Ia mengatakan ingin menjadikan sarung sebagai pakaian sehari-hari untuk berpergian seperti halnya celana atau rok yang sudah pasti semua orang punya.
Kampanye tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan produksi perajin batik atau tenun maupun sulam yang semakin sedikit karena tidak banyak orang yang menggunakan sarung sebagai pakaian sehari-hari.
Jika pemakaian sarung digalakkan, lanjut dia, harapannya bisa menaikkan taraf ekonomi masyarakat pengrajin kain di pelosok Indonesia.
"Kalau ini kita kita galakkan semua orang jadi banyak bikin sarung, bisa kain apapun tidak harus kotak-kotak, dan otomatis naikkan demand akan sarung dan otomatis akan sejahterakan masyarakat dan hubungannya dengan ekonomi masyarakat," ucap Dina.
Ia mengatakan pada zaman penjajahan, sarung identik dengan para santri yang juga ikut melawan penjajah. Dan saat ini, ia ingin membangkitkan kembali sarung menjadi lambang kemandirian negara Asia.
Dina juga mengatakan ingin mempopulerkan pemakaian sarung atau kain, tidak hanya untuk wanita saja, tetapi juga kepada pria yang masih merasa risih ketika memakai sarung.
"Tahun ini adalah tahun untuk mempopulerkan untuk mengenalkan terutama pria, kalau banyak orang pakai sarung dimana melihat itu jadi lebih berani, pakai sarung kan enak nyaman apalagi tropis ya dan sehat," ucapnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peringati Hari Sarung Nasional, sejajarkan sarung dengan fesyen barat