Palembang (ANTARA) - Mentari tidak terlalu terik siang itu (9/11/2024),  cuaca dingin bercampur kabut tipis meliputi Desa Singapure, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat.

Walaupun sinar mentari tak begitu cerah, namun panasnya masih mampu ditangkap dan dikonversi menjadi energi listrik oleh solar panel berkapasitas 2,2 Kilowatt peak (kWp), yang terpasang di atas gedung PAUD Anggrek.

PLTS itu mendukung aktivitas belajar 30 anak didik di dua ruang kelas sekolah dini itu. 

Pengakuan guru PAUD, tidak pernah ada gangguan listrik selama proses belajar mengajar, yang sehari-harinya menggunakan komputer jinjing (laptop) atau kadang-kadang perangkat pengeras suara (sound system) untuk senam setiap Jumat pagi.

Selain PAUD, listrik dengan energi baru terbarukan itu  juga mendukung pelayanan untuk masyarakat yang hendak mengurus berbagai pelayanan administratif di kantor desa, sebagaimana diungkapkan Victor Rogo, Sekretaris Desa. 

“Pelayanan administrasi desa, murni sudah menggunakan listrik dari PLTS semua,” kata dia.

Posyandu yang terletak tak jauh dari kantor desa, juga disambung listrik dari PLTS ini.

Bahkan, listrik tersebut juga digunakan untuk aktivitas posyandu dan aktivitas lain seperti pertukangan hingga sedot air.

Harum semerbak kopi

Berdekatan dengan bangunan kantor desa dan PAUD itu, semerbak aroma kopi menelusup masuk ke hidung, terbawa udara sejuk di kantor Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Singapure.

Di dalam ruangan petak berukuran 4 X 6 meter itu, sekelompok ibu-ibu tengah melakukan proses roasting biji kopi petik merah, proses sangrai biji kopi mentah untuk menghasilkan biji kopi matang (roast bean), yang bertujuan untuk mengeluarkan aroma dan rasa yang terkunci di dalam biji kopi. 

Sebagian lainnya, tengah sibuk mengemas kopi yang telah dipanggang, masing-masing dengan berat 150 gram per kemasan.

Selain itu, kopi yang disangrai dengan mesin, suhu selama pemanggangannya konsisten, tidak seperti roasting manual yang suhunya berubah-ubah.

Hasil roasting kopi secara manual pun biasanya tidak matang utuh, dan masih mentah di dalamnya.

Mesin roasting berkapasitas 2 kg itu mengonsumsi listrik bertegangan 220v. 

Perhitungan Lina, operasional BUMDes ditakar menghemat Rp150.000 per bulan dengan listrik yang disuplai dari tenaga matahari itu.

“Umpamanya, pengeluaran membayar listrik 150 ribu sebulan, tapi karena kita pakai PLTS, jadi bebas biaya listriknya, paling-paling menghitung biaya gas LPG, atau ganti pipa cerobong mesin roasting secara rutin, jadi paling disitu saja pengeluarannya,” ujar Lina.

Masih banyaknya potensi elektrifikasi dari PLTS tersebut, memungkinkan dioptimalkan untuk mendukung berbagai aktivitas pemerintahan dan bisnis BUMDes yang lainnya. 

“Rencananya, kita ingin membangun solar dryer dome, untuk tempat menjemur biji kopi, dan ini membutuhkan listrik untuk blower, agar suhu di dalam dome tetap stabil,” tambah Victor.

Selain itu Pemdes juga BUMDes berencana menambah alat produksi seperti mesin pengemas, pengukur suhu, alat timbang elektrik, dan lain-lainnya. 

“Itu kan semuanya butuh listrik semua, dan kita akan optimalkan juga untuk aktivitas-aktivitas lainnya nanti,” kata dia.

Didukung Pertamina

PLTS di Desa Singapure ini terpasang semenjak 2023, atas dukungan PT Pertamina (Persero) melalui program Desa Energi Berdikari (DEB). 

PLTS ini tidak hanya mengurangi emisi hingga 2.730 kg CO2 eq, tetapi juga menghemat biaya listrik hingga Rp 4 juta per tahun.

Hal ini merupakan salah satu langkah dalam akselerasi transisi Energi Terbarukan yang merata dengan mengoptimalkan sumber daya energi lokal.

Listriki warga di atas bukit dengan aliran Sungai Endikat

Sebelumnya, program DEB juga telah menerangi rumah 21 keluarga di Dusun Selpah, yang berjarak satu jam dari kantor desa, dan berpuluh tahun dialiri listrik negara. 

Tempatnya yang terpencil dan terletak di atas bukit, serta akses yang sulit, hanya memungkinkan dua dusun di Singapure itu dilalui dengan kendaraan roda dua.

Kehadiran Pertamina, melalui PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju, menjangkau dusun Selpah pada 2022 silam.

 Potensi aliran deras Sungai Endikat yang terletak di bawah bukit, memungkinkan desa ini dialiri listrik dengan tenaga mikro hidro (PLTMH) dengan daya 10 kiloWatt.

“Kami berterima kasih banyak kepada Pertamina, yang telah menghadirkan listrik untuk warga kami di dusun Selpah, serta menghadirkan PLTS untuk aktivitas pemerintahan desa dan BUMDes," ucap Victor.

Pjs. Area Manager Communication, Relations & CSR RU III PT Kilang Pertamina Internasional, Perliansyah berharap, operasionalisasi PLTS dan PLTMH di Desa Singapure dapat mendukung misi Pertamina untuk menghadirkan dan memperluas jangkauan energi bersih di masyarakat, serta dapat dioperasikan dengan aman.

“Mimpi kita adalah menerangi harapan masyarakat, agar dengan EBT berupa PLTS dan PLTMH ini, masyarakat bisa mengakses dunia yang lebih luas, dan mampu menggerakkan roda perekonomian di desa,” ujar Perli.

Ia mengatakan, ikhtiar penyediaan akses energi terbarukan ini diharapkan dapat menghidupkan roda perekonomian dan sosial di masyarakat, serta mendukung pencapaian ESG perusahaan.

“Inilah ikhtiar yang Pertamina lakukan, untuk mendorong pemerataan energi guna menghidupkan roda perekonomian dan sosial di masyarakat,” jelasnya.

Terobosan kolaboratif yang dijalankan masyarakat bersama Kilang Pertamina Plaju dan UMP ini, juga merupakan bentuk kesiapan masyarakat dalam mempercepat realisasi pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Sumatera Selatan.

Pewarta : Yudi Abdullah
Editor : Syarif Abdullah
Copyright © ANTARA 2024