Baturaja (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan menangani 1.796 kasus penyakit diare yang dialami masyarakat di daerah itu.
"Selama Januari-September 2024 kami menangani sebanyak 1.796 kasus diare," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan OKU Andi Prapto di Baturaja, Senin.
Dia mengatakan ribuan pasien diare yang sebagian besar anak-anak tersebut sempat dirawat di 18 puskesmas dan tiga rumah sakit di Kabupaten OKU.
"Alhamdulillah tidak ada yang meninggal dunia. Semua pasien sembuh setelah menjalani perawatan intensif," katanya.
Dia menjelaskan penyakit diare tersebut rentan menyebar saat musim kemarau panjang karena kualitas air sungai menjadi menurun sehingga banyak bakteri yang dapat memicu berbagai penyakit seperti diare.
"Karena air Sungai Ogan menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Kabupaten OKU untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.
Selain itu, katanya, budaya membuang sampah di Sungai Ogan yang dilakukan oknum warga membuat kualitas air sungai menjadi semakin buruk dan memprihatinkan.
Oleh sebab itu, kata dia, masyarakat diminta sebisa mungkin menghindari mengonsumsi air sungai guna menjaga kesehatan tubuh dari penyakit tersebut, khususnya warga yang bermukim di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Ogan yang mayoritas mengandalkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.
"Jikapun terpaksa mengonsumsi air minum bersumber dari sungai maka harus dimasak terlebih dahulu sampai matang dengan suhu 100 derajat Celcius," katanya.
Sebagai pencegahan agar diare tidak menyebar luas, saat ini pihaknya menggencarkan sosialisasi tentang pentingnya menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari.
"Melalui tenaga kesehatan di seluruh puskesmas kami mengedukasi masyarakat agar menerapkan PHBS supaya terhindar dari berbagai penyakit, termasuk diare," katanya.
"Selama Januari-September 2024 kami menangani sebanyak 1.796 kasus diare," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan OKU Andi Prapto di Baturaja, Senin.
Dia mengatakan ribuan pasien diare yang sebagian besar anak-anak tersebut sempat dirawat di 18 puskesmas dan tiga rumah sakit di Kabupaten OKU.
"Alhamdulillah tidak ada yang meninggal dunia. Semua pasien sembuh setelah menjalani perawatan intensif," katanya.
Dia menjelaskan penyakit diare tersebut rentan menyebar saat musim kemarau panjang karena kualitas air sungai menjadi menurun sehingga banyak bakteri yang dapat memicu berbagai penyakit seperti diare.
"Karena air Sungai Ogan menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Kabupaten OKU untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.
Selain itu, katanya, budaya membuang sampah di Sungai Ogan yang dilakukan oknum warga membuat kualitas air sungai menjadi semakin buruk dan memprihatinkan.
Oleh sebab itu, kata dia, masyarakat diminta sebisa mungkin menghindari mengonsumsi air sungai guna menjaga kesehatan tubuh dari penyakit tersebut, khususnya warga yang bermukim di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Ogan yang mayoritas mengandalkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.
"Jikapun terpaksa mengonsumsi air minum bersumber dari sungai maka harus dimasak terlebih dahulu sampai matang dengan suhu 100 derajat Celcius," katanya.
Sebagai pencegahan agar diare tidak menyebar luas, saat ini pihaknya menggencarkan sosialisasi tentang pentingnya menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari.
"Melalui tenaga kesehatan di seluruh puskesmas kami mengedukasi masyarakat agar menerapkan PHBS supaya terhindar dari berbagai penyakit, termasuk diare," katanya.