Baturaja (ANTARA) - Pertamina Patra Niaga Sumbagsel menyulap lahan bekas galian C menjadi sumber pangan keluarga dan produk UMKM melalui program diversifikasi lahan di bawah program lentera talang.
Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan dalam keterangan tertulisnya di Baturaja, Kabupaten OKU, Selasa mengatakan bahwa Pertamina melalui Aviation Fuel Terminal (AFT) Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang kembali memperkuat komitmennya dalam mendukung ketahanan pangan keluarga di wilayah itu.
"Salah satunya dengan menjadikan lahan bekas galian C di Talang Jambe menjadi sumber pangan keluarga dan menghasilkan produk UMKM," katanya.
Momentum ini semakin istimewa karena bertepatan dengan hari panen tanaman hortikultura di wilayah itu yang memperlihatkan hasil melimpah dari berbagai komoditas seperti kangkung, sawi, cabai, dan bayam.
Tanaman tersebut ditanam oleh Kelompok Pemuda Tani Milenial di area bekas lubang galian C yang kini dimanfaatkan untuk budidaya ikan air tawar dan pertanian.
"Konsep diversifikasi lahan memungkinkan integrasi pertanian dan perikanan dalam satu kawasan," katanya.
Selain memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari bagi para anggota kelompok, sebagian hasil panen seperti sawi dan bayam juga digunakan sebagai bahan baku pelengkap produksi mi ayam bunga telang yang diproduksi oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Sugihwaras Sejahtera (SUTRA), bagian dari komunitas Lentera Talang.
Berkat hasil panen tersebut, Kelompok Pemuda Tani Milenial mampu mencatatkan penghasilan rata-rata Rp3,5 juta per bulan.
Menurut dia, usaha untuk merehabilitasi lubang bekas galian C dan memanfaatkannya untuk budi daya ikan serta kegiatan pertanian tidak hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga menghasilkan manfaat ekonomi nyata.
"Langkah ini mendukung pencapaian SDGs, khususnya Tujuan 2 yaitu Tanpa Kelaparan dan Tujuan 12 yakni Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab,” jelasnya.
Melalui Pertamina, Program Lentera Talang membuktikan bahwa dengan pengelolaan berkelanjutan, sumber daya yang terbatas dapat dioptimalkan dan tidak hanya untuk ketahanan pangan tetapi juga untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.
Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan dalam keterangan tertulisnya di Baturaja, Kabupaten OKU, Selasa mengatakan bahwa Pertamina melalui Aviation Fuel Terminal (AFT) Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang kembali memperkuat komitmennya dalam mendukung ketahanan pangan keluarga di wilayah itu.
"Salah satunya dengan menjadikan lahan bekas galian C di Talang Jambe menjadi sumber pangan keluarga dan menghasilkan produk UMKM," katanya.
Momentum ini semakin istimewa karena bertepatan dengan hari panen tanaman hortikultura di wilayah itu yang memperlihatkan hasil melimpah dari berbagai komoditas seperti kangkung, sawi, cabai, dan bayam.
Tanaman tersebut ditanam oleh Kelompok Pemuda Tani Milenial di area bekas lubang galian C yang kini dimanfaatkan untuk budidaya ikan air tawar dan pertanian.
"Konsep diversifikasi lahan memungkinkan integrasi pertanian dan perikanan dalam satu kawasan," katanya.
Selain memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari bagi para anggota kelompok, sebagian hasil panen seperti sawi dan bayam juga digunakan sebagai bahan baku pelengkap produksi mi ayam bunga telang yang diproduksi oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Sugihwaras Sejahtera (SUTRA), bagian dari komunitas Lentera Talang.
Berkat hasil panen tersebut, Kelompok Pemuda Tani Milenial mampu mencatatkan penghasilan rata-rata Rp3,5 juta per bulan.
Menurut dia, usaha untuk merehabilitasi lubang bekas galian C dan memanfaatkannya untuk budi daya ikan serta kegiatan pertanian tidak hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga menghasilkan manfaat ekonomi nyata.
"Langkah ini mendukung pencapaian SDGs, khususnya Tujuan 2 yaitu Tanpa Kelaparan dan Tujuan 12 yakni Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab,” jelasnya.
Melalui Pertamina, Program Lentera Talang membuktikan bahwa dengan pengelolaan berkelanjutan, sumber daya yang terbatas dapat dioptimalkan dan tidak hanya untuk ketahanan pangan tetapi juga untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.