Szilagyi atlet anggar Hungaria pertama sabet emas di nomor sabre tiga Olimpiade
Saya kira saya perlu waktu beberapa pekan, mungkin berbulan-bulan, untuk mempercayai apa yang terjadi di sini
Jakarta (ANTARA) - Atlet anggar Hungaria, Aron Szilagyi, menjadi orang pertama yang tiga kali berturut-turut merebut medali emas anggar dari tiga Olimpiade terakhir ketika dia menjuarai nomor sabre atau sabel, Sabtu.
Begitu memenangkan poin terakhir atas Luigi Samele dari Italia, Szilagyi melepas masker anggarnya dan tersenyum lebar seraya mengacungkan jari ke atas.
"Yang pertama terpikir oleh saya adalah - 'Saya tak percaya, tak terjadi, tak nyata, ini cuma mimpi'," kata atlet berusia 31 tahun itu kepada wartawan seperti dikutip Reuters.
"Saya kira saya perlu waktu beberapa pekan, mungkin berbulan-bulan, untuk mempercayai apa yang terjadi di sini."
Pada final degen atau epee perseorangan putri, pertarungan antara dua pemain anggar terbaik dunia berakhir ketika atlet China Sun Yiwen merebut emas pertamanya setelah mengalahkan atlet anggar Rumania berperingkat teratas, Ana Maria Popescu.
Sun menangis ketika mengaku kepada media China soal dilema yang dia hadapi dalam beberapa pekan terakhir.
Sebelum Olimpiade, Sun mengetahui bahwa ayahnya sakit parah dan dia tidak yakin bisa melihatnya lagi karena dia harus dikarantina selama beberapa hari sekembalinya ke Beijing.
"Kemungkinan besar bagi saya tidak bisa melihat beliau lagi setelah berlomba dalam Tokyo 2020," kata Sun yang kesulitan berbicara karena terus menangis.
"Tetapi untungnya dia masih hidup. Kami tetap berharap, saya dan keluarga saya."
Seorang relawan sigap menghampiri dia dengan membawakan tisu, sementara peraih medali perunggu Katrina Lehis mengusap punggung sang juara.
Dalam pertarungan yang ketat, Sun berhasil mempertahankan keunggulannya saat meraih medali emas ketiga untuk China pada hari pertama Olimpiade Tokyo.
Sementara itu Szilagyi nyaris kalah dalam semifinal yang berlangsung ketat dan menegangkan melawan atlet Georgia Sandro Bazadze.
Mereka terkunci pada kedudukan 13-13 dan dua poin terakhir Szilagyi diberikan setelah dimenangkan oleh pertimbangan wasit sehingga Bazadze mengangkat tangannya ke udara dan langsung menghambur meninggalkan arena.
Atlet anggar Hungaria itu memulai laga final itu dengan serangan cepat dan menentukan sehingga laga berakhir dalam waktu 10 menit.
Dia mendapatkan dukungan dari relawan, anggota tim, dan staf terkait Olimpiade yang hadir di tempat yang kosong itu seraya mengangkat bendera Hungaria tinggi-tinggi.
Begitu memenangkan poin terakhir atas Luigi Samele dari Italia, Szilagyi melepas masker anggarnya dan tersenyum lebar seraya mengacungkan jari ke atas.
"Yang pertama terpikir oleh saya adalah - 'Saya tak percaya, tak terjadi, tak nyata, ini cuma mimpi'," kata atlet berusia 31 tahun itu kepada wartawan seperti dikutip Reuters.
"Saya kira saya perlu waktu beberapa pekan, mungkin berbulan-bulan, untuk mempercayai apa yang terjadi di sini."
Pada final degen atau epee perseorangan putri, pertarungan antara dua pemain anggar terbaik dunia berakhir ketika atlet China Sun Yiwen merebut emas pertamanya setelah mengalahkan atlet anggar Rumania berperingkat teratas, Ana Maria Popescu.
Sun menangis ketika mengaku kepada media China soal dilema yang dia hadapi dalam beberapa pekan terakhir.
Sebelum Olimpiade, Sun mengetahui bahwa ayahnya sakit parah dan dia tidak yakin bisa melihatnya lagi karena dia harus dikarantina selama beberapa hari sekembalinya ke Beijing.
"Kemungkinan besar bagi saya tidak bisa melihat beliau lagi setelah berlomba dalam Tokyo 2020," kata Sun yang kesulitan berbicara karena terus menangis.
"Tetapi untungnya dia masih hidup. Kami tetap berharap, saya dan keluarga saya."
Seorang relawan sigap menghampiri dia dengan membawakan tisu, sementara peraih medali perunggu Katrina Lehis mengusap punggung sang juara.
Dalam pertarungan yang ketat, Sun berhasil mempertahankan keunggulannya saat meraih medali emas ketiga untuk China pada hari pertama Olimpiade Tokyo.
Sementara itu Szilagyi nyaris kalah dalam semifinal yang berlangsung ketat dan menegangkan melawan atlet Georgia Sandro Bazadze.
Mereka terkunci pada kedudukan 13-13 dan dua poin terakhir Szilagyi diberikan setelah dimenangkan oleh pertimbangan wasit sehingga Bazadze mengangkat tangannya ke udara dan langsung menghambur meninggalkan arena.
Atlet anggar Hungaria itu memulai laga final itu dengan serangan cepat dan menentukan sehingga laga berakhir dalam waktu 10 menit.
Dia mendapatkan dukungan dari relawan, anggota tim, dan staf terkait Olimpiade yang hadir di tempat yang kosong itu seraya mengangkat bendera Hungaria tinggi-tinggi.