Selamatkan Merpati!

id merpati nusantara, nasib merpati, aset merpati nusantara, hutang merpati nusantara

Selamatkan Merpati!

Ilustrasi.(FOTO ANTARA)

.....bermodalkan pesawat kecil dan bekas serta modal Rp10 juta, ia bertugas sebagai "Jembatan Udara Nusantara"....
Maskapai penerbangan nasional Merpati Nusantara sedang mengalami kesulitan yang sangat besar: sakit keras!. Bahkan, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengibaratkan Merpati Nusantara sebagai "pasien yang sedang dirawat di Intensive Care Unit (ICU)".

Karena itu sejak 1 Februari 2014 maskapai penerbangan perintis ini menghentikan seluruh operasi penerbangannya tanpa kecuali dan berharap pada 1 Maret 2014 akan terbang kembali seperti sedia kala.

Itu pun kalau sebelum 1 Maret itu sang Merpati sudah menemukan solusi terbaik dan prospektif sehingga bisa meninggalkan ICU, sembuh total.

Merpati Nusantara (Airlines) didirikan pada 6 September 1962 dengan Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 1962, dengan misi yang sangat mulia.

Dengan bermodalkan pesawat kecil dan bekas serta modal Rp10 juta, ia bertugas sebagai "Jembatan Udara Nusantara" alias sebagai penerbangan perintis yang menghubungi kota-kota kecil di Nusantara.

Mula-mula di daerah Kalimantan menghubungkan tempat-tempat terpencil yang masih lebat dengan hutan alam.

Sejak didirikan 1962 Merpati Nusantara sudah berganti direktur utama sebanyak 15 kali, yang pertama adalah Komodor TNI AU Henk Sutoyo Adiputro (1962-1966) dan sekarang dipimpin oleh Capt. Asep Eka Nugraha.

Setiap direktur utama (dirut) tentu mengalami berbagai masalah dan tantangan tapi yang paling parah adalah yang sekarang karena harus menanggung warisan utang sebesar Rp6,7 triliun, menyusul langkah Pertamina yang menghentikan suplai avtur ke Merpati karena sudah bertahun-tahun sang Merpati "minum avtur" tapi tidak kunjung membayar.

Pertamina tidak sepenuhnya menutup pintu suplai avtur kepada sesama BUMN ini, namun transaksi harus dibayar secara tunai.

Sampai Januari 2014 lalu saja Merpati menunggak utang avtur sebesar Rp165 miliar, sehingga pada 15 Januari 2014 lalu Pertamina sungguh-sungguh menghentikan penjualan secara utang.

Hal ini mengingat maskapai penerbangan tersebut telah dua kali melampaui batas maksimal komitmen untuk menjaga tingkat utang pembayaran avtur kepada Pertamina.

Parahnya juga, Merpati memiliki utang kepada pengelola bandara di Indonesia, seperti PT Angkasa Pura (AP) I senilai Rp50 miliar. Utang itu merupakan biaya Merpati selama beroperasi di beberapa bandara yang dikelola AP-I.

Keadaan itu sangat memperparah kondisi operasional Merpati, bagaikan antara hidup dan mati. Hidup segan, mati pun tak mau.

Jajaran direksi di bawah pimpinan direksi yang sudah direstrukturisasi trio Asep Eka Nugraha "Daulat Musa" Haryo P. Soerjokoesomo tidak menghendaki Merpati dilikuidasi.

Sementara dana Merpati juga belum mengucur direksi mengajukan business plan yang diharapkan bisa mengatasi kemelut berkepanjangan ini.

Dengan berat hati tentunya, akhirnya Merpati bersedia melepas dua asetnya yang sangat penting dan cukup menguntungkan. Apalagi Menteri BUMN Dahlan Iskan sudah wanti-wanti menegaskan tidak akan ada suntikan dana dari pemerintah, dan direksi harus berusaha mencari solusinya.

Ketika itu pihak Merpati sudah mengajukan permohonan agar utang senilai Rp6,3 triliun itu bisa direstrukturisasi atau dihapuskan yang diajukan oleh direksi sebelumnya, Rudy Setyopurnomo.

Akhirnya memang pilihan terbaik adalah menjual asetnya yang sangat penting dan menguntungkan yaitu Merpati Maintenance Facility (MMF) dan Merpati Training Centre (MTC).

Dua-duanya paling produktif kepada Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan hasil penjualan dipakai untuk modal kerja. Apalagi para karyawan, pilot dan pramugari sudah lebih tiga bulan terakhir ini tidak menerima gaji.

Jumlah pilot Merpati sekarang ini ada  178 orang, dari jumlah itu sudah 50 orang yang keluar, sedang jumlah pramugari tercatat 197 orang, tetap bertahan walau pun kondisi keuangan Merpati sedang dalam situasi sangat parah.

Merpati memang sudah mempunyai skema terbaru dalam menjalankan usahanya yaitu membentuk anak usaha baru guna menjalin kerja sama operasi (KSO) dengan perusahaan swasta.

Desember 2013 Merpati telah menyerahkan business plan kepada Kementerian BUMN yang merupakan langkah lanjutan dan keseriusannya untuk menghidupkan kembali maskapai tersebut. Ternyata ada 15 investor yang berminat baik dari dalam maupun luar negeri.

          Dukungan pemerintah
Mantan Wakil Presiden Yusuf Kalla meminta agar Merpati fokus pada penerbangan rute pendek dan perintis. Menteri BUMN Dahlan Iskan menyambut baik saran Kalla sambil mempersilakan direksi sekarang menjalankan skema terbaru dalam menjalankan usahanya.

Sebagai pemegang saham Merpati, Dahlan yang mewakili pemerintah meminta manajemen sesegera mungkin mencarikan solusi terbaik dan itu akan diketahui nanti pada 1 Maret 2014 sesuai komitmen trio direksi.

Tak kurang dari Menko Perekonomian Hatta Rajasa sendiri tetap mendukung agar Merpati tetap terbang, walau pun diakui mempunyai masalah utang yang besar Merpati harus tetap hidup.

Sementara itu Menteri Perhubungan EE Mangindaan menegaskan bahwa Merpati harus diselamatkan dari keterpurukannya karena merupakan aset strategis.

Ia yakin Kementerian BUMN akan mendukung manajemen Merpati untuk menyelesaikannya, karena Merpati sudah mempunyai rencana bisnis untuk keluar dari kesulitan.

Demikian pula sikap bawahan Mangindaan, Dirjen Perhubungan Udara Herry Bekti. Pemerintah, katanya, tidak ingin menutup Merpati karena masih mempunyai harapan untuk bisa bangkit kembali.

Lagi pula, katanya, Merpati masih dibutuhkan untuk melayani rute-rute perintis. Akhirnya semua pihak hanya bisa menunggu keputusan direksi pada 1 Maret 2014, yang akan memutuskan apakah Merpati masih bisa terus terbang atau tidak.

*) Mantan Direktur Keuangan LKBN Antara dan wartawan senior