Menanti kehadiran sapi 'berotot' belgian blue

id sapi, daging, produsen, protein, makanan, peternakan, luar negeri, belgian blue, impor

Menanti kehadiran sapi 'berotot' belgian blue

Belgian blue (youtube)

....Untuk mendapatkan sapi-sapi dengan kualitas karkas yang lebih tinggi atau sapi unggulan....
Bogor (ANTARA Sumsel) - Konsumsi protein hewani di Indonesia diyakini dapat menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh dibandingkan dengan protein nabati sehingga negara maju juga telah mengurangi konsumsi sereal dan  menggantinya menjadi makanan hewani.

Upaya pemerintah Indonesia meningkatkan populasi hewan ternak sangat tepat, mengingat populasi penduduk lebih dari 250 juta jiwa, tetapi ketersediaan daging sapi dan kambing yang dipotong hanya mencapai 50 juta ekor.  

Jumlah tersebut jauh di bawah Mongolia yang berpenduduk 5 juta jiwa, tapi jumlah ternak yang dipotong totalnya 50 juta jiwa, bahkan Vietnam juga lebih tinggi dari Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kebutuhan daging sapi nasional tahun 2016 sebesar 674.690 ton, sementara jumlah produksi lokal 441.761 ton sehingga impor sebesar 232.929 ton.

Konsumsi daging di Indonesia masih rendah hanya sebesar 11,6 gram per kapita per hari, sementara Thailand sebesar 25,8, Filiphina 33,6, Malaysia 52,3.

Negara-negara maju konsumsi dagingnya lebih tinggi seperti Eropa sebesar 85, Australia 111,5, dan negara-negara maju di Benua Amerika 120,2 gram per kapita per hari.

Kementerian Pertanian juga telah menetapkan target swasembada daging pada tahun 2025. Namun, beberapa upaya telah dilakukan untuk mempercepat target tersebut menjadi 2020 melalui program sapi indukan wajib bunting (SIWAB).

Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian Suwandi saat menghadiri seminar di Institur Pertanian Bogor pertengahan Oktober menyebutkan program SIWAB ditargetkan adanya empat juta kelahiran anak sapi.

             Sapi Berotot
Untuk mencapai target tersebut, Indonesia juga sedang mengembangkan sapi berotot jenis belgian blue asal Belgia yang diyakini akan mengatasi rendahnya konsumsi protein daging di Indonesia.

Institusi yang terlibat dalam pengembangan sapi belgian blue adalah Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang di  Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Belgian blue telah menjadi sapi unggulan di negara asalnya Belgia mulai tahun 2015. Di Indonesia, kemunculan foto-foto sapi Belgian Blue yang berotot mendapat banyak tanggapan oleh masyarakat luas.

Beragam penilaian muncul di masyarakat melihat sapi yang berotot, ada yang menyebutkannya sebagai sapi "Ade Rai", ada pula yang menyatakan sapi hasil suntikan hormon, atau penyilangan dengan babi. Ade Rai adalah nama mantan atlet binaraga Indonsia yang sering terjun ke dunia peran karena memilik badan berotot.

BET Cipelang berupaya untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa sapi belgian blue merupakan sapi murni hasil pengembangan melalui teknologi inseminasi buatan (IB) dan tranfer embrio (TE) dari embrio dan semen beku sapi belgian blue yang didatangkan dari Belgia.

Metode IB adalah memasukkan sperma sapi jantan ke dalam rahim sapi betina, sedangkan TE merupakan metode yang lebih mutakhir di mana betina-betina unggul diseleksi dan diberi perlakuan hormonal untuk menghasilkan lebih banyak keturunan yang unggul dalam bentuk embrio yang kemudian dimasukan atau dititipkan ke dalam rahim sapi-sapi betina lainnya dengan bantuan manusia  atau semacam bayi tabung pada sapi.

Dengan kelahiran belgian blue pertama di Cipelang melalui teknologi TE, kita bisa membantah informasi-informasi tidak benar yang beredar di masyarakat itu, yang mengatakan ini sapi 'Ade Rai', sapi hasil suntikan hormon atau persilangan dengan babi. Semua terbantahkan, kata Kepala BET Cipelang Oloan Parlindungan Lubis.

Sapi persilangan belgian blue dengan sapi jenis friesian holstein (FH) lahir pertama kali pada Oktober 2016 dengan jenis kelamin jantan, diikuti dengan kelahiran  persilangan belgian blue  dengan  sapi simmental, limousin, dan sapi peranakan ongole (PO). Sampai  2017 berjumlah sebanyak 12 ekor.  

Sapi hasil TE lahir pertama kali pada tanggal 30 Januari 2017 dengan jenis kelamin jantan yang diberi nama "Gatot Kaca", dan sampai saat ini ada tiga ekor sapi sedang bunting hasil TE belgian blue yang diperkirakan akan lahir bulan Desember 2017-Januari 2018.

Aplikasi TE menggunakan embrio beku sapi belgian blue  sedangkan aplikasi IB menggunakan semen beku belgian Blue, kata Oloan.

Menurut Oloan, sapi belgian llue yang lahir di BET melalui hasil TE pada umur satu hari sudah terlihat pembentukan otot-ototnya, apalagi hingga umur sekarang lebih dari delapan bulan.

Sedangkan sapi belgian blue dari hasil IB pada persilangan FH dan simmental terlihat perototannya setelah umur empat bulan.

Kalau dilihat dari perkembangan badan, baik perkembangan badan harian maupun bulanan, sapi belgian blue bersaing antara sapi limousin, dan simmental pada bulan petama, kedua dan ketiga.  

Pada bulan kelima, bobot belgian blue lebih tinggi dari sapi-sapi lainnya, kata Oloan.
    
            Kerja Sama
Sejarah sapi belgian blue di Indonesia berawal dari kunjungan Duta Besar Indonesia untuk Belgia yang dijabat oleh Arif Havas Oegroseno bersama Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang dijabat itu dijabat oleh Syukur Iwantoro, dan Direktur Perbibitan yang dijabat Abu Bakar ke BET Cipelang.

Kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan yang dilakukan sebelumnya yaitu mengenai kemungkinan melakukan uji coba pengembangan sapi belgian blue di Indonesia.

Beberapa poin penting akan segera ditindaklanjuti dari pertemuan tersebut di antaranya importasi embrio dan semen beku belgian llue dan kerja sama teknis di bidang produki embrio dan TE.

Selain itu, akan ada uji coba pengembangan belgian blue untuk sementara dilakukan secara terbatas di BET Cipelang.

Pengembangan embrio belgian blue di Indonesia awalnya akan dilakukan atau disebar ke kantor-kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pertanian.

     
Dari hasil evaluasi pengembangan inilah  baru disebarkan dimasyarakatkan dengan hasil embrio atau semen produksi sendiri.

Kendala yang dihadapi oleh BET Cipelang adalah keberhasilan metode TE hanya 30 persen kelahiran.

BET Cipelang berupaya mengecilkan ukuran bobot sapi yang dilahirkan dengan melakukan berbagai metode, salah satunya mengatur pola makan sapi sebelum proses persalinan untuk menghindari terjadinya distokia atau kesulitan melahirkan.

Tahun 2017, BET mendatangkan embrio 900 straw dan tahun 2018 rencananya akan mendatangkan kembali embrio 900 straw. Diharapkan akan terjadi kebuntingan 30 persen yang diharapkan ada 500-an kelahiran diakhir tahun 2019.

Oloan menambahkan kehadiran belgian blue di Indonesia salah satu cara untuk mendapatkan sapi-sapi dengan kualitas karkas yang lebih tinggi atau sapi unggulan.

Dengan berkembangnya, belgian blue di masyarakat, produksi daging didapatkan akan lebih banyak dari pada sapi-sapi biasa.

Rencananya dari kelahiran hasil TE  sapi belgian blue yang terbaik diharapkan setelah dewasa betina akan digunakan sebagai donor untuk produksi embrio di BET, sedangkan yang jantan akan digunakan oleh Balai Inseminasi Buatan (BIB) Nasional untuk memproduksi semen beku yang akan dimanfaatkan untuk IB di masyarakat.

Maret 2017, Duta Besar Belgia untuk Indonesia Mr Patrick Hermann dan Deputi I Kementerian Maritim Arif Havas Oegroseno melakukan kunjungan ke BET Cipelang untuk menyaksikan secara langsung "Gatot Kaca"  sapi belgian blue hasil TE pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.

Patrick mengapresiasi keberhasilan BET Cipelang dalam menghasilkan sapi belgian blue hasil TE pertama.

Dalam kunjungan tersebut Dubes Belgia menawarkan kerja sama berupa bantuan teknis untuk pengembangan sapi Belgian Blue di Indonesia yang dapat dilakukan melalui pelatihan petugas baik di Indonesia maupun di Belgia.