Menjaga lestarinya varietas mangga Mentaram untuk ekonomi masyarakat

id Mangga Mentaram,Kota Mataram,varietas unggulan

Menjaga lestarinya varietas mangga Mentaram untuk ekonomi masyarakat

Seorang pengunjung melihat dari dekat buah mangga Mentaram yang dikembangkan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pagutan, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. (ANTARA/Nirkomala)

Akan tetapi, meskipun kualitas mangga Mentaram dari berbagai segi memiliki keunggulan, tapi dari sisi rupa mangga Mentaram dinilai kurang menarik, sehingga sampai saat ini belum bisa diekspor ke luar negeri.

Beberapa kali akademisi dari Unram yang membawa atau mengenalkan mangga Mentaram ke beberapa negara, seperti Australia dan China, tapi belum mendapat respons yang menggembirakan.

Kondisi itu bukan karena rasa mangga Mentaram yang tidak manis, akan tetapi budaya orang luar negeri lebih melihat fisik dari buah mangga, harus lebih menarik, misalnya kuning dan cerah (glowing). Sementara tampilan dari mangga Mentaram ini semakin tua kulitnya semakin hijau tua pekat, meskipun begitu dikupas isinya kuning, tebal, dan manis.


Asal usul

Mangga Mentaram yang dikembangkan di pekarangan rumah Nurjanah dulu berasal dari kampung halamannya di Desa Puyung, Kabupaten Lombok Tengah.

Kakek Nurjanah yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Anak Agung Pamotan Mayure, Cakranegara, Kota Mataram, sering datang ke sana dan membawa buah mangga itu.

Dari situ, kakek Nurjanah mencoba menanam bijinya dan berhasil serta berbuah lebat. Hasil panen kemudian dibagi-bagi ke keluarga terdekat. Tapi sekarang pohon induk sudah punah.

Keponakan Nurjannah yang bertugas di Dinas Kehutanan setempat mencoba melakukan pengembangan mangga tersebut dengan berbagai cara, dan terakhir berhasil dengan sambung pucuk.

Keberhasilan di Desa Puyung itu dibawa dan dikembangbiakkan di rumahnya, sehingga setiap berbuah selalu diberikan juga kepada Wali Kota Mataram H Moh Ruslan yang akhirnya tertarik dan menjjadikannya varietas unggulan.

Setelah dilakukan penelitian, ternyata buah mangga dengan bentuk dan cita rasa seperti itu belum ada di Indonesia. Moh Ruslan saat itu meminta Nurjanah dan suami memberikan nama untuk mangga tersebut.

Namun untuk menghormati Wali Kota Mataram, Nurjanah dan suami kembali menyerahkan pemberian nama kepada Wali Kota Mataram yang akhirnya mangga tersebut dinamai mangga Mentaram.

Mangga Mentaram saat ini sudah memiliki sertifikat Hak kekayaan Intelektual (HKI) dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Nurjanah sangat bangga.

Pemerintah Kota Mataram telah melakukan pengembangan budi daya mangga Mentaram. Masyarakat Mataram diharapkan bisa mengembangkan mangga Mentaram sehingga dapat menikmati hasilnya, termasuk menggerakkan ekonomi masyarakat.  



Deretan pohon mangga Mentaram yang dikembangkan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pagutan, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. (ANTARA/Nirkomala)


Upaya budi daya

Guna mempromosikan dan mempertahankan populasi varietas unggulan Kota Mataram tersebut, Pemerintah Kota Mataram tahun 2024 telah menyiapkan sekitar 500 bibit pohon mangga Mentaram.

Penyiapan bibit tersebut sebagai tindak lanjut atas telah diperolehnya sertifikat HKI dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Sertifikat HKI yang didapat itu berupa pencatatan intelektual komunal potensi indikasi geografis untuk dua varietas yakni mangga Mentaram dan duku Ruslan.

Sekretaris Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram, Hj Tri Utami, mengemukakan guna mendukung budi daya, bibit mangga Mentaram yang disiapkan akan didistribusikan ke semua kantor organisasi perangkat daerah (OPD) di Kota Mataram.

Bibit mangga Mentaram rencananya akan didistribusikan pula ke berbagai kantor pemerintah tingkat provinsi, instansi vertikal, dan pihak swasta yang ada di Kota Mataram, serta disebar ke lingkungan-lingkungan perkampungan.

Saat kunjungan Ibu Iriana Joko Widodo ke Kota Mataram pada 30 Mei 2024 menyatakan sangat tertarik dengan keunggulan mangga Mentaram sehingga meminta bibit pohon mangga ini untuk ditanam di Istana Negara.

Perbanyakan populasi pohon mangga Mentaram tidak boleh dilakukan sembarangan, termasuk untuk pemeliharaan hingga panen. Misalnya, untuk uji coba pengembangan di satu wilayah atau lingkungan harus diawasi oleh kelompok masyarakat peduli indikasi geografis (MPIG).

Kelompok MPIG ini berasal dari unsur masyarakat sekitar. Mereka  akan melakukan pengawasan dari sejak taman, pemeliharaan, hingga panen. Sedangkan untuk penilaian tingkat keberhasilan akan dilakukan oleh Kemenkumham sekitar 2-3 tahun lagi, atau setelah ada bakal buah.


Hampir terlupakan

Mangga Mentaram ini mulai muncul pada tahun 1985. Tanaman ini merupakan hadiah kepada Anak Agung Pamotan Mayure dari Kerajaan Mentaram beberapa waktu silam.

Kemudian, cerita tentang mangga Mentaram itu sunyi dan hampir terlupakan hingga pada tahun 2009 dicanangkan mangga ini sebagai varietas unggulan di Kota Mataram bersama varietas duku Ruslan.

Namun, setelah itu cerita varietas tersebut kembali sepi, tanpa program. Pada tahun 2024 Dinas Pertanian memperjuangkan sampai akhirnya mendapatkan sertifikat HAKI.

Dinas Pertanian Kota Mataram kini melakukan pendataan titik-titik pengembangan mangga Mentaram yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah. Salah satu lokasi pengembangan mangga Mentaram yang dilakukan di antaranya di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pagutan, Kota Mataram, dengan jumlah mencapai puluhan pohon.

Dengan budi daya mangga Mentaram yang digalakkan pemerintahan ini diharapkan akan dapat menumbuhkan pula komitmen warga Kota Mataram untuk memanfaatkan pekarangannya bertanam mangga Mentaram.

Dengan gerakan bersama-sama secara masif, maka keberadaan varietas mangga Mentaram akan tetap lestari dan perekonomian masyarakat pun juga bergerak.
 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menjaga lestarinya varietas mangga Mentaram untuk eko nomi masyarakat