Kuliner Nusantara dibanggakan tetapi juga disepelekan

id kuliner, kuliner nusantara, mari pangestu, menparkerap, kuliner belum mendunia

Kuliner Nusantara dibanggakan tetapi juga disepelekan

Makanan celimpungan dan laksan bagian merupakan bagian kuliner khas Palembang (Foto Antarasumsel.com/13/Feny Selly/Aw)

....Meski memiliki beragam kuliner, termasuk 30 ikon yang telah ditetapkan, belum ada kuliner Nusantara yang mendunia dan menjadi ikon Indonesia di mancanegara...
Sekitar lima menit Liu Qang (35) memandangi pilihan nasi goreng kampung khas Indonesia yang disajikan Dharma Wanita perwakilan RI di Beijing.

Dalam basar amal internasional yang rutin digelar setiap tahun oleh Kementerian Luar Negeri China itu, nasi goreng kampung khas Indonesia dijual dengan harga 25 Yuan plus sambal, potongan mentimun, potongan telur dadar, dan kerupuk udang kecil.  

Sedangkan jika ingin paket nasi goreng kampung dan sate ayam Madura, pengunjung harus membeli dengan harga 40 Yuan. Setelah lima menit menimbang, akhirnya Liu Qang memutuskan untuk membeli nasi goreng kampung dan sate ayam Madura.

Basar amal internasional diikuti oleh hampir seluruh perwakilan negara sahabat dan organisasi internasional di Beijing. Pada basar itu, seluruh perwakilan negara sahabat menampilkan ciri khas termasuk kuliner tradisional yang dimilikinya.

Selain batik dan produk kerajinan kulit berupa tas, ikat pinggang dan sepatu, Kedutaan Besar RI di Beijing menampilkan nasi goreng kampung dan sate ayam Madura sebagai wakil ikon kuliner nusantara.

Tak hanya Li Qang, sejumlah pengunjung dari beberapa negara asing lainnya juga tertarik untuk membeli cita rasa khas Indonesia dalam  nasi goreng kampung dan sate ayam Madura itu.

Nasi goreng kampung dan sate ayam Madura merupakan dua dari 30 ikon kuliner nusantara yang ditetapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.  

"Kuliner menjadi bagian penting dalam mempromosikan eksistensi sebuah destinasi. Apalagi Indonesia yang beragam dengan budaya dan kulinernya," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu.

Terkait itu, Indonesia telah menetapkan 30 ikon kuliner tradisional sejak 14 Desember 2012. ¿Ke-30 ikon kuliner itu mewakili tradisi dan kuliner sebagian besar Indonesia, dan semuanya ditetapkan atas kriteria tertentu, antara lain semua bahan atau bumbunya mudah didapat di mana saja, di negara mana saja,¿ ujarnya.

Selain itu, Kemenparekraf bekerja sama dengan pakar-pakar kuliner Indonesia dan chef professional yang digawangi oleh Chef Vindex Tengker telah menuliskan buku dan resep paten yang menyatukan cita rasa dari 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia. Resep tersebut diharapkan bisa menyatukan segala perbedaan rasa dari penggunaan bahan dan rempah yang berbeda di setiap daerah di Indonesia.

"Masing-masing ikon ditampilkan dengan menyebutkan nama daerah asalnya misalnya 'Asinan Jakarta', 'Soto Ayam Lamongan', 'Tahu Telur Surabaya', dan 'Rawon Surabaya' dan seterusnya," kata Mari.

Setiap ikon kuliner ditampilkan lengkap dengan kandungan nutrisinya, dan harus memiliki cerita filosofi dari ikon kuliner tersebut. "Misalnya cerita atau filosofi di balik Nasi Tumpeng Nusantara, yang menyimbolkan persembahan dan sebagainya," tutur Mari.

                                                   Belum Mendunia
Meski memiliki beragam kuliner, termasuk 30 ikon yang telah ditetapkan, belum ada kuliner Nusantara yang mendunia dan menjadi ikon Indonesia di mancanegara. Berbeda dengan sup Tom Yam Thailand, yang sudah sangat mendunia.

"Ini memang tugas berat kita semua. Kuliner kita belum dikenal di mancanegara. Harus lebih gencar dipromosikan lagi. Antara lain setiap perwakilan Indonesia di mancanegara menyajikan 30 ikon kuliner nusantara pada setiap malam resepsi Indonesia, atau kegiatan gelar budaya Indonesia," tutur Mari.

Dibandingkan negara lain seperti Thailand dan China, restoran Indonesia di mancanegara juga tidak banyak, dan cenderung tidak bertahan lama.

Jejak kuliner Indonesia di China ditandai dengan keberadaan beberapa restoran Indonesia seperti Restoran Padang (Beijing) yang menampilkan tidak saja kuliner asal Padang tetapi juga beberapa daerah lain seperti Jawa Barat dan Jawa Timur, Restoran Bali Bistro dan Made in Indonesia (Shanghai) serta ERestoran Pandan Indonesia di Guangzhou, Provinsi Guandong.

Salah satu anggota tim kelompok kerja (pokja) 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia William Wongso mengatakan kemunculan restoran-restoran Indonesia di luar negeri dirasa belum cukup mempopulerkan hidangan Indonesia.

Pasalnya, keautentikan cita rasa kuliner Indonesia yang kaya akan rempah masih disesuaikan dengan lidah masarakat lokal di setiap negara tempat restoran Indonesia berdiri.

"Sekarang ini belum ada `guide line¿ yang jelas, karena setiap restoran coba menginterpretasikan dan yang membuat semakin parah menurut saya, mereka mencoba menyesuaikan dengan selera masyarakat lokal di luar negeri sehingga autentikannya hilang," ujarnya menyayangkan.

Bangsa Indonesia terlalu takut jika cita rasa dari kekayaan rempah di Indonesia tidak begitu diminati masyarakat lokal di luar negeri.

"Padahal sekarang di dunia itu setiap negara ingin menampilkan cita rasa aslinya di dunia internasional," kata William Pemerhati wisata kuliner nusantara Bondan Winarno menilai wisata kuliner masih dipandang sebelah mata, disepelekan. Para pemangku kepentingan industri pariwisata dan mitranya belum memiliki kepedulian menangani dan mengembangkan wisata kuliner secara serius dan profesional, tuturnya.

Dicontohkannya saat ini ada sekitar  20.000 restoran Thailand di seluruh dunia. Mereka menjual kuliner dari negaranya yang digarap secara profesional oleh pengusaha pariwisata dan didukung pemerintahnya. Bahkan negara itu meyakinkan publik dunia dengan slogan Thai Kitchen to The World, ternyata sukses dan berhasil.

Kesuksesan dan keberhasilan diraih dengan dua sisi, yakni kuliner Thailand semakin dikenal di dunia dan tidak ada yang bangkrut. Juga banyak wisatawan dari berbagai negara datang berwisata ke Thailand menikmati kuliner, melihat panorama dan membelanjakan dolarnya. Sehingga, pariwisata Thailand maju pesat, katanya.

                                         Penilaian Bondan tak berlebihan.
Dalam sebuah acara yang digelar perwakilan RI di China tidak ada satu pun menu kuliner nusantara yang terhidang, di antara beragam kuliner "western", Jepang serta Itali. Hingga salah satu undangan pun berbisik "mengapa tidak ada kuliner khas Indonesia?

Tak hanya itu, di Negeri Panda pengelola kegiatan atau acara (event organizer) Indonesia di China terkadang enggan membawa delegasi China baik pemerintah maupun swasta untuk menjamunya  di restoran khas nusantara, saat berada di Indonesia.

Tak hanya itu, pengelola acara yang nota bene warga negara Indonesia, juga enggan menjamu delegasi Indonesia ke restoran nusantara di China. Padahal dari sekian hari kunjungan delegasi Indonesia, tidak ada salahnya satu hari menjamu di resto Indonesia di China.  

Hal itu merupakan bentuk dukungan untuk memajukan dan memberikan penghargaan terhadap keberadaan restoran Indonesia di mancanegara, khususnya China.  

Jika bukan kita yang memulai menghargai kekayaan ragam budaya dan kuliner kita, siapa lagi? Kepedulian, dukungan, penghargaan lebih dulu datang dari dalam seperti yang dilakukan pemerintah dan semua pemangku kepentingan di Thailand dan China, sehingga kuliner mereka mendunia serta berhasil menjadi ikon untuk menarik wisatawan datang ke kedua negara itu.