Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah turun dipengaruhi sentimen "risk-off" dari AS dan Tiongkok
Rupiah turundipengaruhi sentimen "risk-off" dari AS dan Tiongkok
Lebih lanjut Josua menuturkan dolar AS menguat terhadap mata uang global, terutama karena sinyal dovish (pro pasar) dari berbagai bank sentral global, diikuti oleh indikator ekonomi AS yang solid.
Indeks dolar AS menguat didorong oleh pernyataan dovish dari Bank of England (BoE) dan European Central Bank (ECB). Gubernur BoE, Andrew Bailey, menyatakan bahwa penurunan suku bunga kebijakan akan menjadi topik utama dalam pertemuan BoE mendatang, menegaskan sinyal bahwa suku bunga kebijakan BoE telah mencapai puncaknya.
Salah satu anggota ECB, Joachim Nagel, memperkirakan ECB akan mulai memangkas suku bunga bahkan sebelum liburan musim panas, menyiratkan penurunan suku bunga lebih awal pada tahun 2024.
Apresiasi dolar AS juga dipengaruhi oleh pernyataan salah satu pejabat The Fed, Raphael Bostic. Bostic menyatakan The Fed hanya bisa memangkas Fed Funds Rate satu kali pada tahun 2024 karena kekhawatiran melambatnya kemajuan disinflasi.
Sentimen tersebut mengimbangi dampak pengumuman pertemuan FOMC yang menandakan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini.
Josua memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp15.750 per dolar AS sampai dengan Rp15.850 per dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah turun dipengaruhi sentimen "risk-off" dari AS dan Tiongkok