanfaat untuk mengevaluasi hasil latihan atlet mengingat menjadi uji coba perdana sejak bergabung dalam pelatnas pada Oktober lalu.

Sebenarnya, Timnas tinju sempat mengajukan penyelenggaraan pemusatan latihan di Kuba tapi terganjal persoalan administrasi di Kemenpora.

Belakangan, ia melanjutkan, Kemenpora memberikan kesempatan ke Kuba setelah Piala Presiden ini.

"Selama ini atlet hanya uji tanding sesama atlet, ini jelas kurang baik. Atlet bisa saja merasa bagus tapi kenyataan tidak begitu karena tidak ada tolak ukurnya. Saya berharap setelah Piala Presiden ini akan ada pemusatan latihan, terserah di mana," kata dia.

Kejuaraan ini juga dijadikan kesempatan Tim Nasional untuk memantau kekuatan para pesaing sebelum turun di SEA Games Singapura, Juli mendatang.

Sekretaris Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Indonesia Martinez Dos Santos mengatakan, dari seluruh kontestan SEA Games hanya Brunai Darussalam dan Myanmar yang tidak ambil bagian pada Piala Presiden sehingga ajang ini dapat dijadikan alat untuk membaca peta kekuatan negara lain.

"Tak hanya atlet yang ingin mengevaluasi diri pada Piala Presiden ini, tim pelatih juga ingin memantau petinju-petinju dari negara lain karena dalam tinju ada faktor teknis dan non teknis karena tergolong olahraga tak terukur," kata Martinez.

Pada SEA Games Singapura, Pertina menargetkan dua medali emas atau melampaui capaian pada SEA Games di Myanmar 2013 dengan lima medali perak.

Pertina berani menargetkan dua emas karena menyakini kegagalan di Myanmar disebabkan faktor non teknis. Dari lima atlet yang masuk ke final, tak satu pun yang menggondol emas karena kalah angka dengan atlet tuan rumah.

"Secara teknis, atlet akan dipacu mengeluarkan kemampuan terbaik, sementara untuk faktor non teknis artinya bagaimana Indonesia bisa mendekati ASBC dan AIBA. Momen Piala Presiden ini tentunya akan dimanfaatkan, tapi harus diingat mendekati ini bukan berarti memberi, yang akan dilakukan yakni melayani mereka dengan baik agar nyaman selama di Palembang," kata dia.

Sementara, Pelatih Thailand Songsak Kantao tidak menampik bahwa Piala Presiden ini merupakan ajang intip kekuatan negara-negara peserta SEA Games.

"Saya memboyong sembilan atlet, lima putra dan empat putri, ini merupakan atlet yang akan diturunkan di SEA Games. Saya yakin, negara Asia Tenggara lainnya juga mengirimkan tim SEA Games di sini," kata dia.

Terkait target, pelatih Thailand ini memiliki jawaban serupa dengan Martinez yakni sebatas menjadi kesempatan untuk evaluasi hasil latihan persiapan SEA Games.

"Saya tidak ada target, tapi saya senang karena berdasarkan hasil undian ada yang bertemu dengan Indonesia. Ini penting untuk menyiapkan mental atlet, siapa tahu nanti di SEA Games benar-benar berhadapan," kata Songsak.

Piala Presiden awalnya direncanakan di Makassar pada 2014, namun PP Pertina akhirnya memutuskan dialihkan ke Palembang karena dinilai lebih siap dari sisi fasilitas dan dana untuk menggelar agenda Federasi Tinju Amatir Dunia (AIBA) ini.

Dukungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang bersedia mengalirkan dana APBD demi terlaksananya ajang kelas dunia ini di Palembang menjadi salah satu alasan Pertina untuk memilih kota ini.

Meski tidak lagi digelar di Jakarta, sejatinya Piala Presiden tetaplah suatu ajang bergengsi tinju amatir di dunia.

Ketua Harian Pengurus Provinsi Pertina Sumsel Sulfa Ganie mengatakan daerahnya bersedia secara rutin menggelar Piala Presiden ini di Palembang untuk mendukung program pengembangan sektor olahraga dan pariwisata.

"Ini untuk kali pertama Palembang menjadi tuan rumah, bisa jadi masih banyak kekurangan seperti antusiasme masyarakat untuk nonton masih kurang. Namun, jika diberikan kepercayaan lagi tahun berikutnya, Sumsel optimitis bakal lebih baik sehingga mendapatkan dampak positif untuk sektor lain seperti pariwisata," ujar dia.

Pewarta : Oleh Dolly Rosana
Editor : Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024