Palembang (ANTARA Sumsel) - Makan pempek di warung manapun di Kota Palembang mungkin jadi hal yang biasa, tapi jika menikmati pempek di bawah Jembatan Ampera selain murah kenikmatannya juga pasti berbeda.
Di bawah Jembatan Ampera tiap memasuki antara pukul 13.00 WIB dan 14.00 WIB aneka penjual pempek bertebaran dan berbaur dengan penjual lainnya yang beradu nasib di lokasi yang jadi objek wisata Kota Palembang tersebut.
Banyak pilihan penjual pempek di sana, mungkin bila pengunjung baru pertama kali ke sini bisa jadi akan bingung ingin memilih penjual pempek yang mana untuk dicicipi.
Di antara para penjual pempek itu ada sepasang suami istri Anjas dan Herawati yang lapaknya nyaris selalu ramai pembeli. Lapak suami istri ini terletak di salah satu pot besar kolong jembatan tak jauh dari pos polisi pasar 16 ilir.
"Awal mulanya jualan keliling, tapi setelah ketemu tempat ini nyaman jadinya hingga disini terus," ujar Herawati sembari menyusun pempek dagangannya di atas keranjang rotan berlapis daun pisang.
Ia dan suami ditempat itu diyakininya sebagai tempat yang cukup strategis sehingga untuk waktu yang lama mereka tidak akan pindah dari lapak yang sekarang.
Setiap harinya pasangan suami ini membuat dan menjual hingga 1500 buah pempek dari bahan 30 kilogram campuran ikan kakap dan ikan parang-parang.
"Ada pempek tahu, kulit, kerupuk, bulat adaan, telur," ujar Hera, pempek tahu yang yang paling digemari pembeli karena paling cepat habis.
Meskipun harus bersaing dengan penjual pempek lain di bawah jembatan Ampera namun pasangan suami istri ini tidak takut kekurangan pembeli.
"Sebab rasa pempek kami bisa diadu dengan semua penjual pempek di sini, dari segi bentuk ukuran kami juga
lebih besar," tutur Hera.
Bukan hanya itu saja, ia meyakini meski pempeknya dibuat dari campuran ikan sungai dan laut namun pembeli tidak akan merasakan amis seperti pada pempek ikan campuran kebanyakan.
" Semua diolah dengan teknik rahasia keluarga turun temurun jadi rasanya berkelas," tegasnya.
Pelanggan pempek Hera dan Anjas ini pun tidak hanya dari kota Palembang tetapi juga dari luar kota. "Banyak dari luar daerah dan mereka pun bisa pesan untuk di bawa ke kota masing-masing," tukasnya.
Pelanggan setia mereka kebanyakan dari luar kota seperti Jambi, Lampung, Bogor, Jakarta, Lahat, Prabumulih. Harga pempek dijual Rp 1.000 per buah.
"Kami hanya mengambil untung Rp 200 per buah," jelas Anjas yang tengah membantu istrinya berbenah. Meskipun begitu ia mengakui hasil yang ia dapatkan dari jualan pempek ini cukup besar sehingga mereka bisa menyekolahkan ketiga anaknya. (ant/fn)
Di bawah Jembatan Ampera tiap memasuki antara pukul 13.00 WIB dan 14.00 WIB aneka penjual pempek bertebaran dan berbaur dengan penjual lainnya yang beradu nasib di lokasi yang jadi objek wisata Kota Palembang tersebut.
Banyak pilihan penjual pempek di sana, mungkin bila pengunjung baru pertama kali ke sini bisa jadi akan bingung ingin memilih penjual pempek yang mana untuk dicicipi.
Di antara para penjual pempek itu ada sepasang suami istri Anjas dan Herawati yang lapaknya nyaris selalu ramai pembeli. Lapak suami istri ini terletak di salah satu pot besar kolong jembatan tak jauh dari pos polisi pasar 16 ilir.
"Awal mulanya jualan keliling, tapi setelah ketemu tempat ini nyaman jadinya hingga disini terus," ujar Herawati sembari menyusun pempek dagangannya di atas keranjang rotan berlapis daun pisang.
Ia dan suami ditempat itu diyakininya sebagai tempat yang cukup strategis sehingga untuk waktu yang lama mereka tidak akan pindah dari lapak yang sekarang.
Setiap harinya pasangan suami ini membuat dan menjual hingga 1500 buah pempek dari bahan 30 kilogram campuran ikan kakap dan ikan parang-parang.
"Ada pempek tahu, kulit, kerupuk, bulat adaan, telur," ujar Hera, pempek tahu yang yang paling digemari pembeli karena paling cepat habis.
Meskipun harus bersaing dengan penjual pempek lain di bawah jembatan Ampera namun pasangan suami istri ini tidak takut kekurangan pembeli.
"Sebab rasa pempek kami bisa diadu dengan semua penjual pempek di sini, dari segi bentuk ukuran kami juga
lebih besar," tutur Hera.
Bukan hanya itu saja, ia meyakini meski pempeknya dibuat dari campuran ikan sungai dan laut namun pembeli tidak akan merasakan amis seperti pada pempek ikan campuran kebanyakan.
" Semua diolah dengan teknik rahasia keluarga turun temurun jadi rasanya berkelas," tegasnya.
Pelanggan pempek Hera dan Anjas ini pun tidak hanya dari kota Palembang tetapi juga dari luar kota. "Banyak dari luar daerah dan mereka pun bisa pesan untuk di bawa ke kota masing-masing," tukasnya.
Pelanggan setia mereka kebanyakan dari luar kota seperti Jambi, Lampung, Bogor, Jakarta, Lahat, Prabumulih. Harga pempek dijual Rp 1.000 per buah.
"Kami hanya mengambil untung Rp 200 per buah," jelas Anjas yang tengah membantu istrinya berbenah. Meskipun begitu ia mengakui hasil yang ia dapatkan dari jualan pempek ini cukup besar sehingga mereka bisa menyekolahkan ketiga anaknya. (ant/fn)