Ketua PPH, Devi Sugiana mengaku ini adalah aksi yang ketiga kalinya. Aksi sendiri bertujuan mengedukasi masyarakat untuk lebih memperhatikan hewan-hewan liar yang ada disekitar, bukan justru melakukan kekerasan terhadap hewan liar seperti anjing dan kucing yang paling banyak ditemui di jalanan.
"Ada banyak sekali contoh kekerasan yang terjadi misalnya ada kucing yang disiram air panas oleh pedagang pecel lele, anjing yang dilempari batu oleh anak-anak", ujar Devi.
Khusus untuk anjing yang paling banyak menjadi sasaran utama dijadikan konsumsi oleh beberapa rumah makan, berdasarkan temuan komunitas Palembang Peduli Hewan. Pihaknya memprotes keras beberapa rumah makan yang menyajikan makanan dari daging anjing untuk dijual sebagai konsumsi makanan manusia.
"Membunuh anjing yang dicuri dan di bunuh untuk hidangan di restoran atau rumah makan sangat kami sayangkan sekali, karena itu sudah termasuk pelanggaran hukum dan kami temukan ada enam titik praktik pencurian hewan untuk dikonsumsi diantaranya di daerah perumnas dan sukawinatan", jelas Devi.
Koordinator aksi, Syarif mengatakan konsumsi anjing tidak dilarang untuk konsumsi terbatas, tetapi yang menjadi masalah adalah pencuriannya dan cara membunuhnya yang marak disertai penyiksaan.
Devi menambahkan pihaknya berencana melapor tetapi belum memiliki bukti kuat. Pihaknya berharap pemkot palembang dan aparat mendukung aksi mereka dengan melakukan pengecekan ke lapangan hingga melakukan penindakan bagi pelaku kekerasan terhadap hewan terutama anjing dan kucing.
Terkait kabar penertiban hewan liar yakni anjing dan kucing liar yang akan dilakukan Pemerintah Kota Palembang menyambut Asian Games, Palembang Peduli Hewan (PPH) meminta pemkot Palembang mengajak komunitas PPH dalam merazia anjing dan kucing tentunya tanpa tindakan kekerasan. PPH sendiri mencatat telah menyelamatkan 200 hewan liar lebih dalam aksi-aksi pencegahan kekerasan hewan liar di Palembang sejak 2011 lalu.
