Perusahaan BUMN bertahan ditengah pandemi

id pandemi COVID-19,BUMN bertahan ditengah pandemi,BUMN,Honesti Basyir,Kuswiyoto

Perusahaan BUMN bertahan ditengah pandemi

Pegadaian catat pertumbuhan gadai 15,91 persen di tengah COVID-19

Alhamdulillah, dari 28.000 petugas kami di lapangan hanya ada satu yang positif. Itu pun tenaga alih daya
Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang melanda dunia telah mentransformasi kehidupan, dari yang kurang akrab dengan dunia digital, kini menjadi semakin akrab dengan perangkat canggih itu.

Pademi itu juga tidak hanya mengubah tatanan kehidupan pada sektor kesehatan, dunia bisnis pun merasakan dampak dari wabah virus corona jenis baru tersebut.

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan pandemi COVID-19 telah mentransformasi semua aspek kehidupan di masyarakat, tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.

"Tadinya kita tidak mengenal istilah physical distancing, namun sekarang kita mengenal istilah itu dan menerapkannya. Kalau dulu ugal-ugalan, jarang cuci tangan, namun sekarang menjadi rajin cuci tangan. Adanya pandemi meluluhlantakkan beberapa sektor kehidupan, namun kita dapat beradaptasi dengan cepat," ujar Honesti dalam Webinar “How To Maintain Organization Efectiveness During The Pandemic of COVID-19”, akhir pekan lalu.

Begitu pun di sektor farmasi, terjadi perubahan dalam proses produksi. Sektor farmasi tidak hanya mengikuti regulasi yang ada di Tanah Air, juga regulasi yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia atau WHO.

Terdapat dua kata kunci dalam industri farmasi, yakni safety atau keamanan produk dan efektivisasi atau seberapa bermanfaat produk tersebut untuk menyembuhkan orang yang menderita penyakit tersebut.

Kedua hal tersebut diawasi secara ketat oleh pemerintah dan juga WHO. Oleh karenanya perusahaan harus memastikan bahwa bahan baku, proses produksi, hingga pengiriman produk tersebut terjamin akuntabel.

"Kata kuncinya adalah people protection atau memastikan orang-orang yang terlibat pada proses produksi itu, benar-benar safety, karena ada kejadian satu batch produksi di suatu negara dan ditemukan ada cacat di produknya, karena karyawannya mengalami gejala tertentu dan akhirnya produk yang sudah dikirim pada batch itu ditarik kembali," kata Honesti.

Oleh karena itu, Bio Farma menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Baik berdasarkan protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan juga protokol yang dirancang sendiri oleh Bio Farma. Tentu saja yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

Perusahaan farmasi itu mendata kesehatan karyawannya, terutama yang memiliki penyakit penyerta atau komorbiditas. Jika ada karyawan yang memiliki penyakit penyerta, maka akan dipantau kondisi kesehatannya.

"Kalau mereka (yang memiliki penyakit penyerta) masuk dan ikut dalam proses produksi, maka kami data juga. Itu dipantau oleh supervisor yang bertanggung jawab," ujar dia.

Sejumlah upaya juga dilakukan untuk melindungi karyawan. Pertama, melakukan deteksi dini dan pemantauan, mulai dari pelaporan karyawan bila ada gejala, perjalanan atau kontak. Penegakan diagnosa penyakit apakah mengarah ke COVID-19 atau bukan serta optimalisasi faskes internal, monitoring atau observasi internal karyawan yang berisiko atau sakit maupun bergejala.

Kedua, pengelompokan status terinfeksi untuk ditindaklanjuti, mulai dari orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), probabel, dan terkonfirmasi.

Ketiga, melakukan pengobatan terhadap karyawan yang sakit dan keluarga melalui poliklinik maupun RS rujukan.

Keempat, membantu evakuasi karyawan atau keluarga karyawan dengan status PDP atau terkonfirmasi ke rumah sakit rujukan pemerintah.

Kelima, melakukan pencegahan dan penyebaran, seperti karantina atau isolasi karyawan terduga ODP atau PDP ringan, desinfeksi fasilitas kerja karyawan terduga atau terkonfirmasi, pemantauan atas karyawan yang kontak dengan karyawan terduga atau terkonfirmasi, dan investigasi serta penelusuran interaksi karyawan di perusahaan.

Bio Farma juga melakukan perubahan pada fasilitas di lingkungan kerja, mulai dari menyiapkan layanan medis (poliklinik, RS rujukan yang ditunjuk pemerintah, RS dibawah koordinasi IHC), memberikan multivitasi masker dan penyanitasi tangan pada karyawan, menyiapkan tata letak tempat makan siang dengan memperhatikan social distancing.

Selanjutnya Bio Farma juga melakukan vaksinasi flu pada karyawan, pemberlakukan work from home (WFH) dengan dukungan infrastruktur IT, flexi time atau kerja bergilir. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, penyemprotan disinfektan, dan menyiapkan penyanitasi tangan otomatis di setiap pintu masuk ruang kerja serta memberikan kompensasi untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok karyawan selama WFH.

Sementara dalam segi bisnis, Bio Farma melakukan perubahan, mulai dari strategi rantai pasok dengan perubahan pada strategi stok, pencarian vendor atau sumber alternatif, peramalan berdasarkan permintaan, penyesuaian pembayaran, dan pemetaan serta pengawasan jadwal pasokan.

"Selama pandemi ini semuanya harus tunai. Tidak ada lagi penundaan pembayaraan. Kami juga memantau apa yang dibutuhkan masyarakat setiap harinya. Menariknya dalam kondisi seperti ini, terjadi kolaborasi," ujarar pria kelahiran Padang, Sumatera Barat, itu.

Perubahan pada tahap distribusi adalah melakukan pemesanan cargo atau charter pesawat dan bersinergi dengan BUMN lain yang memiliki tujuan atau asal negara ekspor atau impor yang sama.

Pada pasokan bahan baku yang terganggu akibat pandemi, Bio Farma kemudian mencari alternatif sumber bahan baku obat di luar negara produsen utama (China dan India). Maka, stok bahan baku obat dan produk prioritas yang diperlukan pada saat dan pascapandemi COVID-19. Tersedianya dashboard supply chain PT Kimia Farma Tbk Grup. Kemudian kajian importasi produk jadi.

Pada tahap efisiensi, Honesti menjelaskan perusahaan melakukan efesiensi operasional melalui rasionalisasi dan efisiensi kegiatan operasional, produksi dan distribusi. Investasi hanya untuk meningkatkan kapasitas, compliance, mengembangkan usaha, dan sebagai faktor pertumbuhan. Selanjutnya dilakukan restrukturisasi hutang bank.

Dia menambahkan langkah yang dilakukan untuk produk baru, yakni percepatan transfer teknologi, khususnya untuk pengembangan produk bahan baku obat dan percepatan proses registrasi produk di BPOM. Stategi untuk pelanggan pun berubah, yakni pendekatan pada pelanggan, pengamanan distribusi dan ketersediaan, prioritas pada produk dan pelanggan, serta komitmen pada pelanggan.

"Saat ini kami sedang mempersiapkan untuk menghadapi era normal baru. Kami menetapkan untuk masa transisi ini pada 25 Mei 2020 hingga 31 Agustus 2020," kata dia.

Pada tahap transisi kapasitas produksi penuh dengan pembatasan, dukungan langsung juga penuh dengan pembatasan serta dukungan tidak langsung dan dukungan langsung, yakni 40 persen WFH.

Untuk tahap normal baru dicanangkan pada periode 1 September 2020 hingga 31 Desember 2020. Perubahan pada sistem manajemen dokumen dan digitalisasi proses serta akses kontrol.

Tahap selanjutnya, yakni normal baru sesungguhnya, yakni 1 Januari 2021 hingga seterusnya. Perubahan pada aktivitasnya, yakni smart manufacturing (partial), smart bussiness, smart office, digital process, dan sama dengan kegiatan pada normal baru.

Pegadaian
Lain Bio Farma, lain pula di PT Pegadaian. Perusahaan pelat merah yang bergerak pada sektor keuangan tersebut membuktikan kinerjanya tetap moncer meski sedang ada pandemi COVID-19.

Direktur Utama PT Pegadaian Kuswiyoto mengatakan keuntungan yang diraih perusahaan tersebut bukanlah berasal dari kesengsaraan orang lain yang kesulitan pada masa krisis.

"Orang banyak mengira Pegadaian akan mengambil untung besar karena banyak orang yang sengsara. Prinsip dasar dari Pegadaian itu, kita akan menggadaikan barang kalau kita bisa menebus. Kalau tidak bisa menebus bukan digadai, melainkan dijual," ujar Kuswiyoto.

Tumbuhnya bisnis Pegadaian dikarenakan naiknya harga emas, sehingga banyak nasabah yang menebus emasnya dan kemudian dijual di luar untuk mendapatkan selisihnya.

Selain itu, strategi bisnis pun diubah agar lebih dikenal masyarakat. Pada April lalu misalnya, Pegadaian melakukan penggalangan dana untuk penanganan COVID-19 dengan menggandeng pelantun campursari Didi Kempot. Acara tersebut berhasil menarik perhatian sebanyak 151.000 penonton.

Acara itu juga berhasil menambah jumlah nasabah Pegadaian, karena pemasaran efektif untuk generasi milenial. Saat ini jumlah nasabah Pegadaian bertambah 17.000 dari bulan April 2020 atau total 14,9 juta.

Kuswiyoto menjelaskan sebanyak 90 persen dari 32.000 karyawan Pegadaian bertugas di lapangan. Mental para karyawan sempat turun pada saat awal merebaknya pandemi COVID-19, terutama yang berada di Jakarta.

"Alhamdulillah, dari 28.000 petugas kami di lapangan hanya ada satu yang positif. Itu pun tenaga alih daya," kata dia.

Langkah awal yang diambil oleh Pegadaian, yakni pemberian vaksin dan suplemen bagi para karyawan serta konsultasi elektronik untuk menjaga kesehatan mental.

Penerapan protokol COVID-19 dan pembentukan pusat komando juga dilakukan untuk meminimalisir dampak penyebaran virus COVID-19 pada karyawan, nasabah, termasuk para keluarganya. Pihaknya juga memperhatikan pemenuhan hak-hak karyawan secara utuh dan pemberian insentif untuk menjaga semangat dan optimisme karyawan.

"Kami pun melakukan sosialisasi COVID-19 dan motivasi dari BOD maupun praktisi, yang menambah semangat karyawan serta pemahaman dalam menghadapi COVID-19," kata Kus.

Pegadaian juga telah memiliki pondasi yang kuat dalam menjaga keberlangsungan kinerja perusahaan, mulai dari proses bisnis mudah dan cepat, basis nasabah besar dan loyal, keuangan perusahaan yang sehat, produk dan layanan yang beragam, jaringan distribusi luas, termasuk saluran digital, mitra sinergi memperluas saluran pemanfaatan produk, tenaga pemasaran yang mendorong peningkatan transaksi, dan sistem teknologi yang mendukung bisnis dan supporting.

Sejumlah program bisnis pun adaptif dan efektif saat pandemi, yakni penurunan tarif bunga dari 1,2 persen menjadi 1 persen (per 15 hari) untuk roll over kredit gadai, relaksasi atau perpanjangan masa bebas bunga selama 30 hari, gadai bebas bunga untuk pinjaman hingga Rp1.000.000 selama tiga bulan, sekaligus akuisisi nasabah.

Selanjutnya, restrukturisasi kredit atau perpanjangan jangka waktu kredit nongadai, penundaan pembayaran angsuran nongadai, atau penyesuaian jumlah angsuran. Pegadaian juga melakukan alih fungsi sebagian tenaga pemasaran menjadi Tim Restrukturisasi Kredit untuk menjaga kualitas kredit.

Program seminar pemasaran yang sebelumnya dilakukan di luar jaringan (luring) diubah ke dalam jaringan (daring) atau online. Kemudian perusahaan itu mendorong dilakukannya transaksi digital dan peningkatan program pemasaran digital melalui media sosial.

Kuswiyoto juga menjelaskan Pegadaian akan mengembangkan model bisnis dan konsep layanan yang meminimalisir kontak antara karyawan dengan nasabah melalui pemanfaatan teknologi.

Produk tersebut adalah Gold Card (konsep kartu kredit berbasis jaminan tabungan emas atau titipan emas), transaksi gadai melalui dropbox (layanan nonkontak antara nasabah dan karyawan melalui sarana dropbox), high touch to high tech (layanan yang menggeser kontak menjadi teknologi tinggi). Teknologi tinggi tersebut diterapkan mulai dari pembukaan rekening, survei awal, analisis big data dan credit scoring, pengajuan gadai dan pengambilan agunan, dan pinjaman digital.

Pandemi COVID-19 ternyata tidak hanya berdampak negatif, akan tetapi juga memiliki dampak positif, yakni mempercepat transformasi bisnis dari konvensional ke digital, serta munculnya inovasi baru di dunia bisnis.