Limbah batu bara PLN diolah perusahaan semen

id pln,batubara,berita sumsel,berita palembang,Limbah pembakaran batubara,kerjasama bumn,PT Semen Indonesia

Limbah batu bara PLN diolah perusahaan semen

Arsip- batu bara. (ANTARA)

Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Limbah pembakaran batubara di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PT PLN (Persero) akan dapat diolah oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan Semen Baturaja (Persero) Tbk untuk peningkatan produksi semen dan turunannya mulai April mendatang.

"Perjanjian kerja sama (PKS) dari nota kesepahaman ini seharusnya sebulan dari hari ini sudah bisa diteken dan bisa jalan," kata Direktur Human Capital Management PT PLN (Persero) Muhamad Ali seusai penandatanganan nota kesepahaman di Kementerian BUMN Jakarta, Kamis.

Limbah batubara yang juga merupakan produk sampingan, Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), merupakan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan dari konsumsi batubara untuk bahan baku produksi semen.

PLN sendiri setiap tahunnya menghasilkan sekitar 5,23 juta ton FABA dan memasoknya ke sejumlah perusahaan semen swasta untuk diolah. Selain dijual kepada perusahaan semen swasta, FABA juga dimanfaatkan untuk membuat "paving block" dan alas jalan sebelum pengaspalan.

Setelah bersinergi, Ali mengatakan pihaknya akan tetap memasok FABA ke perusahaan semen swasta dan perusahaan semen BUMN.

Namun, ia mengaku belum bisa memastikan pembagian pasokan FABA antara perusahaan semen swasta dan BUMN lantaran masih akan melakukan penghitungan sebelum disepakati dalam PKS pertengahan April mendatang.

"Nanti akan kita bagi-bagi dan jalan bersama-sama. Toh kita produksi sangat besar jadi bisa dimanfaatkan, baik oleh perusahaan swasta maupun kerja sama baru dengan BUMN," tuturnya.

Kendati demikian, sebagai dukungan bagi sinergi BUMN, diakui Ali porsi pasokan yang akan diberikan ke perusahaan semen BUMN dipastikan akan lebih besar. Terlebih perusahaan semen BUMN memiliki jaringan yang lebih luas hingga ke luar Jawa, sejalan dengan sasaran perusahaan.

"Proyeksi pastinya lebih banyak untuk 'saudara' sendiri karena dalam hal ini sinergi BUMN. Tapi semua dibungkus (dipasok)," pungkasnya.
(T.A062/B. Situmorang)