Pengusaha minta bank pangkas marjin bunga hingga 3,5 persen

id Rosan Roeslani, Kadin,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara hari ini, palembang hari ini, jembatan ampera

Pengusaha minta bank  pangkas marjin bunga hingga 3,5 persen

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan Roeslani di Jakarta, Senin (26/8). (ANTARA/Indra Arief Pribadi)

Jakarta (ANTARA) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta industri perbankan tidak terlalu ambisius meningkatkan marjin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) demi mengumpulkan sebanyak-banyaknya pendapatan bunga.

Ketua Kadin Rosan Roeslani saat berdiskusi dengan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Jakarta, Senin, meminta industri perbankan dapat menurunkan NIM ke level 3,5 persen dari posisi saat ini di 4,9 persen.

"Bukannya ingin mengatur 'net interest margin' (margin bunga bersih), tapi kenyataan di negara tetangga tidak ada satupun NIM di atas tiga persen," kata Rosan.

Tingkat NIM sebesar 4,9 persen tersebut berdasarkan data industri perbankan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2019.

NIM merupakan salah satu indikator profitabilitas perbankan berdasarkan pendapatan dari bunga pinjaman yang dikurangi bunga simpanan dan biaya operasional. Semakin tinggi NIM perbankan, maka semakin tinggi marjin yang diperoleh bank tersebut.

Menurut Rosan, NIM di industri perbankan di Indonesia merupakan NIM tertinggi di dunia. Rinciannya, NIM Singapura kurang lebih sebesar 1,3-1,4 persen, Malaysia 1,6-1,7 persen, Vietnam 2,4-2,5 persen, dan Filipina di bawah 3 persen. Bahkan, di negara maju seperti Korea Selatan, tingkat NIM perbankan sebesar 1,5-1,6 persen.

Maka itu kata Rosan seharusnya NIM bisa diturunkan agar pembiayaan atau bunga kredit untuk dunia usaha dapat lebih murah.

"Saya tahu perbankan tidak akan suka dengan ini. Tapi penurunan ini akan membantu dunia usaha kita, dan saya sebagai perwakilan dunia usaha harus menyuarakan ini," ujar dia.

Rosan menuturkan jika NIM perbankan dipangkas, maka pelaku usaha akan lebih leluasa mengembangkan bisnis. Jika bisnis berkembang, maka akan memberikan efek ekonomi berlipat (multiplier effect) ke penciptaan lapangan kerja dan konsumsi masyarakat.

Di kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan industri perbankan telah menurunkan tingkat NIM sejak 2018. Di tahun lalu, NIM sebesar 5-6 persen dan saat ini telah menurun ke 4,9 persen.

"NIM sekarang sudah turun Alhamdulillah kami mengucapkan terima kasih ke Ketua Dewan Komisioner OJK, kami guyub rukun dengan OJK, karena peningkatan efisiensi sudah ada hasilnya," ujarnya.

Lebih lanjut, kata Perry, tingkat NIM perbankan masih berpeluang terus menurun asalkan perbankan meningkatkan efisiensi. Misalnya dengan menerapkan digitalisasi perbankan dibanding mempertahankan bisnis konvensional.