"Kami bersama perajin atap rumbia lainnya itu terpaksa mencari daun kiray rumbia ke sejumlah pelosok desa di kecamatan lainnya di Kabupaten Lebak dan Serang," katanya menjelaskan.
Menurut dia, selama ini, permintaan atap rumbia meningkat dari 2.000 lembar, kini menjadi 6.000 lembar per bulan.
Kebanyakan permintaan rumbia itu di antaranya perumahan masyarakat Badui, saung rumah makan, pembangunan pondok pesantren, kandang ayam, gajebo, dan lainnya.
"Kami sejak tiga bulan terakhir bisa memenuhi permintaan konsumen sebanyak 6.000 lembar atap dengan harga Rp3.000/lembar atap, sehingga dikalkulasikan menghasilkan Rp18 juta per bulan," kata Mad Aceng.
Begitu juga perajin atap lainnya, Rohman (50) mengaku bahwa pihaknya kini kesulitan untuk mendapatkan pasokan daun kiray, sedangkan permintaan meningkat.
Bahkan, dirinya pada Oktober 2024 sudah ada yang pesan sebanyak 5.000 lembar untuk perumahan masyarakat Badui yang terdampak bencana puting beliung.
Karena itu, pihaknya kini mencari daun kiray ke pelosok desa di Kabupaten Serang untuk memenuhi permintaan konsumen.
"Kami menjamin pesanan untuk pembangunan rumah masyarakat Badui sebanyak 5.000 lembar dengan harga Rp 5.000 per lembar, sehingga menghasilkan Rp25 juta," katanya pula.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan pihaknya minta petani, agar mengembangkan tanaman kiray rumbia di lahan darat untuk memenuhi permintaan perajin atap rumbia.
"Kami meyakini tanaman kiray bisa menghasilkan nilai tambah dengan pendapatan ekonomi petani," kata Deni lagi.