Deli Serdang (ANTARA) - Duel emas dramatis selama 65 menit berlangsung di arena yang penuh ketegangan. Teriakan semangat menggema, memecah keheningan yang menyelimuti ruang pertandingan final jujitsu.

“Tunjukkan siapa dirimu, Deva! Jangan ragu!” seru seorang pendukung dengan suara membara.

Ruang Martial Arts Arena, Kompleks Sumut Sport Center, Deli Serdang, Sumatera Utara, menjadi saksi bisu pertarungan dua petarung tangguh membela daerah masing-masing.

Deva Bagus Setyo, perwakilan Jawa Timur, berduel dengan William Gunawan dari DKI Jakarta. Kedua atlet ini tahu bahwa medali emas berada di ujung pertarungan sehingga sehingga berduel hingga kemampuan akhir.

Meskipun penonton tak sebanyak pertandingan lainnya, suara riuh dari kontingen Jawa Timur membuat suasana semakin membara.

Mereka berdiri tegak, memberi dukungan penuh kepada Deva. Setiap yel-yel yang mereka teriakkan seolah mengalir menjadi energi yang melingkupi arena.

Rasa tegang menyelimuti udara saat kedua petarung memperebutkan poin. Deva memfokuskan untuk meraih poin, merasakan detak jantungnya berdegup kencang.

Di sisi lain, William juga berupaya mengalahkan Deva. Teknik dan fisik pertarungan dikeluarkan hingga ada pemenang.

Di hadapan mereka, wasit bersiaga memantau setiap pergerakan dan teknik yang dilakukan kedua petarung.

Deva dan William bertarung sengit, berusaha mencari celah untuk menguasai satu sama lain. Suara napas berat dan gerakan kuncian dilakukan dengan tenaga-tenaga terakhir.

William mengincar kelemahan Deva, namun petarung Jawa Timur itu tak mudah dipatahkan. Dengan setiap gerakan, Deva mengingat dukungan teman-temannya, semakin termotivasi untuk bertahan.

Dalam sekejap, William melakukan teknik kuncian yang memaksa Deva untuk bertahan. Namun, semangat dan keyakinan Deva membuatnya tak menyerah, berusaha mencari cara untuk membebaskan diri.

Penonton di tribun bersorak, menyemangati, "Ayo Deva! Tunjukkan keberanianmu!" Suara mereka membangkitkan semangat yang semakin membara dalam diri Deva.

Tak ayal, suara dukungan kepada William jauh lebih sedikit ketimbang Deva. Meski begitu, William tetap berjuang mati-matian berupaya mengalahkan utusan Jatim itu.

Jujitsan Jawa Timur Deva Bagus Setyo peraih medali emas di kategori newaza putra -62 kilogram di PON XXI Aceh-Sumut 2024, di Deli Serdang, Kamis malam (19/9/2024). ANTARA/Harianto

Menuju juara

Pertarungan sengit membuat Deva sempat mengalami tekanan mental saat pertandingan, namun semangatnya tidak pudar.

Deva Bagus Setyo, atlet jujitsu asal Jawa Timur, mencetak prestasi luar biasa di PON XXI Aceh-Sumut 2024.

Ia meraih medali emas di kategori newaza putra -62 kilogram. Sebagai anak dari seorang Tenaga Kerja Wanita di Hong Kong, keberhasilannya sangat mengharukan.

Emas yang digapai Deva tak semudah membalikkan telapak tangan. Pertarungan hebat dan dramatis harus dilalui Deva terutama saat semi final hingga final.

Pertandingan semifinal menjadi tantangan tersendiri bagi Deva. Ia menghadapi Ananda Mauludi Ikhsan dari Jawa Barat dalam situasi penuh ketegangan.

Di semifinal pertama, Deva berhasil menang, namun hasil itu tidak bertahan lama. Ofisial dari Jabar mengajukan banding, dan pertandingan harus diulang.

Dalam tanding ulang, 5 menit berlalu tanpa ada yang mencetak poin meski telah berjuang keras. Situasi semakin mendebarkan saat pertandingan diperpanjang dengan sistem "golden skor" atau 60 menit.

Waktu tambahan itu menambah ketegangan bagi kedua atlet yang berambisi meraih kemenangan. Deva dan Ananda saling menekan, berusaha mendapatkan skor pertama.

Akhirnya, Deva sempat kalah dalam perpanjangan waktu, namun pelatihnya, Yunus Junior Paays, mengajukan banding. Keputusan banding ini membawa Deva melanjutkan ke babak final.

Jeda waktu yang singkat antara semifinal dan final tidak mengurangi determinasi Deva. Ia segera bersiap untuk menghadapi lawan baru, William Gunawan dari DKI Jakarta.

Di babak final, Deva menunjukkan kualitas terbaiknya. Meskipun pertandingan berlangsung ketat dan menegangkan, ia berhasil menguasai arena.

Dengan strategi dan keberanian, Deva mencetak poin dan meraih medali emas. William Gunawan harus puas dengan medali perak setelah pertarungan yang sengit.

Kemenangan ini sangat berarti bagi Deva dan keluarganya. Ia mengucapkan terima kasih kepada ibunya yang berada jauh di Hong Kong.

Dukungan emosional dari sang ibu menjadi motivasi utama dalam perjuangannya. Deva menyadari bahwa tanpa dukungan, ia tidak akan mencapai kesuksesan ini.

Dua hari sebelum pertandingan, Deva mengalami kesulitan tidur karena tekanan mental. Ia hanya tidur sekitar dua jam sehari, tetapi semangatnya tetap terjaga.

Deva selalu bercita-cita tampil di ajang internasional, seperti SEA Games atau Olimpiade. Ia kini semakin yakin dan bertekad untuk meraih cita-citanya.

Menyadari tantangan di depan semakin berat, Deva berkomitmen untuk berlatih lebih giat. Ia ingin mempertahankan posisinya sebagai juara dan terus berprestasi.


Pengaruhi psikologi

Pil pahit harus ditelan William Gunawan jujitsan DKI Jakarta, sebab harus puas dengan medali perak meski sudah bertarung habis-habisan. Target emas pun pupus.

Perjalanan William hingga semifinal berlangsung seru dan kompetitif. Dukungan keluarga dan tim selalu mendampingi dirinya.

Namun, situasi berubah ketika terjadi beberapa konflik banding antara kontingen Jawa Barat dan Jawa Timur pada semi final, mengganggu fokusnya saat pertandingan final.

Menunggu keputusan selama beberapa jam menjadi tantangan tersendiri bagi William. Ketidakpastian itu menambah beban mental, mempengaruhi konsentrasi dan stamina menjelang pertarungan.

Sesi menunggu yang seharusnya singkat, ternyata membuat waktu pertandingan molor hingga malam hari. Hal ini menguras tenaga, merusak ritme persiapan mentalnya untuk final melawan Deva.

"Setelah beberapa kontingen ada yang bentrok banding, itu membuat fokus jadi kacau. Menunggu tiga jam, itu cukup mempengaruhi psikologi, mental dan juga badan pun capek," ucap William di malam itu.

Juri dari federasi internasional pun diharapkannya dilibatkan dalam pertandingan ke depan sehingga bisa memberikan keputusan yang lebih adil dan tak kontroversial.

Pentingnya kehadiran wasit profesional dianggap William sangat diperlukan untuk menjaga integritas pertandingan. Dengan demikian, atlet bisa bertanding tanpa adanya kepentingan tertentu dari kontingen manapun.

Meskipun tahun ini meraih peringkat kedua, William tetap bersyukur. Ia melihat hasil ini sebagai bagian dari rencana Tuhan dan menyadari potensi evaluasi untuk perbaikan.

Selanjutnya, William berkomitmen untuk berdiskusi dengan pelatihnya, mengevaluasi performa di kejuaraan ini. Ia berharap bisa mencapai hasil lebih baik di PON 2028 di NTB dan NTT.


Menjunjung sportivitas

Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI) bersama dewan juri menegaskan bahwa kejuaraan yang berlangsung pada 18-19 September 2024 dijalankan dengan semangat sportivitas yang tinggi.

Ketua Umum PBJI Laksamana Madya TNI (Purn) Desi Albert Mamahit, menyatakan pertandingan jujitsu PON XXI Aceh-Sumatera Utara 2024 dipandu wasit profesional yang berpengalaman.

Tak ada keberpihakan kepada atlet atau provinsi mana pun yang berpartisipasi dalam ajang pertama kali ini di PON, menjamin keadilan dan integritas kompetisi.

Fokus utama kejuaraan pada kebenaran dan keadilan dengan prinsip menghasilkan atlet yang benar-benar juara, bukan yang hanya dijadikan juara.

Demi menegakkan pertandingan yang adil dan sportivitas, PBJI dan dewan juri memberikan ruang bagi peserta yang melakukan banding. Hal itu terbukti ketika Tim Jatim dan Jabar saling banding, yang diatensi dengan baik.

Kejuaraan itu mempertandingkan delapan nomor yakni nomor newaza -62 kilogram (kg), newaza -69 kg, fighting -62 kg, fighting 77 kg, newaza -62 kg, fighting -55 kg, dan fighting -62 kg yang diikuti 59 atlet dari 14 provinsi.

Ketua Dewan Hakim pertandingan jujitsu PON XXI Kolonel Kes. Yuni Rukmawati menyatakan bahwa yang perlu dilakukan dalam pertandingan berikutnya yakni penyeragaman pemahaman mengenai regulasi baru pertandingan.

Rata-rata ofisial peserta PON yang melakukan banding dalam kejuaraan itu karena kurangnya pemahaman terhadap regulasi yang terbaru.

Yuni pun mengklaim pertandingan cabang olahraga yang pertama kali dipertandingkan di ajang bergengsi di Indonesia ini, dilaksanakan dengan menjunjung tinggi sportivitas.

"Kami sudah punya fakta integritas sebelum melaksanakan tugas. Yang di situ intinya kita berjanji, kita profesional dan bertindak seadil-adilnya," tegas wanita yang juga Ketua Komite Wasit Juri Nasional PBJI ini.

Semangat dan pantang menyerah Deva Bagus Setyo, jujitsan Jawa Timur menjadi contoh perjuangan keras bagaimana mengukir prestasi meski tersisa tenaga terakhir.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: 65 menit duel emas yang dramatis

Pewarta : Muhammad Harianto
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024