Palembang, (ANTARA News) - Wali Kota Palembang, Eddy Santana Putra mengatakan sangat membutuhkan pembangunan industri hilir di daerah tersebut, seperti pabrik yang memproduksi sandal jepit.
"Bahan baku di Sumatera Selatan, seperti getah karet dan minyak sawit sangat berlimpah, tetapi sampai kini belum ada pabrik yang mengelola menjadi barang jadi," kata dia, di Palembang, Jumat.
Ia menjelaskan, membangun pabrik sendal jepit memang terkesan sangat sederhana, tetapi keberadaan pabrik itu pasti akan berpengaruh besar terhadap perekonomian penduduk kota "pempek" ini.
Karena dibangunnya industri hilir itu bukan hanya mampu mengoptimalkan nilai ekonomis bahan baku getah karet, tetapi juga akan menciptakan lapangan pekerjaan yang luas bagi warga setempat, ujar dia.
Menurut dia, dampak luar biasa terhadap perekonomian Kota Palembang akan dirasakan masyarakat, kalau pembangunan beragam industri hilir terealisasi.
Peningkatan perekonomian akan berjalan cepat, sehingga mampu mendorong kesejahteraan penduduk kota, tambah dia.
Dia mengatakan, bukan hanya pabrik sendal jepit atau produk berbahan baku "crumb rubber" yang bisa dibangun dan beroperasi serta berkembang di daerah itu.
Pembangunan pabrik, kosmetik berbahan baku minyak sawit juga tepat, karena Sumatera Selatan juga memiliki perkebunan sawit sangat luas, sampai kini baru diolah menjadi minyak goreng.
Padahal, kata dia, bisa juga digunakan sebagai bahan baku shampo atau beragam kosmetik.
Eddy menambahkan, untuk mendorong terealisasinya pembangunan industri hilir, pemkot memberikan berbagai kemudahan kepada investor yang ingin menanamkan modalnya di kota tersebut.
Beragam perizinan dibutuhkan investor prosesnya dipermudah, asal sudah melengkapi ketentuan dan syarat yang diperlukan, tambah dia.
Sementara data Dinas Perkebunan setempat, di Sumatera Selatan merupakan penghasil komoditas unggulan kelapa sawit dan karet, dan hingga saat ini saja tercatat hampir 600 ribu hektare perkebunan sawit baik milik rakyat maupun perusahaan.
Begitu juga luas perkebunan karet di daerah tersebut juga tidak kurang dari satu juta hektare sampai tahun 2011.
Sampai kini, khusus "crumb rubber" masih dijual ke mancanegara dalam bentuk bahan baku atau karet kering kualitas 90 persen. Sedangkan sawit hanya diolah menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan sebagian baru bisa menjadi minyak goreng curah. (ANT-037)
"Bahan baku di Sumatera Selatan, seperti getah karet dan minyak sawit sangat berlimpah, tetapi sampai kini belum ada pabrik yang mengelola menjadi barang jadi," kata dia, di Palembang, Jumat.
Ia menjelaskan, membangun pabrik sendal jepit memang terkesan sangat sederhana, tetapi keberadaan pabrik itu pasti akan berpengaruh besar terhadap perekonomian penduduk kota "pempek" ini.
Karena dibangunnya industri hilir itu bukan hanya mampu mengoptimalkan nilai ekonomis bahan baku getah karet, tetapi juga akan menciptakan lapangan pekerjaan yang luas bagi warga setempat, ujar dia.
Menurut dia, dampak luar biasa terhadap perekonomian Kota Palembang akan dirasakan masyarakat, kalau pembangunan beragam industri hilir terealisasi.
Peningkatan perekonomian akan berjalan cepat, sehingga mampu mendorong kesejahteraan penduduk kota, tambah dia.
Dia mengatakan, bukan hanya pabrik sendal jepit atau produk berbahan baku "crumb rubber" yang bisa dibangun dan beroperasi serta berkembang di daerah itu.
Pembangunan pabrik, kosmetik berbahan baku minyak sawit juga tepat, karena Sumatera Selatan juga memiliki perkebunan sawit sangat luas, sampai kini baru diolah menjadi minyak goreng.
Padahal, kata dia, bisa juga digunakan sebagai bahan baku shampo atau beragam kosmetik.
Eddy menambahkan, untuk mendorong terealisasinya pembangunan industri hilir, pemkot memberikan berbagai kemudahan kepada investor yang ingin menanamkan modalnya di kota tersebut.
Beragam perizinan dibutuhkan investor prosesnya dipermudah, asal sudah melengkapi ketentuan dan syarat yang diperlukan, tambah dia.
Sementara data Dinas Perkebunan setempat, di Sumatera Selatan merupakan penghasil komoditas unggulan kelapa sawit dan karet, dan hingga saat ini saja tercatat hampir 600 ribu hektare perkebunan sawit baik milik rakyat maupun perusahaan.
Begitu juga luas perkebunan karet di daerah tersebut juga tidak kurang dari satu juta hektare sampai tahun 2011.
Sampai kini, khusus "crumb rubber" masih dijual ke mancanegara dalam bentuk bahan baku atau karet kering kualitas 90 persen. Sedangkan sawit hanya diolah menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan sebagian baru bisa menjadi minyak goreng curah. (ANT-037)