Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (Ketum PB MA) Kiai Haji Embay Mulya Syarief mengatakan bahwa sesungguhnya Islam adalah agama yang sangat menekankan kasih sayang dan peduli sosial.
"Bagaimana bisa umat Islam begitu saja melihat saudara-saudara kita, misalnya harus kelaparan akibat kemiskinan mereka yang akhirnya bisa jadi terpapar paham-paham radikal intoleran," kata K.H. Embay Mulya Syarief di Jakarta, Jumat, dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA.
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, kata dia, pernah menyatakan kaadal faqru an yakuuna kufran yang artinya bahwa kemiskinan itu, kefakiran itu akan menjerumuskan seseorang pada kekufuran.
Oleh karena itu, lanjut Kiai Embay, Nabi Muhammad saw. bersabda irhamu man fil ardi, yarhamkum man fissamaa yang artinya sayangi yang ada di bumi, maka niscaya engkau akan disayangi oleh yang ada di langit.
"Jadi, sebetulnya 'kan tidak seberapa umat Islam membayar zakat, seperti zakat fitrah, misalnya, itu tidak seberapa, kemudian muslim membayar zakat mal. Pada dasarnya 'kan harta itu bukan punya kita. Kita ini tidak punya apa-apa karena semua hanya milik Allah," tuturnya.
Kiai Embay mengatakan, "Lahuma fissamawati wama fil ardi, artinya semuanya yang ada di langit dan di bumi ini adalah kepunyaan Allah."
Oleh sebab itu, dia menyampaikan bahwa harta yang dititipkan kepada manusia itu oleh Allah diwajibkan untuk diberikan (dizakatkan) hanya sebesar 2,5 persen dari yang mereka miliki.
"Nah, oleh karena itu, 'kan keterlaluan, orang yang sudah diberikan begitu banyak tetapi tidak melakukan zakat," kata pria yang juga merupakan salah satu tokoh penggagas berdirinya Provinsi Banten ini.
Pria yang juga anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten itu mencontohkan seseorang yang memiliki harta sebesar Rp100 juta maka 2,5 persen wajib untuk memberikannya kepada orang lain.
Sementara itu, kata dia, ongkosnya itu 97,5 persen. Ongkos kirim dari Allah ini jauh lebih besar, padahal yang disuruh untuk disampaikan itu hanya 2,5 persen yang sisanya 97,5 persen itu untuk yang mengirimkan (memberikan zakat).
"Jadi, logikanya seperti itu. Jadi, sebetulnya zakat itu tidak ada susahnya, tinggal orang menyadari bahwa rezeki itu datang dari Allah, kepunyaan Allah," kata mantan Ketua Bidang Ekonomi PB Mathla'ul Anwar ini.
Selain itu, ulama kelahiran Pandeglang, Banten, 4 Maret 1952 itu juga berpesan bahwa seseorang dalam beribadah itu tentunya juga harus berilmu.
Menurut dia, jika ibadah itu tanpa ilmu, lalu bisa mengaji dengan semangat tinggi, sementara ilmunya kurang, yang terjadi adalah bukan tidak mungkin yang bersangkutan akhirnya bisa membuat bom bunuh diri dan segala macam itu.
"Semangatnya tinggi tetapi ilmunya kurang. Nah, maka dari itu, teruslah belajar menuntut ilmu, menuntut ilmu dalam Islam itu hukumnya wajib mulai dari dalam kandungan sampai ke liang lahat. Tidak boleh merasa bahwa saya sudah pintar, saya sudah tahu segala macam," katanya menegaskan.
Berita Terkait
Terkait wacana kepala daerah dipilih DPRD, KPU RI ikut aturan yang ada
Sabtu, 14 Desember 2024 6:45 Wib
Benyamin van Aert raih jersey hijau Tour de Siak
Minggu, 8 Desember 2024 22:04 Wib
PWI Muba juara umum Porwarda PWI Sumsel
Jumat, 6 Desember 2024 7:35 Wib
AAUI: Pinjol dan judol beri efek domino industri asuransi umum
Rabu, 4 Desember 2024 9:26 Wib
Korban angin puting beliung di OKU peroleh bantuan
Selasa, 3 Desember 2024 18:22 Wib
Menkopolkam sebut secara umum Pilkada lancar meski ada di beberapa daerah perlu PSU
Rabu, 27 November 2024 20:13 Wib
Bawaslu Sumsel imbau sopir angkutan umum lepas APK pilkada
Rabu, 27 November 2024 7:35 Wib
PN Baturaja vonis hukuman mati terdakwa pembunuhan sadis
Kamis, 21 November 2024 15:00 Wib