Inalum galakan UP2K di sentra cabai Kabupaten Batu Bara
Palembang (ANTARA) - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menggalakkan upaya peningkatan pendapatan keluarga (UP2K) di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Lima Puluh Pesisir yang dikenal sebagai lumbung cabai Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.
"Untuk menggalakkan UP2K sebagai peningkatan kesejahteraan masyarakat di lumbung cabai tersebut, petani dan keluarganya dibina mengembangkan produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) memanfaatkan bahan baku cabai," kata Staf Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) PT Inalum Efendi Ibrahim di Desa Lubuk Cuik, Kabupaten Batu Bara, Rabu.
Ketika mendampingi wartawan finalis lomba karya jurnalistik MIND ID 2023 berkunjung ke desa binaan PT Inalum itu, Efendi menjelaskan upaya peningkatan pendapatan keluarga dilakukan untuk mengatasi masalah saat harga cabai anjlok.
Saat harga anjlok, biasanya petani membiarkan kebun cabainya tidak dipanen karena upah pekerja yang membantu memetik cabai lebih besar atau sama dengan hasil penjualan.
Berdasarkan permasalahan itu, melalui Program UP2K petani diberikan pelatihan pengolahan cabai menjadi beberapa produk, sehingga tidak mengandalkan penjualan cabai segar.
Pelatihan yang diberikan seperti membuat saos sambal, bubuk cabai, minyak cabai dan beberapa produk turunannya termasuk cara pengemasan dan pemasaran.
Dengan pengembangan UMKM melalui Program UP2K dari petani cabai Desa Lubuk Cuik berhasil membuat produk saos sambal, bubuk cabai, minyak cabai dan beberapa produk turunannya seperti makanan ringan keripik emping pedas.
Produk olahan cabai tersebut saat ini dipasarkan oleh Kelompok UP2K Petani Cabai Lubuk Cuik di toko, pasar, mini market yang ada di Kabupaten Batu Bara, Medan, dan dibantu juga pemasaran secara digital/daring (online) serta berbagai kegiatan pameran produk UMKM di Sumatera Utara dan Jakarta, kata Efendi.
Sementara Ketua Kelompok Wanita Tani Seroja yang juga Ketua UP2K Desa Lubuk Cuik Shinta (33) menjelaskan, bantuan PT Inalum kepada petani cabai di desanya sangat dirasakan manfaatnya.
Sebelum Tim CSR PT Inalum masuk membantu mereka membangun infrastruktur seperti irigasi, saung, dan pelatihan pengembangan UMKM pada 2015, kegiatan pertanian kurang maksimal dan tidak fokus pada komoditas yang sesuai dengan kondisi lingkungan desa.
"Masyarakat Desa Lubuk Cuik memanfaatkan lahan untuk bersawah atau menanam padi, menanam bawang, dan cabai, kini lebih fokus dengan tanaman cabai dengan luas lahan yang dimanfaatkan mencapai 85 hektare," ujarnya.
Khusus Kelompok Wanita Tani Seroja dengan anggota 16 orang, mengelola lahan seluas enam hektare dengan hasil maksimal 18 ton cabai per tahun/ha.
Cabai yang dihasilkan dari lahan yang ada di Desa Lubuk Cuik sebagian besar dijual secara langsung ke pasar lokal dalam wilayah Kabupaten Batu Bara dan beberapa daerah lainnya di dalam dan luar Sumut.
Sedangkan yang diolah menjadi beberapa produk turunan hanya sebagian kecil dan pada saat terjadi penurunan harga cabai segar di pasaran.
"Petani masih mengandalkan penjualan cabai segar karena secara ekonomi menguntungkan rata-rata 25 ribu per kilogramnya, dan pada saat harga turun pada harga di bawah Rp10.000 baru diolah menjadi berbagai produk olahan cabai dan turunannya," ujar Ketua UP2K Lumbung Cabai Desa Lubuk Cuik.
Sementara Pj Kades Lubuk Cuik Hamida menjelaskan bahwa penduduk di desanya mencapai 4.036 jiwa dari jumlah itu 1.157 jiwa berprofesi sebagai petani.
Kegiatan bertani masyarakat Desa Lubuk Cuik sebagian besar masih mengolah sawah, dan sebagian lagi mengembangkan perkebunan cabai.
"Aktivitas pertanian masyarakat di desa kami mendapat dukungan PT Inalum seperti pembangunan irigasi, penyediaan bibit unggul, dan pupuk. Saya mengucapkan terima kasih kepada produsen aluminium yang ada di daerah ini atas berbagai bantuan yang telah diberikan kepada masyarakat," ujar Kades Lubuk Cuik Hamida.
"Untuk menggalakkan UP2K sebagai peningkatan kesejahteraan masyarakat di lumbung cabai tersebut, petani dan keluarganya dibina mengembangkan produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) memanfaatkan bahan baku cabai," kata Staf Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) PT Inalum Efendi Ibrahim di Desa Lubuk Cuik, Kabupaten Batu Bara, Rabu.
Ketika mendampingi wartawan finalis lomba karya jurnalistik MIND ID 2023 berkunjung ke desa binaan PT Inalum itu, Efendi menjelaskan upaya peningkatan pendapatan keluarga dilakukan untuk mengatasi masalah saat harga cabai anjlok.
Saat harga anjlok, biasanya petani membiarkan kebun cabainya tidak dipanen karena upah pekerja yang membantu memetik cabai lebih besar atau sama dengan hasil penjualan.
Berdasarkan permasalahan itu, melalui Program UP2K petani diberikan pelatihan pengolahan cabai menjadi beberapa produk, sehingga tidak mengandalkan penjualan cabai segar.
Pelatihan yang diberikan seperti membuat saos sambal, bubuk cabai, minyak cabai dan beberapa produk turunannya termasuk cara pengemasan dan pemasaran.
Dengan pengembangan UMKM melalui Program UP2K dari petani cabai Desa Lubuk Cuik berhasil membuat produk saos sambal, bubuk cabai, minyak cabai dan beberapa produk turunannya seperti makanan ringan keripik emping pedas.
Produk olahan cabai tersebut saat ini dipasarkan oleh Kelompok UP2K Petani Cabai Lubuk Cuik di toko, pasar, mini market yang ada di Kabupaten Batu Bara, Medan, dan dibantu juga pemasaran secara digital/daring (online) serta berbagai kegiatan pameran produk UMKM di Sumatera Utara dan Jakarta, kata Efendi.
Sementara Ketua Kelompok Wanita Tani Seroja yang juga Ketua UP2K Desa Lubuk Cuik Shinta (33) menjelaskan, bantuan PT Inalum kepada petani cabai di desanya sangat dirasakan manfaatnya.
Sebelum Tim CSR PT Inalum masuk membantu mereka membangun infrastruktur seperti irigasi, saung, dan pelatihan pengembangan UMKM pada 2015, kegiatan pertanian kurang maksimal dan tidak fokus pada komoditas yang sesuai dengan kondisi lingkungan desa.
"Masyarakat Desa Lubuk Cuik memanfaatkan lahan untuk bersawah atau menanam padi, menanam bawang, dan cabai, kini lebih fokus dengan tanaman cabai dengan luas lahan yang dimanfaatkan mencapai 85 hektare," ujarnya.
Khusus Kelompok Wanita Tani Seroja dengan anggota 16 orang, mengelola lahan seluas enam hektare dengan hasil maksimal 18 ton cabai per tahun/ha.
Cabai yang dihasilkan dari lahan yang ada di Desa Lubuk Cuik sebagian besar dijual secara langsung ke pasar lokal dalam wilayah Kabupaten Batu Bara dan beberapa daerah lainnya di dalam dan luar Sumut.
Sedangkan yang diolah menjadi beberapa produk turunan hanya sebagian kecil dan pada saat terjadi penurunan harga cabai segar di pasaran.
"Petani masih mengandalkan penjualan cabai segar karena secara ekonomi menguntungkan rata-rata 25 ribu per kilogramnya, dan pada saat harga turun pada harga di bawah Rp10.000 baru diolah menjadi berbagai produk olahan cabai dan turunannya," ujar Ketua UP2K Lumbung Cabai Desa Lubuk Cuik.
Sementara Pj Kades Lubuk Cuik Hamida menjelaskan bahwa penduduk di desanya mencapai 4.036 jiwa dari jumlah itu 1.157 jiwa berprofesi sebagai petani.
Kegiatan bertani masyarakat Desa Lubuk Cuik sebagian besar masih mengolah sawah, dan sebagian lagi mengembangkan perkebunan cabai.
"Aktivitas pertanian masyarakat di desa kami mendapat dukungan PT Inalum seperti pembangunan irigasi, penyediaan bibit unggul, dan pupuk. Saya mengucapkan terima kasih kepada produsen aluminium yang ada di daerah ini atas berbagai bantuan yang telah diberikan kepada masyarakat," ujar Kades Lubuk Cuik Hamida.