Palembang (ANTARA) - Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumatera Selatan memasukkan pangan lokal ke dalam kurikulum muatan lokal di sekolah guna mendukung ketahanan pangan dan menyikapi perubahan iklim di wilayah itu.

Plt Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Sumatera Selatan (Sumsel) Awaluddin saat diwawancarai di Palembang, Senin, mengatakan pihaknya bersama dengan ICRAF Indonesia memasukkan pangan lokal sebagai kurikulum muatan lokal untuk mendukung ketahanan pangan dan menyikapi perubahan iklim

Ia menjelaskan ada beberapa tantangan dalam pemanfaatan pangan lokal. Salah satunya adalah masyarakat, khususnya generasi muda, kurang akrab dengan jenis-jenis pangan lokal serta manfaatnya.

"Padahal di lingkungan kita sebetulnya banyak pangan lokal yang dapat dimanfaatkan, misalnya gandum jika diolah dengan benar dapat menjadi pangan, ini hanya contoh kecil saja," jelasnya.

Menurutnya, perubahan iklim pasti terjadi dan harus diantisipasi, maka hal yang harus dipersiapkan adalah membekali peserta didik dengan kemampuan dan literasi bahwa perubahan iklim ini harus disikapi dengan memahami apa pangan lokal yang ada.

"Kita sadar betul bahwa satuan pendidikan tidak berdiri di ruang hampa, satuan pendidikan itu tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, dimana di masyarakat itu ada nilai dan kearifan lokal," ujarnya.

 

Ia mengatakan pada bulan Oktober 2024, Disdik membentuk tim pengembang serta tim teknis kurikulum muatan lokal (mulok) pengembangan pangan lokal untuk ketahanan iklim yang beranggotakan pejabat dinas, guru penggerak, dan peneliti dari ICRAF Indonesia.

"Dinas pendidikan melalui tim pengembang kurikulum saat ini dalam proses penyusunan kurikulum mulok pangan lokal. Nantinya akan diimplementasikan secara bertahap terlebih dahulu pada beberapa sekolah percontohan, untuk mendapatkan feedback yang digunakan untuk penyempurnaan kurikulum," ujarnya.

Awaluddin mengatakan pihaknya segera mungkin untuk penerapan kurikulum tersebut di sekolah-sekolah.

“Saat ini masuk pengusulan kurikulum dan langsung upaya pengembangan bahan ajar. Lalu ketika dipandang sudah cukup dan siap maka akan langsung dilaksanakan,” kata dia.

Direktur ICRAF Program Indonesia Andre Ekadinata mengatakan keragaman pangan Sumsel sangat tinggi, dan ICRAF ingin mendukung upaya Disdik Sumsel untuk mengenalkan pangan lokal kepada generasi muda guna mendukung ketahanan iklim.

"Kerja sama Disdik Sumsel dengan ICRAF merupakan bagian dari kegiatan riset-aksi Land4Lives yang disokong oleh pemerintah Kanada. Kegiatan ini dirancang untuk membantu masyarakat dalam melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim," katanya.

Peneliti ICRAF Indonesia yang masuk dalam tim pengembang, Balgies Devi Fortuna menambahkan inisiatif mulok pangan lokal untuk ketahanan iklim sudah dimulai di dua provinsi tempat kegiatan Land4Lives lainnya yaitu di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.

"Saat ini prosesnya sudah sampai tahap uji coba di sejumlah SD dan SMP. Untuk Sumsel, karena sasarannya siswa SMA, kurikulumnya dirancang lebih maju dan disesuaikan dengan kebutuhan remaja usia SMA," ujarnya.

Ia menjelaskan ada tujuh langkah mulok tersebut seperti penguatan pemahaman bersama, identifikasi kebutuhan dan konteks, penyusunan kurikulum, pengembangan bahan ajar, uji coba kurikulum dan bahan ajar di sekolah percontohan, evaluasi bersama dan konsultasi publik, pengesahan dan implementasi.

"Saat ini baru tahap pertama dan kedua. Nanti kurikulum ini akan diuji coba dan dievaluasi terlebih dahulu untuk melihat kecocokan implementasinya di Provinsi Sumsel,” jelasnya.

 

 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Disdik Sumsel masukkan pangan lokal ke dalam kurikulum

Pewarta : Ahmad Rafli Baiduri
Editor : Syarif Abdullah
Copyright © ANTARA 2024