Jakarta (ANTARA Sumsel) - Setelah ulasan telematika dan teknologinya malang melintang menghiasi media, Roy Suryo Notodiprojo kini mengemban amanah dari pemimpin dan rakyat Indonesia untuk mengembangkan bidang kepemudaan dan olahraga nasional.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat, di Jakarta, secara resmi menunjuk Anggota Komisi I DPR sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), menggantikan Andi Alfian Mallarangeng yang sudah mundur karena terjerat kasus dugaan korupsi proyek Hambalang.
Sebelum Roy jadi menteri posisi Menpora sementara waktu diisi oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono.
"Setelah melakukan berbagai pertimbangan serta mendengarkan saran dan pandangan dari Wakil Presiden dan para pejabat yang lain, serta pula menjaring pandangan dan pendapat masyarakat luas, saya telah menetapkan untuk mengangkat Saudara Drs Roy Suryo Notodiprojo Msi untuk menjadi Menpora," kata Presiden SBY di Jakarta, Jumat.
Sebelumnya, Roy telah menjalani serangkaian tes, termasuk uji kesehatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta, pada pekan lalu.
"Sejak minggu lalu proses berjalan, saya sudah diminta untuk memberikan riwayat hidup, bahkan dua hari lalu jalani pemeriksaan kesehatan di RSPAD, kemudian saya juga sudah melakukan proses pengujian oleh yang lain, memang belum oleh Presiden," jelas Roy.
Roy, kini, harus mengesampingkan terlebih dahulu pemikiran-pemikiran mengenai isu telematika atau teknologinya dan harus banyak menghabiskan waktu untuk bergerak dalam masalah kepemudaan dan olahraga nasional.
Seabrek tugas, menurut Roy, akan menantinya.
Dari permasalahan internal di Kementerian Pemuda dan Olahraga yang menyangkut berbagai proyek, pembinaan olahraga yang prestasinya begitu dinantikan oleh ratusan juta rakyat Indonesia dan juga masalah solidnya organisasi induk olahraga.
"Ada sejumlah isu dan permasalahan yang berkaitan dengan lingkup tugas wilayah Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), yang saat ini menjadi perhatian publik dan sekarang dalam proses KPK, yaitu kasus Hambalang. Saya instruksikan Menpora baru untuk mengonsolidasikan jajarannya," minta Presiden SBY.
Roy sadar betul tugas apa yang diembannya. Begitu banyak masyarakat Indonesia yang mencintai olahraga. Hal itu berarti setiap kebijakannya akan menjadi sorotan dan dituntut keberhasilannya.
Dibenaknya sudah terbayang bagaiamana prestasi yang harus direngkuh oleh tim nasional semua cabang olahraga Indonesia di berbagai ajang kejuaraan yang bergulir.
Salah satu ajang yang harus menjadi fokus perhatiannya dan juga menjadi perhatian Presiden SBY adalah ajang olahraga multi cabang dua tahunan SEA Games di Myanmar pada Desember 2013, dimana Indonesia, pada ajang yang sama di 2011, adalah juara bertahan dengan perolehan 182 medali emas, 151 perak dan 142 perunggu.
"Harus diteruskan untuk kembali berjayanya Indonesia dalam SEA Games, posisi yang tidak kita miliki, dan kita raih kembali pada 2011," tegas SBY.
Tantangan berada di pundak Roy untuk menjalin kerjasama antar tim dan membenahi segala permasalahan yang ada dari mulai masalah internal Kemenpora, kesejahteraan dan prestasi atlet hingga solidnya semua organisasi induk olahraga.
Pria yang menamatkan pendidikan dari Strata satu hingga Magister di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta ini juga harus membuktikan kepiawannya dalam membenahi permasalahan yang melanda sepakbola nasional terkait dualisme yang melanda induk organisasi sepakbola Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.
Presiden SBY mengharapkan gerak cepat Roy Suryo untuk menjalin hubungan baik dan sinergitas antar lembaga di bidang olahraga termasuk KONI dan KOI untuk menuntaskan dualisme itu dan kembali membina persatuan sepakbola Indonesia.
Roy, sebelumnya, mengatakan setiap pejabat yang memiliki tugas berat ini tentu membutuhkan waktu dan kesempatan untuk merancang formula yang tepat untuk menuntaskan semua masalah kepemudaan dan olahraga.
"Saya akui tugas Menpora ke depan memang berat, ada kejuaraan olahraga internasional seperti SEA Games Myanmar dan Islamic Solidarity Games yang tidak lama lagi akan bergulir dan tentu atlet kita harus berprestasi," ujarnya saat berbincang dengan ANTARA, mengenai kesempatan dirinya terpilih sebagai Menpora sebelum pengunguman resmi Presiden.
Sebagai prajurit
Nada pesimistis sempat terlontar dari mulut Roy sehari sebelum dia diumumkan resmi menjadi Menpora, Kamis (10/1) malam. Dia mengatakan sebenarnya banyak kandidat lain yang lebih cocok untuk menjabat sebagai Menpora dibanding dirinya.
"Sebut saja ada beberapa nama lain yang sudah berpengalaman di olahraga dan memiliki kompetensi dibanding saya," ujarnya.
Dia menyebut nama tokoh catur Utut Adianto juga sekarang menjadi legislator.
Namun, nama-nama yang masuk bursa Menpora, kesemuanya dari Partai Demokrat dan salah satu calon terkuat yakni Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Ramadhan Pohan juga telah tersingkir.
Roy mengakui mengenai minimnya pengalaman dan kapasitasnya di bidang kepemudaan dan olahraga.
"Ya saya main catur juga tidak seperti Mas Utut yang sudah berpengalaman," ujarnya sedikit berguyon.
Namun Roy mengisyaratkan ambisinya untuk menjalankan tugas sebagai Menpora dengan baik pada suatu kalimat.
Di untaian kalimat itu, dia menganalogikan dirinya sebagai prajurit.
"Saya dari dulu seperti prajurit, tugas seabrek harus bisa dilaksanakan," ujarnya.
Sebagai prajurit, dia mengaku tekun dalam mendalami suatu bidang sejak duduk di bangku kuliah.
Roy menceritakan, dia menghabiskan masa kuliahnya di UGM untuk meraih gelar sarjana dari jurusan Ilmu Komunikasi dan menamatkan pendidikan lanjutannya di Magister Perilaku dan Promosi UGM.
Sekarang, dia akan terus membina ketertarikan di bidang kepemudaan dan olahraga yang akan dimodifikasi menjadi pompa semangat pada dirinya untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya sebagai Menpora.
Cara ini pernah dia jalankan dan menjadi jembatan yang membuat dia dianggap pakar atau ahli oleh berbagai kalangan di bidang telematika.
Publik mungkin masih ingat, bagaimana nama pria kelahiran 18 Juli 1968 di Yogyakarta ini mencuat di media dan dikenal oleh banyak kalangan.
Ulasannya tentang isu telematika seperti rekayasa digital foto atau video beberapa kali menghiasi jagad pemberitaan. Diakui Roy Suryo, hal itu juga yang melambungkan namanya dan dapat dikenal publik.
"Saya memang tertarik pada bidang itu, dan terus menekuninya sejak bangku kuliah," kata dia.
Pada 2009 dia resmi menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Komisi I dari Fraksi Partai Demokrat. Roy bergabung dengan partai berlambang Mercy itu, empat tahun sebelumnya pada 2005.
Frekuensi tampilnya dia di media dan pendapatnya yang sering dinilai tidak sesuai dengan kapasitasnya sempat mengundang perdebatan dan keraguan berbagai pihak terhadap dirinya.
Memberi Bukti
Roy tidak menutup mata akan pandangan buruk berbagai pihak mengenai keahliannya, apalagi saat kini ketika dia sudah menjadi Menpora. Dia menyadari banyak pihak yang meragukan kapasitasnya sebagai ahli.
Namun dia mengaku menanggapi hal itu dengan santai.
"Ya mungkin karena mereka tidak tahu saja, saya doakan akagar semuanya 'positive thinking'," tepisnya, Kamis malam.
"Saya tidak begitu memikirkan hal itu, yang penting sekarang bagaimana mengemban tugas yang diamanahkan kepada saya," kata dia.
Analisis Roy sebagai pakar juga sempat muncul terkait kecelakaan mobil yang dikemudikan Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan, di Magetan, beberapa saat lalu.
Menyinggung hal itu, Roy menjelaskan bahwa awal mulanya dia disebut sebagai pakar telematika dan otomotif adalah dari perspektif beberapa temannya akan ketekunannya mempelajari bidang itu.
Dia mengaku sangat tertarik akan hal telematika, disamping fotografi dan otomotif, walaupun kuliah di jurusan ilmu komunikasi.
"Setelah lulus kuliah, saya sering diundang untuk seminar mengenai masalah telematika, nah ini yang banyak orang belum tahu," ujarnya.
Kini, Roy memiliki momentum untuk membuktikan keraguan banyak pihak terhadap dirinya. Dia tentu harus membuktikan pketertarikan yang dapat menimbulkan ketekunan dan keberhasilan itu dapat diterapkan di bidang kepemudaan dan olahraga.
Masalah kepemudaan, menurut dia, masih banyak yang harus dibenahi untuk melahirkan generasi yang seusai dengan cita-cita bangsa. "Ini memang tugas berat," ujarnya.
Begitu juga dengan olahraga. Dia menyoroti kisruh di beberapa organisasi induk olahraga yang menanti solusinya agar dapat terselesaikan.
Kini, tentu bukan hanya ulasannya dari seorang pakar yang sekarang masyarakat nantikan, namun tindakan nyata dari seorang Menteri untuk menjawab segala pertanyaan masalah kepemudaan dan olahraga di Indonesia.
Ratusan juta rakyat menanti manuvernya. Berbagai keberhasilan di bidang kepemudaan dan raihan banyak medali di ajang internasional menunggu untuk dibuktikan agar dapat mengobati kerinduan bangsa ini akan prestasi.
"Ini memang tugas berat, tapi semua itu tentu harus diselesaikan," ujarnya.
Saya memang terbiasa sebagai prajurit, berusaha melaksanakan tugas sebaik mungkin, kata dia Kamis malam, menutup perbincangan.
(ANT)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat, di Jakarta, secara resmi menunjuk Anggota Komisi I DPR sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), menggantikan Andi Alfian Mallarangeng yang sudah mundur karena terjerat kasus dugaan korupsi proyek Hambalang.
Sebelum Roy jadi menteri posisi Menpora sementara waktu diisi oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono.
"Setelah melakukan berbagai pertimbangan serta mendengarkan saran dan pandangan dari Wakil Presiden dan para pejabat yang lain, serta pula menjaring pandangan dan pendapat masyarakat luas, saya telah menetapkan untuk mengangkat Saudara Drs Roy Suryo Notodiprojo Msi untuk menjadi Menpora," kata Presiden SBY di Jakarta, Jumat.
Sebelumnya, Roy telah menjalani serangkaian tes, termasuk uji kesehatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta, pada pekan lalu.
"Sejak minggu lalu proses berjalan, saya sudah diminta untuk memberikan riwayat hidup, bahkan dua hari lalu jalani pemeriksaan kesehatan di RSPAD, kemudian saya juga sudah melakukan proses pengujian oleh yang lain, memang belum oleh Presiden," jelas Roy.
Roy, kini, harus mengesampingkan terlebih dahulu pemikiran-pemikiran mengenai isu telematika atau teknologinya dan harus banyak menghabiskan waktu untuk bergerak dalam masalah kepemudaan dan olahraga nasional.
Seabrek tugas, menurut Roy, akan menantinya.
Dari permasalahan internal di Kementerian Pemuda dan Olahraga yang menyangkut berbagai proyek, pembinaan olahraga yang prestasinya begitu dinantikan oleh ratusan juta rakyat Indonesia dan juga masalah solidnya organisasi induk olahraga.
"Ada sejumlah isu dan permasalahan yang berkaitan dengan lingkup tugas wilayah Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), yang saat ini menjadi perhatian publik dan sekarang dalam proses KPK, yaitu kasus Hambalang. Saya instruksikan Menpora baru untuk mengonsolidasikan jajarannya," minta Presiden SBY.
Roy sadar betul tugas apa yang diembannya. Begitu banyak masyarakat Indonesia yang mencintai olahraga. Hal itu berarti setiap kebijakannya akan menjadi sorotan dan dituntut keberhasilannya.
Dibenaknya sudah terbayang bagaiamana prestasi yang harus direngkuh oleh tim nasional semua cabang olahraga Indonesia di berbagai ajang kejuaraan yang bergulir.
Salah satu ajang yang harus menjadi fokus perhatiannya dan juga menjadi perhatian Presiden SBY adalah ajang olahraga multi cabang dua tahunan SEA Games di Myanmar pada Desember 2013, dimana Indonesia, pada ajang yang sama di 2011, adalah juara bertahan dengan perolehan 182 medali emas, 151 perak dan 142 perunggu.
"Harus diteruskan untuk kembali berjayanya Indonesia dalam SEA Games, posisi yang tidak kita miliki, dan kita raih kembali pada 2011," tegas SBY.
Tantangan berada di pundak Roy untuk menjalin kerjasama antar tim dan membenahi segala permasalahan yang ada dari mulai masalah internal Kemenpora, kesejahteraan dan prestasi atlet hingga solidnya semua organisasi induk olahraga.
Pria yang menamatkan pendidikan dari Strata satu hingga Magister di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta ini juga harus membuktikan kepiawannya dalam membenahi permasalahan yang melanda sepakbola nasional terkait dualisme yang melanda induk organisasi sepakbola Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.
Presiden SBY mengharapkan gerak cepat Roy Suryo untuk menjalin hubungan baik dan sinergitas antar lembaga di bidang olahraga termasuk KONI dan KOI untuk menuntaskan dualisme itu dan kembali membina persatuan sepakbola Indonesia.
Roy, sebelumnya, mengatakan setiap pejabat yang memiliki tugas berat ini tentu membutuhkan waktu dan kesempatan untuk merancang formula yang tepat untuk menuntaskan semua masalah kepemudaan dan olahraga.
"Saya akui tugas Menpora ke depan memang berat, ada kejuaraan olahraga internasional seperti SEA Games Myanmar dan Islamic Solidarity Games yang tidak lama lagi akan bergulir dan tentu atlet kita harus berprestasi," ujarnya saat berbincang dengan ANTARA, mengenai kesempatan dirinya terpilih sebagai Menpora sebelum pengunguman resmi Presiden.
Sebagai prajurit
Nada pesimistis sempat terlontar dari mulut Roy sehari sebelum dia diumumkan resmi menjadi Menpora, Kamis (10/1) malam. Dia mengatakan sebenarnya banyak kandidat lain yang lebih cocok untuk menjabat sebagai Menpora dibanding dirinya.
"Sebut saja ada beberapa nama lain yang sudah berpengalaman di olahraga dan memiliki kompetensi dibanding saya," ujarnya.
Dia menyebut nama tokoh catur Utut Adianto juga sekarang menjadi legislator.
Namun, nama-nama yang masuk bursa Menpora, kesemuanya dari Partai Demokrat dan salah satu calon terkuat yakni Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Ramadhan Pohan juga telah tersingkir.
Roy mengakui mengenai minimnya pengalaman dan kapasitasnya di bidang kepemudaan dan olahraga.
"Ya saya main catur juga tidak seperti Mas Utut yang sudah berpengalaman," ujarnya sedikit berguyon.
Namun Roy mengisyaratkan ambisinya untuk menjalankan tugas sebagai Menpora dengan baik pada suatu kalimat.
Di untaian kalimat itu, dia menganalogikan dirinya sebagai prajurit.
"Saya dari dulu seperti prajurit, tugas seabrek harus bisa dilaksanakan," ujarnya.
Sebagai prajurit, dia mengaku tekun dalam mendalami suatu bidang sejak duduk di bangku kuliah.
Roy menceritakan, dia menghabiskan masa kuliahnya di UGM untuk meraih gelar sarjana dari jurusan Ilmu Komunikasi dan menamatkan pendidikan lanjutannya di Magister Perilaku dan Promosi UGM.
Sekarang, dia akan terus membina ketertarikan di bidang kepemudaan dan olahraga yang akan dimodifikasi menjadi pompa semangat pada dirinya untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya sebagai Menpora.
Cara ini pernah dia jalankan dan menjadi jembatan yang membuat dia dianggap pakar atau ahli oleh berbagai kalangan di bidang telematika.
Publik mungkin masih ingat, bagaimana nama pria kelahiran 18 Juli 1968 di Yogyakarta ini mencuat di media dan dikenal oleh banyak kalangan.
Ulasannya tentang isu telematika seperti rekayasa digital foto atau video beberapa kali menghiasi jagad pemberitaan. Diakui Roy Suryo, hal itu juga yang melambungkan namanya dan dapat dikenal publik.
"Saya memang tertarik pada bidang itu, dan terus menekuninya sejak bangku kuliah," kata dia.
Pada 2009 dia resmi menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Komisi I dari Fraksi Partai Demokrat. Roy bergabung dengan partai berlambang Mercy itu, empat tahun sebelumnya pada 2005.
Frekuensi tampilnya dia di media dan pendapatnya yang sering dinilai tidak sesuai dengan kapasitasnya sempat mengundang perdebatan dan keraguan berbagai pihak terhadap dirinya.
Memberi Bukti
Roy tidak menutup mata akan pandangan buruk berbagai pihak mengenai keahliannya, apalagi saat kini ketika dia sudah menjadi Menpora. Dia menyadari banyak pihak yang meragukan kapasitasnya sebagai ahli.
Namun dia mengaku menanggapi hal itu dengan santai.
"Ya mungkin karena mereka tidak tahu saja, saya doakan akagar semuanya 'positive thinking'," tepisnya, Kamis malam.
"Saya tidak begitu memikirkan hal itu, yang penting sekarang bagaimana mengemban tugas yang diamanahkan kepada saya," kata dia.
Analisis Roy sebagai pakar juga sempat muncul terkait kecelakaan mobil yang dikemudikan Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan, di Magetan, beberapa saat lalu.
Menyinggung hal itu, Roy menjelaskan bahwa awal mulanya dia disebut sebagai pakar telematika dan otomotif adalah dari perspektif beberapa temannya akan ketekunannya mempelajari bidang itu.
Dia mengaku sangat tertarik akan hal telematika, disamping fotografi dan otomotif, walaupun kuliah di jurusan ilmu komunikasi.
"Setelah lulus kuliah, saya sering diundang untuk seminar mengenai masalah telematika, nah ini yang banyak orang belum tahu," ujarnya.
Kini, Roy memiliki momentum untuk membuktikan keraguan banyak pihak terhadap dirinya. Dia tentu harus membuktikan pketertarikan yang dapat menimbulkan ketekunan dan keberhasilan itu dapat diterapkan di bidang kepemudaan dan olahraga.
Masalah kepemudaan, menurut dia, masih banyak yang harus dibenahi untuk melahirkan generasi yang seusai dengan cita-cita bangsa. "Ini memang tugas berat," ujarnya.
Begitu juga dengan olahraga. Dia menyoroti kisruh di beberapa organisasi induk olahraga yang menanti solusinya agar dapat terselesaikan.
Kini, tentu bukan hanya ulasannya dari seorang pakar yang sekarang masyarakat nantikan, namun tindakan nyata dari seorang Menteri untuk menjawab segala pertanyaan masalah kepemudaan dan olahraga di Indonesia.
Ratusan juta rakyat menanti manuvernya. Berbagai keberhasilan di bidang kepemudaan dan raihan banyak medali di ajang internasional menunggu untuk dibuktikan agar dapat mengobati kerinduan bangsa ini akan prestasi.
"Ini memang tugas berat, tapi semua itu tentu harus diselesaikan," ujarnya.
Saya memang terbiasa sebagai prajurit, berusaha melaksanakan tugas sebaik mungkin, kata dia Kamis malam, menutup perbincangan.
(ANT)