Garuda incar pendapatan 4,9 miliar dolar AS

id garuda indonesia,Direktur Keuangan Garuda Indonesia,Helmi Satriyono,laba garuda indonesia,target keuntungan garuda,berita palembang

Garuda incar pendapatan 4,9 miliar dolar AS

Pesawat Garuda Indonesia (Ist)

Jakarta (ANTARANews Sumsel) - Garuda Indonesia Group mengincar pendapatan baik induk maupun anak perusahaan sebesar 4,9 miliar dolar Amerika Serikat hingga akhir 2018.

"Memang tahun ini operasional kita sebagai 'Sky Beyond 3,5', dapat memberikan kontribusi ke pendapatan 4,9 miliar dolar AS," kata Direktur Keuangan Garuda Indonesia Helmi Satriyono dalam diskusi Paparan Kinerja Perusahaan 2017 dan Rencana Bisnis Korporasi 2018 di Jakarta, Selasa.

Untuk maskapai Garuda Indonesia sendiri, dia menargetkan pendapatan sekitar 3,6 miliar dolar AS atau meningkat sekitar 12 persen dari pendapatan 2017 sebesar 3,2 miliar dolar AS.

Sementara untuk pendapatan bersih, lanjut dia, ditargetkan 8,7 juta dolar AS, total aset 5,3 miliar dolar AS, total liabilitas 4,2 juta dolar AS dan total kecukupan modal 1,1 miliar dolar AS.

Helmi menuturkan ada berbagai upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut, di antaranya memaksimalkan kinerja anak perusahaan.

"Secara total 2018 itu akan memberikan 4,9 miliar dolar AS, kontribusi anak perusahaan itu 24 persen," katanya.

Dia menambahkan kontribusi pendapatan dari anak perusahaann sangat signifikan, terutama dari Citilink Indonesia, GMF AeroAsia, Gapura Angkasa dan Aerofood ACS.

Selain itu, dia juga akan mengoptimalkan rute-rute yang dimiliki, baik domestik dan internasional dan untuk 2018 akan difokuskan pengembang di rute internasional.

Dia menyebutkan untuk pengembangan rute internasional dari 16-18 persen, sementara itu untuk domestik sembilan persen.

"Tren 2017 kita lanjutkan, internasional memberikan kontribusi bagus, ada ekspansi luar negeri 16-18 persen, domestik sembilan persen. Jadi kita ambil ini memang 2017 memberikan peluang yang cukup besar," katanya.

Adapun langkah korporasi lainnya, menurut dia, yaitu penundaan pembelian pesawat hingga 2020 karena bisa menghemat biaya sewa dan operasional di mana 94 persen pesawat yang dioperasikan oleh Garuda itu sewa.

"Pesawat itu kalau datang 'kan harus dipakai, karena itu kita sudah bernegosiasi dengan Boeing, Airbus dan ATR untuk menunda dua hingga tiga tahun untuk memberikan ruang memperbaiki kinerja dan memastikan menghasilkan pendapatan," katanya.

Tantangan lainnya, lanjut dia, yaitu harga avtur yang meningkat di mana mengambil porsi dari struktur biaya operasional 30-40 persen.

Untuk itu, Helmi mengatakan akan melakukan lindung nilai atau "hedging" sekitar 25 persen.

"Tiap bulan kita monitor, kemudian kita tambahkan jumlah di 'hedge' minyaknya supaya kita dapat mempertahankan harga," katanya.
(T.J010/A. Salim)