Tangerang (ANTARA) - Konsultan Intervensi Jantung & Aritmia Eka Hospital BSD dr. Ignatius Yansen mengatakan seseorang yang merasakan deg-degan ketika sedang beristirahat sampai menyebabkan nyeri dada termasuk terkena gejala penyakit jantung yaitu aritmia.
Ia mengatakan aritmia adalah gangguan irama jantung yang menyebabkan jantung berdetak tidak beraturan, bisa terlalu cepat atau takikardia ataupun terlalu lambat yakni bradikardia.
"Walau terkesan mengkhawatirkan, kondisi deg-degan tidak selalu menandakan Anda memiliki aritmia," kata dr. Ignatius Yansen di Tangerang Kamis.
Ia menuturkan irama normal jantung manusia dewasa saat beristirahat adalah 60-100 detak per menit. Seseorang dapat menghitungnya secara manual dengan menggunakan stopwatch dan merasakan denyut nadi ataupun menggunakan smartwatch/oximeter/tensimeter digital.
"Jika Anda merasa deg-degan tapi jumlah detak jantung masih ada di kisaran angka 60-100, kondisi ini dikatakan normal. Biasanya, seseorang merasa jantung berdebar di malam hari, saat menjelang tidur karena suasana yang lebih sepi dan lebih relaks," katanya.
Sementara itu seseorang disebut mengalami aritmia jika denyut jantung berada di bawah 60 detak dalam satu menit atau bradikardia atau di atas 100 per menit atau takikardia.
"Secara garis besar aritmia terbagi jadi dua yaitu detak jantung lambat dan cepat. Perbedaan mencolok dari gejala keduanya adalah di kecepatan detak jantung," katanya lagi
Aritmia disebabkan oleh gangguan sinyal listrik yang menuju jantung. Agar dapat memompa, jantung mendapatkan impuls listrik untuk berkontraksi dan relaksasi.
Deg-degan ketika istirahat hingga nyeri dada termasuk gejala aritmia

Konsultan Intervensi Jantung & Aritmia Eka Hospital BSD dr. Ignatius Yansen sedang menjelaskan mengenai kondisi jantung terkena gangguan aritmia. ANTARA/Irfan