Garuda "mengoyak" statistik
Sebaliknya, serangan Jepang juga tajam sekali. Sudah 36 gol mereka ciptakan sejauh ini, yang 14 gol di antaranya tercipta pada putaran ketiga, dan dicetak oleh 10 pemain berbeda.
Halaman berikut: Modal tim Garuda adalah punya riwayat tak terkalahkan di kandang
Selisih level
Melihat hal itu tugas tim Merah Putih memang berat sekali.
Bukan hanya karena Indonesia berselisih 115 level dari Jepang dalam peringkat FIFA (Indonesia 130, Jepang 15), tapi juga karena Samurai Biru diisi pemain-pemain yang lebih teruji di level atas. Itu bisa dilihat salah satunya dari nilai pasar mereka.
Dalam skuad Indonesia yang bernilai pasar 31,48 juta euro hanya ada tujuh pemain yang bernilai di atas 1 juta euro.
Tapi dalam skuad Jepang yang bernilai pasar 289,33 juta euro, 10 dari 23 pemainnya bernilai di atas 10 juta dolar, termasuk Kaoru Mitoma senilai 45 juta euro dan Takumi Minamino 20 juta euro, bahkan label nilai Takefuso Kubo mencapai 50 juta euro.
Nilai pasar selalu paralel dengan kualitas pemain, dan kualitas pemain bisa menyulap tim menjadi tim hebat. Faktanya, Jepang begitu perkasa selama kualifikasi Piala Dunia 2026 karena diisi pemain-pemain berkualitas tinggi dengan harga yang tinggi pula.
Ini tugas berat bagi Indonesia, apalagi Garuda tak pernah bisa mengalahkan Jepang dalam empat pertemuan terakhir, termasuk dalam Piala Asia 2023.
Sejak pertama kali bertemu pada 1 Mei 1954 dalam Asian Games tahun itu, kedua tim sudah 16 kali bertemu. Indonesia menang 5 kali, Jepang 9 kali.
Terakhir kali Garuda mengalahkan Samurai Biru terjadi pada 24 Februari 1981 di Jakarta ketika menang 2-0 dalam laga persahabatan.
Tetapi ada sejarah yang sudah patut dipertahankan oleh Jay Idzes cs, yakni Garuda tak pernah bisa dikalahkan oleh Jepang ketika berlaga di kandang sendiri.
Selain menang 2-0 dalam laga persahabatan di Jakarta pada Mei 1981, Garuda juga pernah menahan seri Jepang dengan 0-0 pada 1989 di Jakarta dalam pertandingan pertama kualifikasi Piala Dunia 1990, sebelum dibantai 0-5 dalam pertandingan kedua di Jepang.
Performa Garuda yang belakangan ini menanjak juga seharusnya tak membuat pasukan Hajime Moriyasu meremehkan Indonesia.
Indonesia bisa saja menjadi tim pertama yang mengalahkan Jepang dalam kualifikasi Piala Dunia 2026, dan sekaligus bisa menjadi tim pertama yang menjebol gawang Jepang dari gol bukan bunuh diri.
Selain karena berbekal materi pemain yang lebih segar dan berpengalaman dalam kompetisi level atas di Eropa, Indonesia juga bisa berharap dari cara pelatih Shin Tae-yong dalam meracik skuad.
Dengan pengalamannya, Shin bisa membuat Garuda setidaknya mencuri poin dari Jepang.
Halaman berikut: Underdog tapi harus percaya diri
Underdog tapi harus percaya diri
Pada 24 Januari 2024, Shin membentuk skuad yang menyulitkan Jepang sampai harus mengandalkan penalti dan gol bunuh diri untuk menang 3-1 dalam fase grup Piala Asia 2023.
Kebanyakan pemain yang diturunkan Shin dan Moriyasu dilibatkan lagi dalam pertandingan Jumat malam nanti.
Tapi kedua pelatih pasti memasang susunan pemain yang berbeda dari waktu Piala Asia 2023 itu, terlebih Indonesia memperoleh suntikan energi baru dari pemain-pemain berbasis di Eropa.
Shin pasti sudah belajar dari pendekatan yang diadopsinya ketika Garuda menyerah 1-3 kepada Jepang dalam Piala Asia 2023. Mungkin untuk itu pula dia memanggil lagi sejumlah pemain yang pernah dia pasang kala melawan Jepang dalam turnamen itu.
Dengan materi pemain yang mungkin lebih kuat dibandingkan pada Piala Asia 2023, Shin akan berusaha mengulangi salah satu sukses besarnya kala mengarsiteki Korea Selatan menjuarai Piala Asia Timur (EAFF) pada 4 Juli 2017.
Saat itu dia sukses membentuk tim Korea Selatan yang mengalahkan Jepang 4-1 sehingga trofi EAFF menjadi milik Korea Selatan.
Di bawah asuhan Shin pula, Korea Selatan lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia setelah memenangkan seluruh dari delapan laga putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2018 dengan memasukkan 27 gol tanpa kebobolan, dan mencetak 10 gol pada putaran ketiga yang juga dilalui tanpa kekalahan.
Walau kemudian kalah tipis dari Swedia dan Meksiko, Korea Selatan membuat kejutan dengan menumbangkan Jerman 2-0 dalam fase grup Piala Dunia 2018.
Formulanya dalam menaklukkan Jepang pada Piala EAFF 2017 dan menumbangkan Jerman dalam Piala Dunia 2018, bisa dia pakai kembali untuk tim Garuda.
Saat menumbangkan Jerman, Shin mendorong timnya tampil percaya diri tapi tenang menghadapi keadaan dan menyadari diri mereka sebagai underdog. Dia memasang perangkap jitu dengan membiarkan pemain-pemainnya sabar menunggu Jerman membuat kesalahan, untuk melancarkan serangan balik mematikan.
Shin mungkin akan melakukannya lagi Jumat malam nanti di GBK, dengan bonus yang tidak dia miliki kala menumbangkan Jerman, yakni dukungan fanatik dari pecinta timnas Indonesia.
Dukungan tak henti dari 77 ribu penonton tuan rumah di dalam stadion bisa menjadi energi ekstra yang menyemangati Marselino Ferdinan dkk untuk tampil percaya diri nan spartan guna menciptakan lagi kejutan yang bakal menjadi headline di mana-mana.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ujian terberat Garuda
Halaman berikut: Modal tim Garuda adalah punya riwayat tak terkalahkan di kandang
Selisih level
Melihat hal itu tugas tim Merah Putih memang berat sekali.
Bukan hanya karena Indonesia berselisih 115 level dari Jepang dalam peringkat FIFA (Indonesia 130, Jepang 15), tapi juga karena Samurai Biru diisi pemain-pemain yang lebih teruji di level atas. Itu bisa dilihat salah satunya dari nilai pasar mereka.
Dalam skuad Indonesia yang bernilai pasar 31,48 juta euro hanya ada tujuh pemain yang bernilai di atas 1 juta euro.
Tapi dalam skuad Jepang yang bernilai pasar 289,33 juta euro, 10 dari 23 pemainnya bernilai di atas 10 juta dolar, termasuk Kaoru Mitoma senilai 45 juta euro dan Takumi Minamino 20 juta euro, bahkan label nilai Takefuso Kubo mencapai 50 juta euro.
Nilai pasar selalu paralel dengan kualitas pemain, dan kualitas pemain bisa menyulap tim menjadi tim hebat. Faktanya, Jepang begitu perkasa selama kualifikasi Piala Dunia 2026 karena diisi pemain-pemain berkualitas tinggi dengan harga yang tinggi pula.
Ini tugas berat bagi Indonesia, apalagi Garuda tak pernah bisa mengalahkan Jepang dalam empat pertemuan terakhir, termasuk dalam Piala Asia 2023.
Sejak pertama kali bertemu pada 1 Mei 1954 dalam Asian Games tahun itu, kedua tim sudah 16 kali bertemu. Indonesia menang 5 kali, Jepang 9 kali.
Terakhir kali Garuda mengalahkan Samurai Biru terjadi pada 24 Februari 1981 di Jakarta ketika menang 2-0 dalam laga persahabatan.
Tetapi ada sejarah yang sudah patut dipertahankan oleh Jay Idzes cs, yakni Garuda tak pernah bisa dikalahkan oleh Jepang ketika berlaga di kandang sendiri.
Selain menang 2-0 dalam laga persahabatan di Jakarta pada Mei 1981, Garuda juga pernah menahan seri Jepang dengan 0-0 pada 1989 di Jakarta dalam pertandingan pertama kualifikasi Piala Dunia 1990, sebelum dibantai 0-5 dalam pertandingan kedua di Jepang.
Performa Garuda yang belakangan ini menanjak juga seharusnya tak membuat pasukan Hajime Moriyasu meremehkan Indonesia.
Indonesia bisa saja menjadi tim pertama yang mengalahkan Jepang dalam kualifikasi Piala Dunia 2026, dan sekaligus bisa menjadi tim pertama yang menjebol gawang Jepang dari gol bukan bunuh diri.
Selain karena berbekal materi pemain yang lebih segar dan berpengalaman dalam kompetisi level atas di Eropa, Indonesia juga bisa berharap dari cara pelatih Shin Tae-yong dalam meracik skuad.
Dengan pengalamannya, Shin bisa membuat Garuda setidaknya mencuri poin dari Jepang.
Halaman berikut: Underdog tapi harus percaya diri
Underdog tapi harus percaya diri
Pada 24 Januari 2024, Shin membentuk skuad yang menyulitkan Jepang sampai harus mengandalkan penalti dan gol bunuh diri untuk menang 3-1 dalam fase grup Piala Asia 2023.
Kebanyakan pemain yang diturunkan Shin dan Moriyasu dilibatkan lagi dalam pertandingan Jumat malam nanti.
Tapi kedua pelatih pasti memasang susunan pemain yang berbeda dari waktu Piala Asia 2023 itu, terlebih Indonesia memperoleh suntikan energi baru dari pemain-pemain berbasis di Eropa.
Shin pasti sudah belajar dari pendekatan yang diadopsinya ketika Garuda menyerah 1-3 kepada Jepang dalam Piala Asia 2023. Mungkin untuk itu pula dia memanggil lagi sejumlah pemain yang pernah dia pasang kala melawan Jepang dalam turnamen itu.
Dengan materi pemain yang mungkin lebih kuat dibandingkan pada Piala Asia 2023, Shin akan berusaha mengulangi salah satu sukses besarnya kala mengarsiteki Korea Selatan menjuarai Piala Asia Timur (EAFF) pada 4 Juli 2017.
Saat itu dia sukses membentuk tim Korea Selatan yang mengalahkan Jepang 4-1 sehingga trofi EAFF menjadi milik Korea Selatan.
Di bawah asuhan Shin pula, Korea Selatan lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia setelah memenangkan seluruh dari delapan laga putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2018 dengan memasukkan 27 gol tanpa kebobolan, dan mencetak 10 gol pada putaran ketiga yang juga dilalui tanpa kekalahan.
Walau kemudian kalah tipis dari Swedia dan Meksiko, Korea Selatan membuat kejutan dengan menumbangkan Jerman 2-0 dalam fase grup Piala Dunia 2018.
Formulanya dalam menaklukkan Jepang pada Piala EAFF 2017 dan menumbangkan Jerman dalam Piala Dunia 2018, bisa dia pakai kembali untuk tim Garuda.
Saat menumbangkan Jerman, Shin mendorong timnya tampil percaya diri tapi tenang menghadapi keadaan dan menyadari diri mereka sebagai underdog. Dia memasang perangkap jitu dengan membiarkan pemain-pemainnya sabar menunggu Jerman membuat kesalahan, untuk melancarkan serangan balik mematikan.
Shin mungkin akan melakukannya lagi Jumat malam nanti di GBK, dengan bonus yang tidak dia miliki kala menumbangkan Jerman, yakni dukungan fanatik dari pecinta timnas Indonesia.
Dukungan tak henti dari 77 ribu penonton tuan rumah di dalam stadion bisa menjadi energi ekstra yang menyemangati Marselino Ferdinan dkk untuk tampil percaya diri nan spartan guna menciptakan lagi kejutan yang bakal menjadi headline di mana-mana.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ujian terberat Garuda