FARE: Italia diserang wabah rasisme

id Piara Powar,direktur eksekutif FARE,ketua fare,Manchester City, Yaya Toure,Bonucci,rasis di sepak bola,rasis italia,rasisme,berita sumsel, berita pale

FARE: Italia diserang wabah rasisme

Stop rasisme dalam sepak bola (ANTARA/Juns)

Jakarta (ANTARA) - Italia diserang wabah rasisme di dalam stadion-stadion sepak bola yang tersulut oleh politik sayap kanan, kata ketua badan pengawas antidiskriminasi sepak bola Eropa (FARE).

Menanggapi pelecehan rasis terhadap striker Juventus Moise Kean di Cagliari dua hari lalu, direktur eksekutif FARE Piara Powar mengaku tidak terkejut oleh hal itu.

"Italia secara khusus menghadapi masalah sangat besar, saya bisa menyebutnya sudah menjadi epidemi," kata Powar kepada Reuters dalam konferensi yang diselenggarakan UEFA, Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) dan jejaring Sepak Bola Melawan Rasisme di Eropa (FARE).
Arsip- Danny Rose (bawah) berjalan sembari disoraki oleh para suporter. (ANTARA/REUTERS/Carl Recine)

"Saya kira bagian dari masalah ini di Italia adalah retorika pemerintahan sayap kanan," sambung dia seraya menyatakan pandangan anti imigran dan anti Afrika pemerintah Italia telah merasuki stadion-stadion.

"Lalu anda memiliki asosiasi sepak bola yang tidak tahu bagaimana melawannya, jika nmelihat posisi pemerintah itu, dan secara historis tidak terlalu baik menanggapinya."

Dalam insiden yang berlangsung Selasa lalu, Keane yang berusia 19 tahun diejek oleh pendukung Cagliari setelah merayakan gol dengan berdiri tepat di depan pendukung lawan dengan merentangkan kedua tangannya.

Pendukung Cagliari kemudian mencemooh sang pemain dengan ejekan rasis yang sebagian kalangan malah menyebut penonton cuma ingin mengganggu konsentrasi pemain.

Belum ada komentar resmi baik dari masing-masing klub, sedangkan komisi disiplin Serie A akan membahas insiden itu Jumat pekan ini.

Bek Juventus Leonardo Bonucci justru menyebut Kean 50-50 atau bisa disalahkan dalam insiden ini, sedangkan bos Juventus Massimiliano Allegri mempertanyakan cara pemainnya merayakan gol seperti itu.

"Itu bagian paling mengagetkan dari insiden tersebut," kata Powar.


                  Sulit dipercaya

Mantan gelandang Barcelona dan Manchester City, Yaya Toure, yang hadir sebagai pembicara tamu dalam konferensi itu, menyebut komentar dari para kolega Kean sebagai "skenario terburuk".

"Sulit dipercaya," kata Toure kepada wartawan. "Tak terbayangkan betapa sakitnya saya menyaksikan semua itu terjadi. Bagi saya, (Bonucci) tidak menghormati rekan satu timnya. Saya tak mau kasar kepada dia tetapi jika dia rekan satu tim saya maka harusnya dia bersimpati kepada saya, percayalah."

"Bonucci semestinya agak sedikit cerdas dalam soal ini, sedikit lebih pintar, karena ini situasi yang sangat sulit. Kita ingin menyaksikan semua ini berlalu dan jika ada pesepak bola yang orang Italia dan kulit putih menyebut insiden ini 50-50, saya tak bisa berkata apa-apa lagi."

Sehari kemudian, Bonucci memposting sebuah foto dia dan Kean bermain untuk Italia di Instagram di bawah keterangan: "Terlepas dari segala hal dalam kejadian apa pun.......(katakan) tidak untuk rasisme."

Powar menyatakan organisasinya tengah melihat meningkatnya diskriminasi di kalangan pendukung sepak bola Eropa di dalam stadion, seringkali menggemakan politik di negaranya.

"Di Hungaria, contohnya, ketika perdana menterinya menyatakan dia menginginkan sebuah negara Kristen kulit putih, kita menyaksikan banner-banner di dalam stadion yang menentang apa yang disebut 'islamisasi' Eropa," kata dia.

"Di Polandia di mana partai sangat konservatif dan ingin memperkuat 'nilai-nilai tradisional', maka dalam tiga pekan terakhir ada banner-banner besar di dalam stadion yang melecehkan komunitas LGBT."

"Banner-banner itu berukuran 150 meter sehingga memang ada kampanye terorganisir tapi banyak klub yang membutakan dan menulikan diri. Inilah yang terjadi ketika anda memiliki lingkungan politik yang menciptakan kebencian."