Inggris: Subtipe Omicron BA.2 lebih menular daripada BA.1

id UKHSA,Subtipe Omicron,Virus corona

Inggris: Subtipe Omicron BA.2 lebih  menular daripada BA.1

Seorang pria berjalan melewati sebuah tulisan di tengah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19), di London, Inggris, 24 Januari 2022. (ANTARA/Reuters/Hannah McKay/rwa/sad)

London (ANTARA) - Subtipe BA.2 virus corona varian Omicron tampaknya memiliki keunggulan penularan yang jelas dibanding dengan tipe BA.1 yang saat ini mendominasi, menurut UK Health Security Agency (UKHSA) Inggirs pada Jumat (28/1).

UKHSA mengungkapkan bahwa ada tingkat penularan yang tinggi dari BA.2 dibanding dengan BA.1 di seluruh wilayah Inggris, di mana terdapat cukup kasus untuk membandingkan keduanya, dan bahwa "keunggulan penularan yang jelas saat ini cukup besar."

"Kita tahu bawa BA.2 memiliki tingkat penularan yang tinggi yang dapat dilihat di seluruh wilayah di Inggris," kata Kepala Penasehat Medis UKHSA Dr Susan Hopkins.

Badan tersebut menegaskan tidak ada data mengenai tingkat keparahan BA.2 dibanding BA.1, namun pihaknya menegaskan bahwa evaluasi awal tidak menemukan perbedaan dalam efektivitas vaksin terhadap penyakit bergejala antara kedua subtipe Omicron.

Penyebaran cepat BA.1 memicu gelombang Omicron yang mendorong kasus di Inggris mencetak rekor pada Desember, menggeser varian dominan sebelumnya, Delta.

Namun, rawat inap tidak meningkat seperti sebelumnya berkat imunitas masyarakat melalui vaksinasi dan infeksi sebelumnya, serta tingkat keparahan Omicron yang lebih rendah.

UKHSA mengatakan bahwa analisis terpisah membuktikan bahwa antara 24 November-19 Januari, mayoritas pasien COVID ICU terinfeksi varian Delta, bahkan ketika Omicron merajalela dan mendominasi kasus.

Pihaknya juga menemukan bahwa lonjakan kasus Omicron di panti wreda tidak ada kaitannya dengan lonjakan pasien baru di rumah sakit.

"Sejumlah temuan kami menunjukkan gelombang infeksi Omicron saat ini sepertinya tidak menjurus pada lonjakan besar penyakit parah di kalangan panti wreda karena cakupan tingkat vaksinasi yang tinggi dan/atau imunitas alami," kata UKHSA, seraya menegaskan bahwa temuan itu berdasarkan pada BA.1 karena terbatasnya jumlah kasus BA.2 dalam studi tersebut.

Sumber: Reuters